Jumat, 25 Mei 2012

MEMBIARKAN ISTRI DIGARAP RAME- RAME

Filled under:




Kami mulai berkemas dan berjalan menuju mobil, kami berjalan dengan santai dan saat kami tiba ke tempat parkir, yang tersisa hanya sebuah mini-van kecil dan orang yang masih ada berjumlah delapan orang. Iseriku adalah satu-satunya wanita dikelompuk ini dan pria yang kukenal dalam grup ini hanyalah Gary dan Dave. Garry naik ke kursi pengemudi dan menyuruh kita semua untuk segera masuk ke dalam mobil.
Barusaja aku hendak menyuruh isteriku agar duduk di kursi belakang, namun Dave yang berada dikursi depan berkata, “Hey, Dayu, duduk disini saja, kupangku! Biar semuanya cukup.”
Dayu sama sekali tak melirikku untuk meminta persetujuan. “Oke,” dia tertawa manja, “Tapi jangan macam-macam!” Kemudian dia naik ke pangkuan Dave, dengan masih hanya memakai penutup tubuh bawahnya saja. Para pria yang lainnya dengan cepat saling berebut naikke kursi tengah, membuatku terpaksa duduk jauh dibelakang.
Semua orang kecuali aku dan Gary sudah dalam keadaan lumayan mabuk. Aku duduk dibelakang, disamping seorang pria yang keadaannya sudah mabuk berat, dan berbicara tentang sepak bola dengan suara yang sangat keras. Semua orang nampak asik dengan topik yang diangkat pria ini, jadi ada empat orang pria yang mabuk saling teriak satu sama lainnya dalam mini-van ini.
Aku tak begitu ingin ikut masuk dalam pembicaraan mereka, karena aku ingin konsentrasi mengawasi isteriku yang berada di depan. Aku tak mau Dave mengambil kesempatan dlam situasi ini. Sudut pandangnku sangat kurang menguntungkan dan aku harus membungkuk ke depan untuk dapat melihat apa yang terjadi dikursi depan.
Pada awalnya kulihat isteriku nampak bersandar ke tubuh Dave di belakangnya, yang berusaha memasang sabuk pengaman ke tubuh mereka berdua. Itu membuatnya harus meraih kedepan dan tangannya menyentuh payudara Dayu karenanya. Dave melakukannya lebih lama dari yang seharusnya, tapi Dayu hanya membiarkannya saja.
Kami mulai memasuki jalanan yang jelek, membuat mini-van ini melompat-lompat dan yang berada didalamnya terguncang. Ditengah guncangan yang terjadi itu kuamati tangan Dave yang semula berada di dada Dayu bergeser ke pahanya. Keduanya asik mengobrol dan tertawa-tawa, tapi karena keberadaanku di belakang dan ditambah pula suar berisik para pria mabuk ini yang membicarakan sepak bola dengan sura yang keras membuatku dapat mendengar apa yang tengah dibcarakan Dayu dengan Dave.
Satu dari pria mabuk ini menoleh padaku dan bertanya tentang team sepak boal favoritku. Aku berusaha untuk tetapa fokus pada kejadian di kursi depan, tapi aku tak ingin menarik perhatian para pria mabuk ini. Jadi kujawab pertanyaaan pria tersebut dan mulai masuk dalam perbicangan tentang sepak bola ini. Jalanan yang kami lalui bertambah semakin parah, dan aku harus susah payah menjaga posisiku agar tetap stabil dan pada perbincangan tersebut.
Saat akhirnya aku bisa melirik ke arah depan lagi, keperhatikan Dayu dan Dave sudah tak memakai sabuk pengaman lagi. Tak ada yang kelihatan aneh. Tangan Dave masih berada dipinggang isteriku, meskipun sekarang posisi duduk Dayu agak lebih naik di pangkuan Dave dan terguncang naik turun. Kupikir guncangan tersebut disebabkan oleh buruknya kondisi jalan, namun saat mobil berhenti dilampu merah, kuperhatikan tubuh Dayu tetap bergerak naik turun. Aku tak bisa melihat ekspresi keduanya dan tiba-tiba saja sebuah prasangka buruk menyergap otakku, mungkin saat ini Dave sedang menyetubuhinya. Kecurigaanku semakin besar saat kuamati mereka berdua sama sekali diam tak saling bicara.
