Sabtu, 30 November 2013

Di Perkosa Sampai Nangis Merintih Kesakitan

Filled under:

Perkosa Sampai Nangis Merintih Kesakitan || gudangcewek.com

GudangCewek.com - Cerita Seks  || Di Perkosa Sampai Nangis Merintih Kesakitan – Cerita dewasa Diperkosa Lima Mahasiswa Meskipun usia pernikahanku dengan Mas Eka telah menginjak enam tahun, kami belum juga dikaruniai anak. Padahal hubungan seksku dengan suamiku berjalan seperti yang dilakukan banyak orang.
Sebut saja namaku Agnes (29 tahun). Aku selisih lima tahun dengan Mas Eka. Jujur kuakui, suamiku itu memang orangnya ganteng dengan badan yang atletis. Dalam segi materi pun, dia mencukupiku bahkan berlebih-lebihan.
Perkosa Sampai Nangis Merintih Kesakitan || gudangcewek.comMobil Jaguar saja ia belikan untukku. Setiap hari aku selalu disibukkan oleh acara-acara yang kubuat sendiri. Mulai creambath di salon, spa, maupun mandi sauna. Di hampir semua restoran mewah, aku selalu disambut dengan hangat karena aku memang sering makan di sana dan biasa memberikan tips berlebih.
Di usia pernikahanku ini yang sekarang ini, suamiku masih tetap menyayangi dan terus memanjakanku. Demikian juga denganku. Apapun yang dia minta selalu kuberikan, meskipun pernah suatu saat aku sudah tertidur kecapekan, Mas Eka dengan manja memintaku untuk bercinta. Aku tak segan-segan untuk melayaninya.
Seperti biasa, saat aku melayani kebutuhan biologis suamiku
, dia selalu mencumbuiku dengan penuh nafsu dan digoyangnya tubuhku dengan penuh gairah sampai tersentak-sentak. Satu saja kelemahannya, seperti biasa Mas Eka hanya bisa menggoyangku tak sampai sepuluh menit. Dalam waktu selama itu, aku bahkan seringkali masih belum orgasme.
Karena rasa sayangku padanya, aku pun hampir selalu berpura-pura sampai ke puncak bersamanya. Sayang, sebagai wanita biasa lama-kelamaan aku juga menginginkan kepuasan dan klimaks dalam permainan cinta yang intim.
Bahkan kurasakan gairah seksku makin lama bergejolak tak terbendung. Sebagai pelampiasan, aku mencoba memuaskan gairah seksku degan berbagai vibrator yang kubeli di sex shop. Dengan vibrator dan ditemani keping-keping VCD porno, aku berusaha memuaskan nafsu seksku.
Hanya saja, itu semua kulakukan tanpa sepengetahuan suamiku. Aku khawatir bila ia tahu. Tentunya ia akan sangat terpukul bahkan mungkin akan jadi minder.
Namun, di lain pihak, semua usaha yang kulakukan untuk memuaskan sendiri nafsu seksku ternyata membuatku merasa semakin gila. Gairah seksku yang menggebu-gebu justru semakin tidak terpuaskan. Bahkan ketika aku sudah menambah kesibukanku, tetap saja gairah-gairah itu muncul mengganggu.
Di antara kegundahanku itu muncul seorang teman lamaku yang menawarkan usaha membangun rumah di daerah sekitar kampus di Cawang untuk dijadikan tempat kost mahasiswa. Karena kupikir aku mempunyai deposito cukup banyak, maka kuputuskan mengkonsultasikan hal itu kepada Mas Eka.
Karena cintanya padaku, Mas Eka pun mendukung rencanaku itu. Sebenarnya dulu aku pernah kuliah arsitektur meskipun tidak lulus karena keburu menikah dengan Mas Eka. Karena itu, aku beranikan diri memimpin sendiri projek pembangunan rumah kost itu walaupun tentunya tetap dibantu oleh perusahaan kontraktor rekan Mas Eka. Yang jelas, semua desain rumah itu, aku sendiri yang buat sesuai dengan seleraku.
Setelah rumah itu berdiri, beberapa mahasiswa mulai ngekost di tempat itu. Di dalam rumah itu aku sengaja membuat suatu ruang kamar yang cukup besar dan tidak disewakan. Pikirku, mungkin suatu saat bisa kugunakan sebagai tempat bersantai bersama suamiku.
Ruangan itu kulengkapi dengan berbagai perlengkapan rumah tangga seperti furniture, televisi, lemari es, dan AC. Selain itu, di dalamnya juga tersedia kamar mandi sendiri beserta dapur. Ruangan itu juga kadang kugunakan pada awal bulan untuk istirahat sekaligus menarik uang kost. Ruangan itu sendiri letaknya dikelilingi oleh kamar-kamar kost yang jumlah seluruhnya 20 kamar. Ini memang baru tahap awal. Nanti aku berencana untuk menambah lagi jumlahnya.
Di rumah kostku yang besar itu, sekarang baru dihuni oleh tiga belas orang mahasiswa berusia 19-22 tahun yang kebanyakan berasal dari seberang. Kebanyakan dari mereka sebenarnya masih saling mengenal ataupun saudara jauh. Biasalah, setelah satu orang merasa cocok, ia lalu mempromosikannya kepada yang lain. Merekalah penghuni awal rumah kostku yang baru kubuka. Sebagian dari mereka membawa komputer, bahkan televisi dan VCD player.
Perkosa Sampai Nangis Merintih Kesakitan || gudangcewek.comSaat itu sebenarnya bukan awal bulan. Tidak biasanya memang aku datang ke rumah kost di saat seperti itu. Hal itu kusengaja. Aku hanya ingin mengecek keadaan. Sekalian melepas kepenatan sehabis belanja di mal.
Tanpa sengaja, aku melihat dua, tiga, …. lima orang mahasiswa penghuni kostku sedang asyik menonton VCD porno di salah satu kamar yang terbuka pintunya. Aku mengenali mereka semua dengan baik: Edo, Parlin, Franki, Jo, dan Ben. Karena pesawat televisinya menghadap ke pintu, aku juga bisa melihat jenis VCD yang sedang mereka tonton. Gangbang… bukan main… anak-anak muda jaman sekarang memang sudah lebih maju…. Dengan geli, kulihat sebagian dari mereka sambil menonton televisi, juga menggosok-gosok bagian selangkangannya yang menyembul.
Cerita Seks – Aku tertawa kecil melihat tingkah mereka dan timbul keisenganku untuk mengganggu mereka. Saat itu mereka belum sadar dengan kedatanganku, maka kutimbulkan sedikit kegaduhan dengan menutup keranjang sampah yang terbuat dari seng dengan cukup keras. Ya, sekarang mereka tahu kalau aku datang….
Lalu aku membuka blazerku sehingga sekarang aku mengenakan tank-top warna pink yang menempel ketat di tubuhku dan tertarik sebagian ke atas sehingga memamerkan pusar dan perutku yang rata. Aku yakin, dari jarak sekitar lima meter, mereka pun bisa melihat kedua putingku yang menonjol dari balik tank-top ketatku karena aku memang tidak mengenakan bra. Kebetulan, saat itu aku pun mengenakan rok super mini tanpa stocking, yang dipadu dengan sepatu berhak tinggi merk Gucci. Aku merasa horny sekali… apalagi waktu tahu mereka terganggu keasyikannya menonton dan mencuri-curi pandang kepadaku…
Kugembok pintu gerbang besar untuk masuk ke rumah kostku. Sengaja juga kulakukan itu dengan suara yang cukup keras… untuk memastikan bahwa kelima penghuni kostku mendengarnya. Lalu sambil melenggang seksi, aku berjalan menuju ruangan pribadiku. Kebetulan ruangan itu letak pintunya berhadapan langsung dengan pintu kamar tempat kelima mahasiswa itu sedang nonton vcd bokep.
Aku membuka kunci pintu kamarku. Dalam hati aku merasa geli bercampur dengan horny. Dari pantulan jendela kamarku, aku bisa melihat kalau kelima anak muda itu sekarang tidak sedang menonton VCD lagi, melainkan sedang memperhatikan diriku. Senang sekali rasanya bisa menggoda anak-anak muda itu….. Aku pun masuk, dan sengaja pintu tidak kututup dengan rapat. Masih ada sedikit celah yang terbuka….
Di dalam, aku membuka gorden jendela kamarku yang lebar. Ketika terbuka, aku bisa melihat kelima mahasiswa itu jadi buru-buru berpura-pura tak mengamatiku. Aku jadi semakin geli sendiri…. Dengan santai, kunyalakan AC dan kurebahkan tubuhku sejenak disofa depan jendela sambil menyalakan televisi.