Disisa perjalanan aku membungkuk ke depan dan mengamati tubuh isteriku terayun naik turun, menerka-nerka tentang kemungkinan kemungkin yang terjadi dikursi depan. Setelah sekitar dua puluh menitan, mobil berbelok arah dan sudah tampak resort di depan.
Aku yang paling terakhir keluar dari dalam mobil dan aku bergegas menyusul Dayu yang sudah berjalan didepan bersama Dave dan Gary. Saat akhirnya aku berhasil menyusulnya, kuperhatikan kalau wajahnya tampak memerah dan dia sedikit berkeringat.
“Hey,” kataku, saat semua pria sudah berjalan menjauh didepan. “Apa yang sudah terjadi dikursi depan tadi?”
“Apa? Apa yang sudah kamu lihat?” tanyanya, terdengar terkejut namun juga bersemangat.
“Aku tak bisa melihat, tapi kuperhatikan kalau Dave terlihat sangat menikmati keadaannya,” jawabku mencoba berkilah.
“Jangan marah, sayang, kami hanya bercanda saja,” dia mulai menjelaskan. “Dave terus mengeluh tentang celananya yang sangat sesak, jadi aku menyuruhnya untuk menurunkannya sedikit kalau dia mau. Sebenarnya aku cuma bercanda dan bermaksud menggodanya saja. Aku tak bermaksud agar dia benar-benar melakukannya, tapi dia sungguh-sungguh melakukannya. Andai saja kamu melihat betapa batang penisnya sungguh sangat besar ” terangnya dengan suara pelan namun punuh gairah
“Sayang, batang penisnya itu sungguh besar. Aku menggeseknya dengan pantatku beberapa saat. Lalu dia sepertinya menarik penutup tubuh bawahku kesamping dan kepala penisnya menyelinap masuk ke dalam bibir vaginaku begitu saja. Aku rasa itu tak sengaja. Dan kamu tahu kondisi jalannya yang sangat parah kan? Tubuhku jadi terangkat naik turun dan itu membuat batang penisnya semakin masuk bertambah dalam, hingga akhirnya… kamu mungkin tak percaya sayang, batang penisnya jadi masuk semuanya! Tapi baru sebentar saja aku merasakan vaginaku terisi penuh, mobilnya menghantam gundukan yang besar dan batang penisnya jadi tercabut keluar begitu saja, lalu kubetulkan lagi penutup tubuh bawahku dan selesai, itu saja.”
Ekspresi wajahnya jadi bergairah dan menghiba disaat yang bersamaan. “Tak apa-apa kan sayang? Bukan masalah besar kan? Ini benar-benar kecelakaan dan lagipula dia tak sampai keluar.”
Aku sama sekali tak mampu bicara. Isteriku telah berterus terang dengan sangat gamblang kalau dia baru saja menyetubuhi seorang pria. Tapi apa yang bisa kuperbuat? Aku tak mungkin membuat keributan besar di resort ini, di hadapan semua orang.
“Yah… kalau dia tak sampai keluar, kurasa itu tak maslah,” akhirnya jawabku lirih.
“Kamu sungguh suami yang sangat pengertian sayang!” teriaknya senang sambil memelukku. “Ayo, kita cari sesuatu untuk makan malam!”
Dinner berlalu tanpa ada kejadian berarti. Kami makan sandwich di kamar hotel. Aku lebih diam sekarang, berharap Dayu akan meminta maaf atau mngucapkan sesuatu tapi dia sepertinya terlihat menghindar terus.
Aku berbaring di atas ranjang, bermaksud untuk mengistirahatkan mataku sebentar, tapi aku pasti telah jatuh tertidur. Saat aku bangun, jam sudah menunjukkan pukul 10:30, dan Dayu sudah tak berada di dalam kamar. Aku bergegas turun menuju emperan belakang hotel.
Orang-orang sudah ramai di sekitar hot tub, minum dan tertawa. Dayu memang sudah berada disana, dia pasti sudah pergi dulu saat aku tertidur tadi. Beberap wanita sudah tak memakai penutup dada lagi, dan telah banyak yang saling bercumbu dengan terang-terangan. Susana ini seperti layaknya pesta saat kuliah dulu, bukan sebuah pesta kantor.
Dayu berjalan menghampiriku, dia sudah dalam keadaan mabuk dan langsung memberiku sebuah pelukan hangat.
“Sayang, tak apa-apa kan kalau aku lepaskan semua penutup tubuhku?” tanyanya.
“Apa?” aku sangat terkejut. “Semuanya?”
“Ayolah sayang, bukan masalah besar kan?,” jawabnya. “Semua orang sudah melihat payudaraku, dan beberapa orang juga sudah melihatku telanjang saat Eddie menurunkan penutup tubuh bawahku. Orang lain juga sudah telanjang, kita semua disini memang datang kesini untuk bersenang-senang dan merasa nyaman.”
Dayu tak menunggu responku, dia hanya berbalik dan berjalan menuju hot-tub dan mulai melepas pentup dadanya. Saat para pria mulai bersiul padanya, dia menurunkan penutup tubuh bagian bawahnya, memperlihatkan pantatnya yang bulat dan kencang. Para pria yang berada dihadapannya mendapatkan pemandangan menawan dari vaginanya, dan semua orang menatap ke arahnya saat dengan perlahan dia mulai turun dan masuk ke dalam hot tub.
Dayu menyusup diantara wanita lain yang juga bertelanjang dada dan kemudian duduk, menurunkan tubuhnya hingga hanya bahunya yang nampak menyembul dari atas permukaan air. Setidaknya dia membiarkan air menutupi tubuhnya, pikirku.
Aku berjalan menuju ke bar di dekat situ dan minum beberapa botol bir dingin lalu berbincang dengan para pria yang berada di sana. Perhatianku tertuju pada sekelompok orang di sebuah sudut didekatku dan kulihat Melly berada dalam kelompok tersebut. Dia bertelanjang dada, payudaranya yang kecil namun terlihat kencang tersebut nampak indah dihiasi putting yang lebih besar dari milik isteriku dan mencuat keras. Terlihat dia sangat semangat bicara dan itu membuat semua pria disekelilingnya tertawa. Tiba-tiba saja dia menurunkan bagian depan dari penutup tubuh bawahnya dan memperlihatkan vaginanya yang tercukur bersih. Para lelaki tersebut riuh menyambutnya dan mata mereka melahap dengan rakus pemandangan indah dan gratis dihadapan mereka.
Aku fokuskan perhatianku untuk berusaha mendengar apa yang mereka perbincangkan. “Rasanya sungguh hebat!” kudengar Melly berkata sambil menaikkan lagi penutup tubuh bawahnya. “Sekali kamu di wax, kamu tak akan bisa berhenti lagi! Suruh kekasih kalian untuk mencobanya.”
“Yeah, kalau kamu bilang begitu,” salah seorang pria berkata. “Maksudku, itu memang terlihat bagus. Aku akan bilang kekasihku tentang ini.”
“Mungkin dia akan lebih merasa yakin kalau kamu melakukannya lagi,” canda salah seorang pria. Pria yang lainnya tertawa dengan riuh menimpalinya.
Melly memutar bola matanya dengan seksi. “Ini, lihat yang baik,” katanya lalu menurunkan penutup tubuh bawahnya tersebut hingga ke mata kakinya. Sekarang telanjang bulat, dia tersenyum sambil menggoyanggan pinggulnya yang disambut engan siulan nakal para pria.
Aku sedang terpesona dengan tubuh kencang milik Melly saat telingaku mendengar seseorang dari arah hot tub berteriak, “Ini terlalu penuh!”
“Hey Dayu, duduk dipangkuanku sini!” kata Eddie. “Biar yang lain kebagian tempat!”
Isteriku tertawa manja. “Tapi orang-orang akan bisa melihat dadaku!”