Sesaat kemudian, sambil menyiapkan minuman dingin, aku beranjak ke kamar mandi dan mempersiapkan bathtub dengan air hangat.
Nah, sekarang tibalah saatnya…. aku merasa deg-degan juga. Aku bangkit, dan sambil pura-pura berjalan ke sana kemari membereskan barang-barang, aku yakinkan kalau kelima mahasiswa itu masih mencuri-curi pandang mengintipku… Setelah yakin, aku pelan-pelan mulai mencopoti pakaianku… Tank-topku… Rok miniku… dan terakhir, CD-ku yang berenda merk Victoria’s Secret…
Dalam hati aku tertawa sekaligus horny, karena tahu sekarang kelima anak muda itu pasti sedang melotot dan menahan air liurnya…. Aku sendiri merasakan selangkanganku melembab…. Lalu aku melenggang ke dalam kamar mandi. Pintu kamar mandi tetap kubiarkan terbuka lebar….
Kuceburkan tubuhku ke dalam bathtub. Sesekali kubasuh tubuh mulai dari wajah, leher, sampai ke kaki
. Kunikmati sesaat kehangatan air sambil kutenangkan pikiranku… Beberapa saat pikiranku melayang… bagaimana seandainya saat ini aku bisa menyalurkan gairahku… dan mencapai puncak kenikmatan….
Setelah selesai, aku lalu menggunakan shower untuk membersihkan tubuhku… Posisiku saat itu menghadap ke arah pancuran dan membelakangi pintu…
Secara tak sengaja, aku dikejutkan oleh sesosok tangan yang memelukku dari belakang. Ia berusaha menciumiku sambil tangannya menggerayangi dan meremasi kedua payudaraku.
Dengan rasa terkejut, kurasakan remasan-remasan tangan itu begitu penuh nafsu. Orang itu terus mencumbuiku dengan ganas. Dengan sekuat tenaga, aku membalikkan tubuhku…
“Ya ampun, Edo….!!” jeritku. “Bagaimana kau bisa masuk ke sini?!”
Edo tak menjawabku. Sebaliknya ia kini berusaha mendekap tubuhku dari depan. Ternyata ia pun sudah dalam keadaan bugil. Senjatanya yang keras kurasakan menggesek-gesek bagian-bagian tubuhku…
“Edo, jangan….!!” Aku berusaha melepaskan diri dari dekapan dan cumbuannya. Apa daya, tenagaku kalah jauh dengannya. Tubuh kekarnya dengan keras dan mantap mencengkeramku sampai aku ngos-ngosan… Sementara itu mulutnya terus bekerja mencumbui seluruh bagian tubuhku yang terjangkaunya….
Meskipun aku sudah berteriak namun Edo tetap saja melakukan aksinya. Aku pun tahu tak ada orang luar yang akan bisa mendengarku… karena pintu gerbang depan yang kokoh sudah kugembok sendiri…. Akhirnya aku gagal mempertahankan kehormatanku… Sambil berdiri, ia melakukan penetrasi ke dalam tubuhku dan menggoyangku habis-habisan…. Aku sempat terhenyak karena tak siap saat menerima penetrasinya. Penisnya ternyata sangat keras dan tubuhku dihunjaminya tanpa ampun…..
Bahkan setelah itu Edo membalikkan tubuhku dan terus menggoyangku selama beberapa saat sampai akhirnya ia ambruk setelah mencapai klimaksnya.
Perkosa Sampai Nangis Merintih Kesakitan || gudangcewek.comLalu Edo pun ngeloyor pergi. Dengan tubuh masih basah oleh air sabun dan keringat serta air mani Edo, segera kuraih handuk untuk mengeringkan tubuhku. Dengan pikiran yang masih kalut, kukenakan kimono dan keluar dari kamar mandi…
Namun, begitu keluar kamar mandi, aku sangat terkejut ketika Franki tiba-tiba muncul dan menubrukku. Aku baru sadar kalau teman-teman Edo sudah menunggu di luar…. Didorongnya tubuhku dan disandarkannya ke dinding.
“Franki…. jangan….” Aku hanya sempat mengeluh pendek karena Franki tak peduli dan tak mau pula menyia-nyiakan kesempatan…
Dalam keadaan berdiri, kimonoku disingkapnya lalu kembali aku disetubuhi dalam keadaan berdiri oleh Franki dengan ganas dan penuh nafsu…. Aku yang sudah kecapekan tak bisa berbuat banyak….
Cerita Seks – Tubuhku sampai terangkat-angkat dan salah satu kakiku diangkat Franki ke atas. Selama disetubuhi Franki, sekilas aku melihat sekeliling. Parlin, Jo dan Ben tampak sedang menonton aksi kami dengan pandangan nanar…. Sementara Edo entah ke mana… Gorden dan pintu kamarku telah tertutup rapat.
Akhirnya
, Franki sampai pada puncaknya. Sementara air maninya masih meleleh keluar dari penisnya yang memenuhi vaginaku… kedua tangannya mencengkeram kedua pergelangan tanganku ke tembok… Sementara itu mulutnya dengan ganas menciumi bibirku sampai aku kehabisan napas….
Ketika ia melepasku, aku pun ambruk ke lantai karena kecapekan…. Jo lalu menghampiriku dan memberiku segelas minuman dingin… Aku tidak tahu apa yang dimasukkan Jo ke dalam minuman itu. Yang jelas rasanya agak aneh… dan tak lama kemudian menimbulkan efek yang aneh juga pada tubuhku….
Perkosa Sampai Nangis Merintih Kesakitan || gudangcewek.comJo menolongku berdiri lalu melepaskan kimonoku yang acak-acakan. Kemudian ia membopong tubuhku ke tempat tidur. Di sana kembali aku menjadi bulan-bulanan mereka. Jo menciumi dan mencumbuku penuh nafsu. Tanpa kusadari, tubuhku mulai merespon permainan mereka… Ketika Jo mulai tidak sabar menggoyangku, aku pun mulai menggeliat mengimbangi goyangan Jo yang dahsyat itu. Aku juga mulai merintih-rintih nikmat.
“Jooo…. aaah…. oooohhh…. Jooo…”
Melihat reaksiku yang berbeda terhadap rekan-rekannya yang terdahulu, tentu saja membuat Jo semakin semangat. Kelihatan sekali ia ingin memberikan yang terbaik untukku… Aku pun sama sekali tak memberikan perlawanan terhadap Jo. Aku bahkan memperlakukan Jo sama seperti ketika aku sedang bercinta dengan suamiku…
Melihat itu, Ben jadi tak tahan dan mulai menyerbu juga… Ia memaksaku untuk mengulum penisnya… Mulanya aku ragu-ragu… Aku belum pernah melakukan hal seperti itu…. Tapi sepertinya aku mulai mendapatkan kekuatan entah dari mana… Tanpa pikir panjang, kukulum penis Ben yang sudah sangat mengeras….
Cerita Dewasa – Lama-lama aku merasakan kenikmatan. Gairah-gairahku yang selama ini terpendam, akhirnya seperti lunas terbayar. Bahkan ketika Jo sudah mencapai klimaks dan gantian Ben yang menggoyangku, aku sudah tidak menolak lagi….
Sekarang Ben yang menindih dan berpacu denganku seperti sepasang kekasih sehingga kami berdua mencapai puncak bersama….
Terakhir, masih ada Parlin yang harus kulayani…. Ia pun rupanya sudah tak sabar menunggu gilirannya yang terakhir…. Bagaikan banteng ketaton, ia menindih dan menggoyangku… Kali ini aku mencapai orgasme beberapa kali…. Rupanya Parlin yang paling berpengalaman di antara keempat rekannya… Ia pandai mengatur tempo… dan ia pun tampak senang melihatku beberapa kali mencapai orgasme lebih dulu…. Setelah lima belas menit lebih, ia pun menyiramkan spermanya ke tubuhku… Pada saat yang bersamaan, aku pun mencapai orgasme untuk yang ketiga kalinya bersamanya…
Sambil penisnya tetap tertanam di tubuhku, kami berpelukan erat seolah tak mau saling melepas. Bibir kami pun saling memagut dan berciuman seperti sepasang kekasih yang sudah lama tak saling berjumpa….
Akhirnya…. kami berenam pun saling bergeletakan di berbagai tempat di kamarku selama beberapa saat. Ada perasaan takut dan dosa yang kami rasakan… bercampur dengan rasa nikmat yang tiada tara….
Setelah kejadian itu, jika aku datang ke sana, mereka seringkali berusaha secara tiba-tiba mengeroyokku dan menyetubuhiku bersama-sama. Kadang aku bisa menghindar, kadang aku pun membiarkan mereka melakukannya, terutama jika suasana di tempat kost sedang sepi….
Aku tidak tahu apa aku harus menyesal atau bahkan merasa bahagia karena sekarang aku bisa merasakan kepuasan seks yang luar biasa…. walaupun itu dengan cara dikeroyok oleh lima pemuda di tempat kostku. TAMAT.