“Bagus kan!” balas Dave, diiringi suara tawa orang-orang.
“Ayolah, lagipula kami sudah pernah melihat semuanya tadi,” jawab Eddie.
Dayu tertawa lalu berdiri, mengangkat payudaranya dari dalam air. Dia berjalan melintas dan duduk dipangkuan Eddie, terlihat payudaranya terguncang saat dia duduk.
Eddie merangkulnya dan memegangi kedua daging payudara isteriku dengan telapak tangannya. “Nah, begini” katanya, “sekarang tak seorangpun yang bisa melihat payudara Dayu!”
Semua orang tertawa, termasuk isteriku.
Lalu mereka kembali asik mengobrol lagi, namun perhatianku tetp tertuju pada isteriku dan Eddie. Tangannya tetap tak dia singkirkan dari dada isteriku, dan tak beberapa lama kemudian tangannya mulai bergerak meremas dan membelai. Dayu bersandar ke belakang dan membisikkan sesuatu ke telinga Eddie, dan kemudian tangan Eddie mulai memilin putingnya dengan lembut. Dayu tersenyum lebar dan mengatur posisi tubuhnya hingga Eddie lebih leluasa meremas dan membelai payudaranya.
Aku baru saja hendak melangkah mendekati isteriku saat Nina berjalan mendekatiku dan mulai bicara. Aku tak mau bersikap kasar, kudengar dengan seksama saat dia yang kondisinya sudah mabuk tersebut muali bicara betapa cantik baiknya isteriku dan bagaimana senangnya dia bisa bekerja bersama Dayu dikantor. Aku terus berusaha melirik kea rah isteriku dan Eddie tapi Nina menghalangi pandanganku. Setelah beberap lama aku menyerah dan mengalihkan seluruh perhatianku pada Nina. Dia terlihat sangat menarik dengan rambut ikalnya yang panjang dan postur tubuh yang menyerupai seorang model. Dia mengenakan pakaian renang one-piece warna hitam yang terlihat tak mampu menampung payudaranya yang begitu besar. Aku merasa nyaman memandanginya, karena keadaannya yang mabuk jadi dia tak akan menyadarinya, atau mungkin juga karena keadaanku yang sudah agak mabuk. Dia terus bicara tentang dirinya.
“Kamu mau melihatnya?” tiba-tiba dia bertanya padaku, menyentakkanku dari lamunan.
“Mm, melihat… nya?” jawabku, mencoba menutupi kalau aku tadi tak memperhatikannya
“Anting pusarku! Kamu mau melihatnya?” dia mengulangi.
“Uh, tentu,” jawabku. Aku tak begitu yakin bagaimana cara dia memperlihatkannya padaku, karena itu berada dibalik pakaiannya, dan pada awalnya dia berusaha menyingkapkan pakaian renangnya untuk memperlihatkan pusarnya padaku. Tapi pakaiannya tersebut sangat ketat. Setelah beberapa saat dia kemudian menyerah, dan yang membuatku terkejut, dia mulai menurunkan tali penahan dari bahunya. Dia turunkan hingga pinggangnya, mengekspos payudaranya yang besar dan perutnya yang kencang.
“Lihat kan?” katanya sambil menunjuk anting di pusarnya. “Aku rasa agak kebesaran ukurannya.”
Aku sedang berusaha agar terlihat memperhatikan antingnya, tapi mulutku menjawab dengan terbata-bata dengan mataku yang tak mau lepas dari dadanya.
“Aw, kamu sangat manis,” jawabnya. “Dayu sangat beruntung memilikimu!” Kemudian dia melangkah pergi, dengan dadanya masih terekspos, meninggalkanku berpikir ada apa dengan orang-orang ini.
Tiba-tiba aku kembali teringat akan isteriku dan Eddie, lalu aku menoleh tepat disaat kulihat Dayu sedang mengangkat tubuhnya dari pangkuan Eddie. Keduanya terlihat berat nafasnya dan Eddie tersenyum dengan lebar. Dia bangkit dan mengangkat tubuhnya dari dalam tub dan sekarang kulihat dia telanjang bulat, batang penis besarnya terayun-ayun diselangkangannya. Bayangan tubuh telanjang isteriku diatas pangkuannya segera membuatku merasa resah dan khawatir kalau pria ini sudah menyetubuhi isteriku seperti halnya Dave.
Kulihat ke arah isteriku lagi dan kulihat dia tengah duduk di dalam hot tub dan asik mengobrol dengan salah seorang wanita yang bertelanjang dada. Wanita tersebut menunjuk ke arah Eddie dan Dayu mengangguk, lalu keduanya menjerit genit dan tertawa keras.
Di titik ini aku merasa sudah terlambat untuk berbuat sesuatu, dan hanya berdiri saja disana melihat semua yang tengah terjadi. Aku mulai merasa aneh dan takut kalau aku tak lagi memusingkan ini semua. Tanpa memberitahu isteriku, aku putuskan untuk kembali ke kamar. Aku rasa kalau dia melihatku pergi, dia akan sadar kalau aku sudah marah
Oh, ternyata aku salah. Aku tak bisa memejamkan mata dan sangat resah. Tiga jam berikutnya Dayu akhirnya masuk ke dalam kamar. Dia masih telanjang bulat dan tangannya memegangi pakaian renangnya. Setelah dia mandi dan kemudian menyusulku naik ke atas ranjang,merebahkan tubuhnya dengan punggungnya menghadap ke arahku.
Aku berharap dia akan mengucapkan sesuatu, tapi tak terdengar apapun kecuali kesunyian. Setelah beberapa lama, aku merasa takut kalau dia jatuh tertidur akhirnya aku bicara. “Jadi, apa yang sudah terjadi di hot tub?” bisikku.
Dia membalikkan tubuh dan memandangi ekspresi wajahku. Tangannya bergerak ke dalam celanaku dan mulai membelai batang penisku saat dia mulai bicara.
“Oh, jangan marah sayang, tapi aku memang agak terbawa suasana. Saat aku mulai masuk ke dalam hot tub, Eddie bergurau dengan mengatakan kalau sudah tak ada tempat lagi bagi kita semua dan dia menyuruhku untuk duduk di atas pangkuannya. Jadi aku pindah untuk duduk di atas pangkuannya agar semuanya mendapat tempat. Dia mulai bermain dengan payudaraku dan itu sangat membuatku terangsang. Jadi kubiarkan dia melakukannya lebih lama lagi. Kemudian dia menarikku lebih merapat dan aku jadi tahu kalau dia tak memakai apapun lagi, tapi sebelum aku sempat bereaksi, dia sudah lebih dulu mendorong batang besarnya masuk ke vaginaku!”
“Dia mulai mengocoknya keluar masuk dan itu terasa sungguh indah, itulah kenapa kubiarkan saja dia melakukannya. Dan kurasa para pria lainnya juga tahu yang sedang terjadi, karena kemudian semuanya yang berada di hot tub memandangi kami berdua tanpa berkedip. Aku jadi merasa malu dan berpikir untuk menghentikannya, tapi kemudian kurasakan dia menusukkan seluruh batang penisnya ke dalam vaginaku dengan keras dan kurasakan batangnya itu berdenyut. Kamu tidak marah, kan? Aku benar-benar tak merencanakan dia keluar di dalam tapi itu sudah terlambat.”
Dia berhenti beberapa saat.
“Itu… bukanlah semua yang terjadi,” ucapnya agak ragu.
“Sayang, berapa pria yang memasukkan batang penis mereka ke dalam vaginamu?” tanyaku, tak berharap dia menjawabnya.
“Yeah, sebenarnya semuanya, setidaknya sekali saja,” jawabnya. “Tapi itu salah satu bagian dari game yang berlangsung!”
“SEBUAH GAME?” tanyaku dengan nada cukup keras, dan kocokan tangannya pada batang penisku semakin bertambah cepat dan keras.