Posted By Gudang Cewek 23.46

Minggu, 17 November 2013

Kunikmati 4 Vagina Wanita Cantik Dalam Satu Malam

Filled under:

Kunikmati 4 Vagina Wanita Cantik Dalam Satu Malam

NamiHotPicCerita Hot ini berawal dari kepergianku ke jakarta untuk cari kerja. Bukannya pekerjaan yang aku dapatkan tapi malahan cerita seks pesta seks rame-rame sama 1 keluarga. Jadi gini awal mula cerita seks tersebut. Pada bulan Mei tersebut aku pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, tapi memang kata orang bahwa mencari pekerjaan itu tidak semudah yang kita duga, apalagi di kota metropolis. Pada suatu malam minggu aku tersesat pulang dan tiba-tiba saja ada mobil sedan mewah menghampiriku. Terus dia berkata,
“Hey.. kok.. melamun?” katanya.
Aku sangat kaget sekali ternyata yang menyapaku itu adalah seorang wanita cantik dan aku sempat terdiam beberapa detik.
“Eee.. Ditanya kko masih diam sih?” wanita itu bertanya lagi. Lalu aku jawab,
“Ii.. nii.. Tante aku tersesat pulang nih?”
“Ooohh.. Mendingan kamu ikut Tante saja yah?”
“Kemana Tante?” tanyaku.
“Gimana kalau ke rumah Tante aja yah?” karena aku dalam keadaan bingung sekali dan tanpa berpikir apa-apa aku langsung mengiyakannya.

Singkat cerita aku sudah berada di rumahnya, di perumahan yang super elit. Kemudian aku diperkenalkan sama anak-anaknya yang memang pada cantik dan sexynya seperti Mamanya. Oh yah, setelah aku dan mereka ngobrol panjang lebar ternyata Tante yang nolong aku itu namanya adalah Tante Mey Lin yang dipanggil akrab Tante Mey, anak pertamanya Mbak Hanny, dia masih kuliah di Universitas terkenal di Jakarta, anak yang kedua namanya Sherly kelas 1 SMU dan yang ketiga namanya Poppy kelas 1 SMP, mereka berdua di sekolahkan di sekolah yang terkenal dan favorit di Jakarta.

Walaupun aku baru pertama kenal, tapi aku sama bidadari-bidadari yang pada cantik ini rasanya sudah seperti seseorang yang telah lama berpisah
. Lalu kami berlima menonton acara TV yang pas pada waktu itu ada adegan panasnya, dan aku curi pandang sama Tante Mey, rasanya Tante ini enggak tenang dan merasa gelisah sepertinya dia sudah terangsang akan adegan itu, ditambah ada aku disampingnya, namun Tante rupanya malu sama anak-anaknya. Tiba-tiba Tante berkata,
“Hanny, Sherly, Poppy cepat tidur sudah malam?” yang memang pada waktu itu menunjukkan jam 10.30.
“Memangnya kenapa Mami, filmnya kan belum selesai”, kata Mbak Hanny.
Memang dia kelihatannya sudah matang betul dan apa yang akan dilakukan Maminya terhadap aku? Lalu mereka bertiga masuk ke kamarnya masing tapi Sherly dan Poppy tidur satu kamar. Dan kejadian kurang lebih tiga bulan yang lalu terulang lagi dan sungguh diluar dugaan aku.

“Nah dewa sekarang tinggal kita berdua”, katanya.
“Mrmangnya ada apa tuh Tante?” kataku heran.
“Dewa sayang, Tante enggak bisa berbuat bebas terhadap kamu karena Tante malu sama anak-anak,” begitu timbalnya.
“Dewa mendingan kita ke kamar Tante aja yah, please.. temanin Tante malam ini sayang, Tante sudah lama sekali enggak dijamah sama laki-laki”, sambil memeluk aku dan memohon,
“Yah sayang? Mau kan?” katanya lagi
“Ii.. Yaa, mau.. Tante?” jawabku gugup. Karena Tante sudah mau menolongku.

Tiba di kamar Tante rupanya enggak bisa nahan lagi nafsunya dia langsung mencium seluruh tubuhku, lalu kami berdua tanpa terasa sudah seperti sepasang kekasih yang sudah lama pisah. Hingga kami berdua sudah setengah bugil, aku tinggal CD saja dan tante Mey tinggal BH dan CDnya. Tante sempat menari-nari di depanku untuk membangkitkan gairahku supaya semakin nafsu. “Wahh..!! Gile benar nih Tante, kok kayak masih umur 23 tahun saja yah?” gumamku dalam hati. Itu tuh.. Kayak Mbak Hanny anaknya yang pertama. Sungguh indah tubuhnya, payudara yang besar, kencang dan sekel sekali, pinggulnya yang sexy dengan pantat yang runcing ke atas
, enak kalau dientot dari belakang? Terus yang paling menggiurkan lagi vaginanya masih bagus dan bersih. Itu gerutuku dalam hati sambil melihat Tante menari-nari.

Tante langsung menindihku lalu mencium bibirku dengan ganasnya lalu aku juga membalasnya, Tante menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku yang mulai tegang, juga kedua payudaranya ke dadaku. “Ooohh.. terus.. Tante, gesek.. dan.. Goyang.. yang kerass.. aahh.. oohh..” desahku.
“Dewa sayang itu penismu sudah bangun yah, rasanya ada yang menganjal di vaginaku cinta,” kata Tante Mey.
Lalu kami berdua tanpa ba.. bi.. bu.. langsung melakukan 69, dengan jelas terlihat vagina Tante Mey yang merah merekah dan sudah sangat basah sekali, mungkin sudah terangsang banget karena tadi habis menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku. Lalu aku menjilat, mencium dan menghisapnya habis-habisan, kupermainan kritorisnya. Tante mengerang.

“Ooohh.. Eennaakk.. Dewaa.. sayang.. terus.. makan vagina Tante yahh..?”
Begitu juga dengan aku, penis rasanya sudah enggak tahan banget ingin masuk ke lobang vagina kenikmatannya.
“Ooohh.. yahh.. eenaakk terus.. Tante.. yang cepet kocokkannya..?”
Cclluup.. Ccluupp.. Suara penisku didalam mulutnya.
“Dewa, vagina Tante sudah enggak tahan lagi sudah cepet lepasin, cepet masukin saja penis kamu cinta?” Tante Mey meringis memohon.

Kemudian aku mengambil posisi diatas dengan membuka pahanya lebar lalu aku angkat ke atas dan aku mulai memasukan penisku ke dalam vaginanya. Bblless.. Bleess.. Bblleess..
“Awww.. Yeeahh.. Ssaakiitt.. De.. Waa?”
“Kenapa Tante?”
“Pelan-pelan sayang, vaginaku kan sudah lama enggak dientot?”
“Ooohh..?” jawabku.
“Tahan sebentar yah cinta, biar vagina Tante terbiasa lagi dimasukin penis,” katanya.
Selang beberapa menit,
“Nah Dewa, sekarang kamu boleh masukin dan entot vagina Tante sampai puas yah?”
“Ssiipp.. Siap..!! Tante Mey?”

Memang benar vagina Tante rupanya sudah lama enggak dimasukin penis lagi, terbukti aku sampai 3 kali hentakan. Bleess.. Bless.. Bblleess.. Akhir aku masukin semuanya penisku ke vaginanya. Tiga kali juga tente Mey menjerit.
“Dewa genjot dan kocok vaginaku sayang?” lalu aku mulai memasuk keluarkan penisku dari lambat sampai keras dan cepat sekali. Tante Mey mengerang dan mendesah.
“Ooohh.. ahh.. enak.. sekalii.. penis kamu Dewaa.., akhirnya vagina Tante ngerasain lagi penis.. terus.. Entot vagina Taann.. tee.. Dewaa.. Sayaanngg..?” ceracaunya.

“Uuuhh.. Oohh.. Aaahh.. Yeess.. Ennaakk.. vagina Tante seret sekalii.. Kaya vaginanya perawan?” timbalku.
Tiba-tiba, “Dewaa.. Aku mau keluar nih? penis kamu hebatt..?”
“Tunggu Tante sayang, aku juga mau keluar nih..?”
Akhirnya Tante Mey orgasme duluan. Crott.
. Ccroott.. Crroott.. Banyak sekali cairan yang ada dalam vaginanya, rasanya penisku hangat sekali.
“Tante aku mau keluar nih..?” kataku, “Dimana nih keluarinnya..?”
“Didalam vagina Tante saja Dewaa.. Please.. ingin air mani kamu yang hangat..?”
Ccrett.. Ccroott.. Ccrroott..
“Aaarrgghh.. Aarrgghh.. Oohh.. Mmhh.. Nikmat vagina Tantee..?” erangku.

Lalu aku dan tente tidur pulas, karena kecapaian akibat pertempuran yang sengit tadi. Sekitar jam 12 malam rasanya penisku ada yang mengulum dan mengocoknya. Ternyata Mbak Hanny,
“Ada apa Mbak?” tanyaku.
Wah gila dia, sambil mengocok penisku didalam mulutnya, tangan kirinya menusuk-nusuk vaginanya sendiri. Dia berkata,
“Dewa aku ingin dong dientot kaya mami tadi, yah.. please..”
Dia mempertegas, “Dewa tolong Mbak yah sayang, vagina Mbak juga sudah kangen enggak ngent*t lagi, Mbak baru putus sama pacar habis enggak muasin vagina Mbak,” sambil membimbing tangan kananku untuk mengelus-elus vaginanya.
“Iyah deh Mbak, aku akan berusaha dengan berbagai cara untuk dapat membuat vagina Mbak jadi ketagihan sama penis aku,” jawabku vulgar.
“Kita entotannya dilantai karpet aja yah?” kata Mbak Hanny. Tapi masih di kamar tersebut, “Aku takut mengganggu Mami yang habis kamu entotin vaginanya, entar Mami bangun lagi kalau ngent*tnya diranjang,” dia mempertegas.

Mbak Hanny langsung telanjang bulat. Kami pun bercumbu, saling menjilat, mencium, menghisap seperti biasa, dengan gairah yang sangat menggelora sekali. Dan sekarang aku mulai memasukkan penisku ke lubang vaginanya, karena dia sudah gatel banget lihat tadi aku ngent*tin Maminya. Maka aku langsung aja, masukkan penisku. Bleess.. Bless.. Bleess..
“Aw.. Oohh.. Aahh.. Yyeess..?” erangnya.
“Sakit Mbak?” tanyaku.
“Enggak cinta, terusin saja enak banget kok?”
Aku langsung mengkocoknya, plak.. plakk.. plokk.. plookk..? suara paha kami berdua beradu..?
“Vagina Mbak enaakk.. Sekali sih..?” sambil aku menggoyangkan pinggulku, terus dia juga mengimbangi goyanganku dengan arah yang berlawanan sehigga benar-benar tenggelam seluruh penisku ke dalam vagina surga kenikmatannya.
“Oohh.. ennak.. Dee.. waa.. terus.. entot.. mee.. meekk.. Mmbaakk.. sayyaanngg..?”