“Ya, setelah beberapa lama kemudian,” sambungnya, “Kami semua sudah benar-benar mabuk. Maksudku sangat, sangat mabuk. Dan berikutnya hanya tinggal Kristin, Melly, Nina dan aku saja yang berada dalam hot tub bersama dengan semua pria. Dan beberapa pria mulai berdebat tentang batang penis siapa yang paling besar. Lalu Melly menyarankan biar para wanita saja yang memutuskan. ”
“Kemudian para pria mulai melepas celana mereka dan membiarkan para wanita melihatnya. Sayang, aku tak tahu apakah aku memang sudah sangat mabuk atau bagaimana, tapi kulihat mereka semua sangat besar! Bahkan yang paling kecilpun terlihat masih agak lebih besar dibanding milikmu ini. ”
“Kami mulai penilaiannya, tapi kemudian Eddie kelepasan bicara kalau dia sudah menyetubuhiku, dan itu jadi tak adil lagi karena aku sudah tahu lebih banyak dibandingkan yang lainnya. Dan Dave juga mengatakan kalau dia juga sudah melakukannya denganku, meskipun tidak sampai keluar. Lalu Gary mengatakan bahwa dia dan Melly juga sudah bersetubuh saat dipantai. Hingga akhirnya Kristin memutuskan agar adilnya, semua pria harus memasukkan tiap batang penis mereka ke dalam vagina tiap wanita, jadi para wanita akan tahu semua bagaimana rasanya. Bukan bersetubuh atau yang lainnya, hanya memasukkannya sebentar. Dengan begitu akan adil bagi penilaian para wanita. Kamu pikir juga begitu kan, sayang?”
Dalam kondisi normal pasti akan kutolak penjelasan logikanya, tapi perbuatan tangannya pada batang penisku sudah berefek, dan aku hanya mampu menelan ludah lalu mengangguk.
“Jadi kami semua akhirnya setuju dan para pria mulai mengambil gilirannya. Aku mendapatkan Alan untuk pertama kalinya, dia masukkan batang penisnya ke dalam vaginaku dan mulai mengocoknya keluar masuk beberapa kali, agar aku bisa merasakan dan membuat penilaian. Batang penisnya terasa lebih besar dari ukuran aslinya saat aku berhasil membuatnya orgasme.”
Aku tahu itu! Dayu terlalu mabuk untuk mengingat kebohongannya diawal tadi.
“Dan berikutnya Eddie lagi dan kemudian Gary. Mereka berdua menusukkan batang penisnya untuk beberapa saat agar aku bisa melakukan penilaian pada batang penis mereka. ”
“Lalu akhirnya giliran Dave. Dia yang paling akhir, dan dia berbisik ditelingaku kalau tak adil jika kami tak menyelesaikan apa yang sudah kami awali di dalam mobil sebelumnya. Kemudian dia mulai memasukkan batang penisnya ke dalam vaginaku. Dialah yang paling besar, itu sudah pasti dan juga paling keras! Dan aku sudah merasa sangat terangsang setelah beberapa pria sebelumnya, dan aku adalah wanita yang terakhir bagi Dave. Jadi aku membiarkan dia menyetubuhiku agak lebih lama dibandingkan yang lainnya. Para wanita lainnya juga melakukan hal yang sama pada pria yang mendapatkan giliran terakhir dengan mereka, jadi aku rasa itu bukan masalah dan masih adil penilaiannya. Kami semua seolah saling berlomba bersetubuh untuk beberapa waktu lamanya hingga akhirnya kurasakan spermanya menyembur hebat dalam vaginaku. ”
“Itu semua yang terjadi, sayang. Bukan masalah besar, kan?”
“Bukan,” nafasku tecekat ditenggorokan saat aku orgasme, lebih hebat dari yang pernah kurasakan seumur hidupku. Aku tiba-tiba merasa menyesalinya, karena itu membuatku terlihat menikamti menyaksikan isteriku sendiri disetubuhi oleh sekelompok pria yang mereka semua dalah rekan kerjanya sendiri. Padahal sesungguhnya aku harus merasa marah karenanya.
“Aku rasa kamu menyukainya,” jawabnya lirih. Lalu dia membalikkan tubuhnya dan menarik selimut ke atas. “Selamat tidur, sayang, I love you”

0 komentar :

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...