Akhirnya akupun ngent*t lagi sama vaginanya Mbak Hanny, tapi Maminya enggak sedikitpun bangun mungkin capek main sama aku, habis aku bikin tubuhnya dan vaginanya melayang-layang. Lagi asyik-asyiknya ngent*tin vaginanya Kak Hanny, tiba-tiba terdengar suara.
“Iiihh.. Kakak lagi ngapain?” mendengar suara tersebut, aku terkejut. Rupanya Shelly dan Poppy sedang asyik dan santainya melihat aku ngent*t sama kakaknya.

Aku langsung aja berhenti dan seketika itu juga Mbak Hanny berkata,
“Dewa kenapa, kok berhenti sayang, terus dong entot vagina Mbak, sampai enak dan nikmat sekalii..?”
“Ii.. ittuu.. ada..?”
“Ada apa?” katanya lagi penasaran. Pas dia menggerakkan wajahnya kekanan, terlihatlah adik-adiknya yang sama-sama sudah bugil tanpa sehelai benang pun. Lalu Mbak Hanny bicara,
“Eehh.. adik-adikku ini bandel sekali yah..!!”
Setelah dia tahu bahwa aku berhenti karena ada adik-adiknya yang sama sudah telanjang bulat. “Heyy.. kenapa kalian ikut-ikutan telanjang?” kata Mbak Hanny.
“Kak aku ingin ngerasain dientot yah?” tanya Shelly sama kakaknya.
“Iyah nih Kakak kok pelit sih.. aku juga sama Kak Shelly ingin juga ngerasain penisnya Mas Dewa,” timbal poppy.
“Iyah kan Kak?” tanya poppy pada Shelly.
“Iyah nih.. Gimana sih..?” timbal Shelly.
“Please dong Kak? Rengek kedua anak tersebut?” terus mungkin sudah terlanjur mereka berdua melihat kakaknya ngent*t dan sudah pada bugil semuanya, maka Kak Hanny membolehkannya.
“Iyah deh kamu berdua sudah telanjur bugil dan lihat kakak lagi dientot vaginanya sama penis Dewa?”
“Sini jangan ribut..” kata Kakaknya lagi, “Tunggu kakak keluar, yah.. entar kamu juga bakal kebagian adikku manis” Tanya kakaknya.
“Dewa cepetan kocokannya yang lebih keras lagi.. Kasihan vagina kedua adikku ini sudah pada basah.. tuhh..”

Akhirnya aku dan Mbak Hanny pun mempercepat ngent*tnya kayak dikejar-kejar hantu. Dan akhirnya orgasme secara bersamaan.
“Aaarrgh.. Oohh.. Mmhh.. Aarrgghh.. Enak.. Sekalii.. cintaa? Aku sudah keluar Dewa..?” erangan Mbak Hanny.
“Aku juga sama Mbakk.. Rasanya penisku hangat sekali”

Setelah berhenti beberapa menit, lalu kedua anak abg ini mulai membangkitkan lagi gairahku, Shelly kakaknya lagi asyik mengocok penisku dalam mulut dan bibirnya yang sexy sedangkan Poppy mencium bibirku habis-habisan sampai kedua lidah kami saling bertautan dan aku pun tak tinggal diam, aku mulai meremas-remas toketnya yang sedang seger-segernya seperti buah yang baru matang.

Akhirnya kembali lagi aku ngent*tin vagina adiknya yang masih perawan. Yang pertama kuentot vaginanya sherly yang kelas 1 SMU. Aku sangat kesulitan memasukan penisku karena vaginanya masih sempit dan perawan lagi.
“Benar nih, vagina kamu mau aku masukin?” tanyaku dengan penuh kelembutan, perhatian dan kasih sayang.
“Mau sekali Kak..?” jawabnya.
“Aku dari tadi sudah kepengen banget, ingin ngerasain gimana sih kalau vagina aku dimasukin penis Mas dewa? Kelihatannya Kak Hanny enak dan nikmat banget, waktu Kakak lagi ngent*tin dia?” jawab polosnya.

Lalu aku suruh dia diatas aku dibawah dan akhirnya dia memasukan juga. Bles.. Bless.. Bbleess..
“Aw.. Aahh.. Ohh.. Kak.. sudah.. Masuk belumm..?” sambil dia mengedangah ke atas, bibir bawahnya digigit lalu kedua payudaranya dia remas-remas sendiri sambil dia menekan pantatnya kebawah.
“Tekan lagi cinta masih kepalanya yang masuk?”
Akhirnya dengan dibantu aku memegang pantatnya kebawah, akhirnya masuklah semuanya.
“Aahh.. oohh.. yeeahh.. masuk semuanya yah kak?” katanya.
“Iyah Shelly sayang, gimana enak kan?” tanyaku sambil aku mencoba menggenjotnya.
“Enak.. sekali.. Kak Dewa..”
“Ini belum seberapa Selly. Ntar kamu akan lebih nikmat lagi?” lalu aku kocok vaginanya dan akhirnya dia orgasme duluan. Creett.. Creett.. Ccroott..
“Aakk.. saayyaanngg.. aa.. kuu.. mau.. keluar nihh..” eranganya.
Sambil memelukku erat-erat dan pantatnya ditahan ke belakang karena dia ada diatas, lalu aku pun sama menghentakkan pantatku ke depan, arah yang berlawanan supaya dia benar-benar menikmatinya, penisku tertekan lebih dalam lagi ke lubang vaginanya. Dia langsung lemes sementara aku belum orgasme dan kulihat Poppy sedang dioral vaginanya sama kakaknya, Mbak Hanny.
“Sudah dong kak..?” kataku pada Mbak Hanny.
“Kasihan tuhh.. vagina Poppy sudah ingin banget ngerasain di tusuk sama penisku ini?” kataku lagi

“Iyah Kak Hanny, sudah dong kak?” kata Poppy.
“Aku sudah enggak tahan sekali dari tadi lihat Kak Shelly dientot sama penisnya Dewa, sepertinya nikmat dan enak sekali?” katanya memohon agar Kak Hanny melepaskan oralnya di dalam vaginanya.
Akhirnya kami berempat mulai perang lagi, aku mau masukin penisku ke vaginanya Poppy sambil nungging (doggy style) kemudian Poppy menjilat vaginanya Mbak Hanny dan Mbak Hanny menjilat vaginanya Shelly yang sudah seger lagi.
“Wah.. seretnya bukan main nih vaginanya Poppy, dia masih kelas 1 SMP jadi lebih sempit dibanding kakak-kakaknya dan cengkramannya pun sangat kuat sekali.”
“Bleess.. Bless.. Bleess..”

“Awww.. Awww.. Ooohh.. Ooohh..” Poppy menjerit lagi setiap aku mau memasukkan lagi penisku.
“Sakit yah?” tanyaku sambil aku meremas-remas payudaranya.
“Ii.. Iyah.. kak.., Tapi kok enak banget sih? terusin aja Kak Dewa.. Vagina poppy rasanya ada yang mengganjal dan rasanya hangat dan berdenyut-denyut,” katanya.
Sambil merem melek karena aku mulai menggenjot vaginanya.
“Oohh.. terruuss.. aakk.. saayyaang.. p.. vaginanya Poppy yah..” ceracaunya.
Dan rasanya dia mulai juga menggoyangkan pinggulnya.
“Tenang cinta.. aku.. akan.. berusaha.. muasin vaginanya dik.. Poppy.. Yah..”

Dan akhirnya aku ngent*t vagina keempatnya. Lalu aku dengar dia berkata,
“Aku mau keluar nih?”
“Sabar taahann.. duu.. Luu.. Yah..”
Namun baru sekali ini vaginanya dientot dia tak bisa nahan dan..
Crott.. Croott..
“Aarhhgg, eemmhh.. oohh.. yeeaass..nikmat banget aakh..?” eranganya.
“Makasih.. Yah kak..?” sambil dia tersenyum.
“Aku.. pipisnya kok.. enggak biasanya, tapi enak banget sih.”
“Aku mau keluar nih, dimana sayang?” tanyaku.
“Aakkh.. didalam vaginaku aja yah.. Aku ingin ngerasain.. Gimana di siram air mani penis..”
Ccrroott.. Crroott.. Crott..
Akhirnya aku tumpahkan ke dalam lobang vaginanya dan sebagian lagi kuberikan sama Kak Hanny dan Shelly.

Gile.. Benerr.. sekali ngent*t dapat empat vagina, yaitu vaginanya anak SMP, anak SMU, mahasiswi dan Tante-Tante. TAMAT.

Baca Cerita Seks Yang Lain >> 


Posted By Gudang Cewek 06.37

Jumat, 08 November 2013

Model Hot Pake Bikini Basah - Basahan

Filled under:

Namihotpic – Berikut ini adalah Foto Model Hot Pake Bikini Basah – Basahan. Cek fotonya dibawah ini.


 

 


Yuk Lihat Foto Lainnya>>

Posted By Gudang Cewek 09.47

Foto Bugil Marsha di Kamar Hotel

Filled under:

Marsha, Cewek Bisyar yang Cantik dan Berbody Montok - Cowok mana yang tahan kalau melihatnya, Cewek Bisyar Cantik Ini Bernama Marsha, bikin mata kunang - kunang, badan merinding, gemetar & panas dalam !!!
 
Marsha, Cewek Bisyar yang Cantik dan Berbody Montok - http://www.novelremaja.com/

Marsha, Cewek Bisyar yang Cantik dan Berbody Montok - http://www.novelremaja.com/

Marsha, Cewek Bisyar yang Cantik dan Berbody Montok - http://www.novelremaja.com/

Marsha, Cewek Bisyar yang Cantik dan Berbody Montok - http://www.novelremaja.com/

Marsha, Cewek Bisyar yang Cantik dan Berbody Montok - http://www.novelremaja.com/

Posted By Gudang Cewek 09.25

Sabtu, 02 November 2013

Foto-Foto Bugil Model Asia

Filled under:

NamiHotPicBerikut ini adalah kumpulan Foto-Foto Bugil Model Asia yang bisa bikin lelaki ketagihan seks.

 

Foto-Foto Bugil Model AsiaFoto-Foto Bugil Model AsiaFoto-Foto Bugil Model AsiaFoto-Foto Bugil Model AsiaFoto-Foto Bugil Model AsiaFoto-Foto Bugil Model AsiaFoto-Foto Bugil Model AsiaFoto-Foto Bugil Model AsiaFoto-Foto Bugil Model AsiaFoto-Foto Bugil Model Asia

 

Lihat Foto Lainnya>>

Posted By Gudang Cewek 08.50

Jumat, 01 November 2013

Foto Bugil Dewi Persik di Film Nyi Blorong 2013

Filled under:

NamiHotPic - Siapa tidak kenal Dewi Perssik, artis fenomenal dengan penampilannya yang seksi selalu mengundang kontroversi. Setelah sukses membintangi beberapa film horor, kini Dewi Persik kembali dengan film terbarunya Dewi Ular Titisan Nyi Blorong.

Dalam film ini Dewi Persik berperan sebagai Dewi Ular, sebagai aritis yang profesional, Dewi memerankannya dengan sangat baik, pada foto ini terlihat dewi persik yang tubuhnya dilumuri dengan cairan berwarna hijau, sedang memainkan seekor ular setelah keluar dari sarangnya.

Sebelumya timbul kontroversi bahwa Dewi akan beradegan bugil dalam film ini, ternyata Dewi sebenarnya mengenakan pakaian ketat.

Cekidot foto semi bugil doski:

 

Foto Bugil Dewi Persik di Film Nyi Blorong 2013

 

Foto Bugil Dewi Persik di Film Nyi Blorong 2013

 

Foto Bugil Dewi Persik di Film Nyi Blorong 2013

 

Foto Bugil Dewi Persik di Film Nyi Blorong 2013

 

Foto Bugil Dewi Persik di Film Nyi Blorong 2013

 

Foto Bugil Dewi Persik di Film Nyi Blorong 2013

 

Foto Bugil Dewi Persik di Film Nyi Blorong 2013

 

Foto Bugil Dewi Persik di Film Nyi Blorong 2013

Sumber foto: kapanlagi.com

Posted By Gudang Cewek 09.32

Foto Panas Cewek di Depan Cermin

Filled under:

NamiHotPic – Berikut ini adalah foto-foto panas cewek di depan cermin yang bisa bikini cowok pada horni.

 

Foto Panas Cewek di Depan Cermin

 

Foto Panas Cewek di Depan Cermin

 

Foto Panas Cewek di Depan Cermin

 

Foto Panas Cewek di Depan Cermin

 

Foto Panas Cewek di Depan Cermin

 

Foto Panas Cewek di Depan Cermin

 

LIHAT FOTO SELENGKAPNYA>>

Posted By Gudang Cewek 08.06

Ngentot Sepupuku dan Adiknya Masih Perawan

Filled under:

Ngentot Sepupuku dan Adiknya Masih Perawan

NamiHotPicWaktu itu tahun 1996, bulan September, aku baru saja pulang dari KKN di desa, di daerah Kabupaten Blora (sekarang masuk Kabupaten Cepu), dua hari setelah sampai di rumah, ada telepon dari salah satu sepupuku, katanya dia sedang Study Tour ke kotaku. Sepupuku ini masih sekolah di SMUK di daerah Madiun, sebenarnya aku belum pernah bertemu langsung dengan dia, jangan heran ya, sebab dia sepupu jauh sekali. Sepupuku ini baru sempat bertemu dengan orang tuaku dan kakakku saja sewaktu mereka pergi ke daerah asal sepupuku di Jawa Timur. Nah, ketika dia Study Tour ke kotaku, dia ingin mampir dan menginap di rumahku, terus dia minta dijemput di depan salah satu bank di dekat Jalan yang jadi trade marknya kotaku. Maka, aku bersama kakakku menjemput dia.

Jam 4:25 sore, aku sampai di depan bank tersebut. Mobil kuparkir, lalu aku bersama kakakku sambil membawa dua payung menghampiri bis-bis yang diparkir di depan bank, agak lama juga aku mencari sepupuku ini, maklum aku belum pernah bertemu dia dan kakakku sendiri agak lupa dengan wajahnya. Setelah kurang lebih 5 menit, akhirnya bertemu juga. Kemudian kami pulang ke rumahku, dia senang sekali bisa bertemu denganku. Awalnya dia berencana mau menginap 1 hari tetapi kemudian dirubah jadi 2 hari. Sepupuku ini tidak punya saudara laki-laki, jadi ketika kami bertemu, dia senang sekali dan menganggap aku seperti kakak kandungnya. Selama dia menginap di rumah, dia selalu ingin dekat denganku terus. Aku menganggap biasa-biasa saja dan tidak ada pikiran lain.

Ketika dia mau pulang, dia mau pulang sendirian, orang tuaku sepertinya tidak tega melepas dia pulang sendirian, akhirnya aku disuruh mengantar dia pulang ke Jawa Timur, padahal waktu itu aku sedang berobat jalan karena aku mengidap alergi serpihan kulit manusia (aneh ya..? aku saja dulu tidak percaya). Aku harus datang ke dokter pribadiku setiap hari Selasa dan Jum’at buat disuntik. Tetapi, menurutku tidak apa-apa karena kupikir nanti jika sudah sampai di sana, aku langsung pulang saja pikirku. Jadilah aku mengantar dia pulang ke Jawa Timur. O.. iya, sebelum terlalu jauh aku bercerita, kuperkenalkan dahulu diriku, namaku Padi dan nama sepupuku Ana. Di jalan kami bercerita tentang daerah asalnya yang ternyata ada di kawasan pantai utara Jawa Timur.

Kami mampir ke Madiun dulu, karena katanya dia mau mengambil baju-bajunya yang mau dibawa sekalian dicuci di rumah. Sampai di Madiun, kira-kira pukul 5:00 sore, kami menuju tempat kosnya yang sederhana di komplek Akabri. Setelah selesai dengan urusan di Madiun, kami langsung pergi lagi meneruskan perjalanan. Di perjalanan, aku bertanya dengan dia.
“Eh, An.. dari sini sampai ke kotamu berapa lama sih..?” tanyaku.
“Ya… mungkin kira-kira 8 jam Mas..” katanya.
Dalam hati aku berpikir, “Wah, bakalan capek di jalan nih.. sialan…”

Waktu berlalu, kira-kira pukul 9 malam, kami masih ada di atas bis jurusan ke kotanya. Malam itu kurasakan sangat dingin, apalagi ditambah tiupan angin yang sangat kencang. Di dalam bis yang lumayan penuh itu, aku duduk di kursi kedua dari belakang sejajar dengan Ana. Pintu bis yang ada di sebelah kananku ternyata tidak bisa ditutup, karena kuncinya rusak kata kernetnya. Ana yang merasa kedinginan terkena tiupan angin, bingung mau bagaimana sebab dia tidak membawa jaket atau sweater buat penghangat, sedangkan aku sendiri tidak masalah. Kemudian kutawarkan dia untuk pindah tempat duduk di sebelah kananku, yah.. lumayan dia terlindung dari angin oleh badanku.

Sekitar 10 menit setelah itu, dia bilang katanya dia merasa mengantuk, aku tawarkan dia untuk tidur saja di pangkuanku. Dia mau dan langsung dia rebahkan kepalanya di pahaku, waktu itu aku sebenarnya agak kawatir dengan penumpang lainnya. Jangan-jangan ada yang berpikiran macam-macam tentang kami, meskipun begitu aku akhirnya memutuskan untuk santai saja. Si Ana dengan cepat tertidur dengan pulasnya, tanganku kutaruh di atas punggungnya biar dia merasa lebih hangat. Tawaranku untuk tidur di pahaku ternyata berbekas sekali di hati sepupuku ini, sepertinya dia merasa ada sesuatu yang lain yang dirasakannya setelah dia merebahkan kepalanya di pahaku. Mungkin karena dia masih anak SMU yang belum pernah merasakan kasih sayang dari seorang cowok, tetapi kok ya kebetulan justru dengan kakak sepupunya sendiri.

Tidak terasa, bis telah memasuki terminal di kotanya. Waktu itu jam 1 pagi. Kami langsung mencari becak untuk pulang ke rumahnya. Sampai di rumahnya yang sederhana (bapaknya bekerja sebagai sipir penjara dan ibunya guru SD), aku langsung disambut oleh Omku. Kami berbincang-bincang sejenak sambil nonton MTV. Tidak lama kemudian, Omku minta diri untuk tidur. Aku mempersilakan Omku untuk tidur. Aku sendirian yang belum merasa mengantuk dan meneruskan melihat TV. Si Ana sendiri ada di kamarnya sedang bicara dengan adiknya. Kira-kira 5 menit kemudian, kudengar ada orang datang masuk ke ruang TV dimana aku berada, yang Ternyata Ana.

Aku bertanya pada dia, “Lho.. An, kamu ngga tidur? Kan udah malem, bahkan pagi nih!”
“Lah.. mas sendiri gimana? Kok ngga tidur juga?” dia balik bertanya.
“Mas kan udah biasa melek sampai pagi, lagian acaranya bagus nih, MTV music Awards.”
“Iya deh… tapi Ana boleh nemenin Mas ngga?”
“Boleh aja, asal bikinin Mas kopi panas dong…”
“Ih.. Mas curang.. Oke deh Ana buatin.”
Kemudian dia beranjak pergi ke dapur untuk membuatkan kopi untukku. Sewaktu dia jalan ke dapur, dia melewati ruangan makan yang gelap, sedangkan ruang dapurnya sendiri dibiarkan terang, sebab Omku orangnya suka makan, jadi kalau malam dia sering ke dapur untuk cari makanan.

Sewaktu dia melewati kamar makan yang kebetulan bisa terlihat dari tempat dudukku, aku agak kaget karena kulihat dasternya kelihatan menerawang terkena cahaya dari dapur. Si Ana ini sebenarnya tidak hanya manis tetapi juga cantik, tubuhnya agak gemuk, tinggi sekitar 158 cm, ukuran dadanya berapa ya? Tidak tahu.. Kulitnya sawo matang dan yang paling menarik adalah matanya yang khas cewek Jawa, tidak besar juga tidak kecil. Sekilas kulihat bentuk tubuhnya sewaktu dia melewati ruang makan. Jantungku merasa agak berdebar karena aku kan laki-laki, jadi lihat yang seperti itu kan, ya gimana gitu. Selesai dia membuat kopi, segera dia menuju ke arahku, terus dia bergabung nonton MTV. Sejenak aku lupa akan kejadian yang mendebarkan tadi (menurutku lumayan mendebar kan lho).

Kami berbincang-bincang sambil mengomentari pemenang-pemenang yang sedang diumumkan di TV.
Tiba-tiba dia nyeletuk, “Mas.. tadi enak lho tiduran di pangkuannya Mas..”
“Kenapa emangnya? Mau lagi ya, sini deket-deket Mas..?” kataku.
“Oke deh!”
Kemudian dia mendekat ke arahku dan merebahkan kepalanya di pahaku lagi. Nah, sekarang aku mulai berpikiran macam-macam nih, karena kan dia hanya memakai daster dan di dalam dasternya hanya ada CD dan BH saja. Mau tidak mau batangku mulai bereaksi pelan-pelan, tetapi dia tidak tahu. Masih sekitar 10 menit kami berbincang-bincang, tanganku kutaruh di atas pinggulnya, dan kurasa dia tidak keberatan. Lama-lama sepertinya dia mengantuk dan mulai sembarangan kalau menjawab pertanyaan atau komentarku.

“An.. geser dikit dong, soalnya pahaku kesemutan nih! Sebentar, ganti pake bantal aja yah…?”
Kemudian kuangkat kepalanya, kupindahkan dia ke bantal yang ada di sofa, sedangkan kakinya kuangkat ke atas pahaku. Singkat cerita, dia sudah tertidur dengan pulas. Pikiranku mulai keluar pikiran iseng, tanganku aku rabakan di kakinya. Sambil pura-pura memijat, dari bawah pelan-pelan naik ke atas, terus turun lagi, naik lagi… lama-lama aku memijatnya terlalu naik sampai hampir menyentuh pangkal pahanya. Rupanya dia terbangun.
“Ngapain Mas..?”
“Eh.. ngga kok cuman mijitin, kan kamu capek barusan abis naik bis jarak jauh?”
“Mmm.., boleh juga.. tapi mijitnya jangan keras-keras ya Mas…”
“Oke An..”

Nah, aku teruskan kembali memijatnya, tetapi kali ini mijatnya lain, aku kan sedikit-sedikit pernah baca tentang pijatan erotis, maka aku mencoba untuk mempraktekkannya sekarang. Pertama kuletakkan tanganku di telapak kakinya, terus kucari simpul yang bisa membangkitkan gairah seksnya.
“Nah, ketemu nih…” batinku.
Pelan-pelan kupijat bagian itu sambil tanganku yang satunya juga memijat-mijat paha kanannya.

Setengah sadar dia bertanya, “Mas, kok enak banget sih pijitannya?”
“Tenang aja deh, yang ini belum apa-apa, entar ada yang lebih hebat.” jawabku.
Lama kelamaan dia jadi tidak merasa ngantuk, tetapi menikmati pijatan-pijatan tanganku sambil mengeluarkan suara lenguhan yang sangat merangsang, “Nngggh… ngghh… enak loh Mas… agak naik dikit Mas.. yang ini lho di atas dengkul…, ya.. di situ… terus.. terus..”

Aku tahu dia tidak sadar kalau sedang aku kerjain. Lama-lama kulihat dia sepertinya mau bangkit dari tidurnya. Kemudian waktu kubiarkan, ternyata dia tiba-tiba memelukku dan berusaha mencium bibirku. Aku sendiri menyambut ciumannya dengan bersemangat.
“Wah, lha ini nih yang kunanti,” batinku.
Ciumannya lumayan dahsyat, sampai lidahnya masuk ke mulutku seperti ular. Lidahku sendiri jadi tidak mau kalah menyambut lidahnya yang masuk ke mulutku (heran juga anak ini kok bisa senekat ini pikirku). Dan ternyata, kok luar biasa ciummannya untuk ukuran anak SMU yang belum pernah pacaran, tangannya melingkar di punggungku dan berusaha masuk ke dalam t-shirtku.

Gerakan tubuhnya terlihat sekali terbakar oleh rangsangan yang kuberikan melalui pijatan tadi, tubuhnya naik turun sambil sesekali bergoyang ke kiri dan ke kanan. Lama-lama daster yang dia kenakan tertarik ke atas oleh karena gerakannya tersebut, dan tanganku pun bisa leluasa untuk memegang pantatnya. Dia memakai celana dalam yang tipis berenda. Pelan-pelan kumasukkan tanganku ke dalam CD-nya dari atas. Aku berhasil memegang pantatnya, wah.. seketika aku merasakan suatu gelora dalam diriku, sepertinya aku sendiri mulai terserang rangsangan yang sangat kuat. Aku pijat-pijat pantatnya, sementara kami masih saling berpagut, dia sendiri terlihat sangat menikmati pijatan tanganku pada pantatnya. Lalu aku mulai menaikkan tanganku, berusaha untuk membuka dasternya. Tanpa hambatan, aku berhasil menaikkan dasternya sampai ke bagian leher, kudorong dia pelan-pelan ke belakang, dia berusaha untuk tetap memelukku.

Aku berbisik padanya, “An.. tolong kamu mundur sebentar, aku tolong kamu nglepasin dastermu.”
Dia mengangguk pelan, lalu kubuka dasternya. Kulihat tubuhnya yang mulus hanya ditutupi BH dan CD saja.
“An.. gimana kalo semuanya aku buka…?” tanyaku.
Ternyata ia mengangguk mengiyakan, “Silakan Mas…”
Kubuka pelan-pelan BH-nya sambil kubelai dua bukit di dadanya dengan lembut.
“Ehm… Mas.., Ana sayang sama Mas…” katanya.
Aku tidak menjawab perkataannya. Kemudian kudekatkan wajahku ke buah dadanya dan mulai mengulum-ngulum pucuk bukitnya. Dia terlihat sangat menikmati perlakuanku tersebut, matanya terlihat sayu dan sepertinya mengharap yang lebih dari sekedar dikulum pucuk bukitnya.

Aku menengok ke arah jam dinding yang terletak di atas pintu, jarum menunjukkan pukul 12:08 malam. Aku sempat berpikir, sebenarnya bahaya kalau tiba-tiba Om atau Tanteku memergoki kami yang sedang asik di sini. Sekejap aku memutar otak, aku lalu berbisik ketelinga Ana.
“An.. kita pindah ke kamarku aja yah?”
Dia tersentak mendengar bisikanku. Aku sendiri kaget, “Apaan nih? Kok jadi medadak berubah?”
Aku rasakan ternyata Ana sepertinya tersadar atas apa yang sedang diperbuatnya. Dengan terburu-buru, dia menyambar pakaiannya dan berusaha lari menuju kamarnya. Cepat sekali kejadian itu berlalu, aku sendiri tidak sempat melakukan apa-apa, aku hanya melongo seperti Mandra diputus Munaroh. Gila, pembaca tahu sendiri kan? Lagi enak-enak bercumbu, tidak tahunya putus di tengah jalan. Tetapi aku sendiri maklum, sebenarnya Ana adalah anak yang taat beribadah. Dan kuyakin yang barus saja kualami, sebenarnya dia melakukannya di bawah sadar.

Paginya, aku bangun sekitar pukul 9:00, ternyata aku semalam ketiduran di depan TV. Aku ngucek-ucek mataku sambil mencari dimana kacamataku, agak lama kucari, tetapi tidak ada.
“Mana ya?” aku bergumam pelan.
Kebetulan Tante yang berjalan melewati ruang TV menuju dapur mendengar gumamanku.
“Cari apa Di?” tanya Tanteku.
“Tante liat kacamata Padi ngga?”
“Ngga tuh.. mungkin jatuh di bawah meja, coba cari lagi,” sambil dia berjalan menuju ke arahku ingin membantu mencari.
Dicari-cari sudah lama, tetap tidak ketemu, “Yep.. nanti dicari lagi deh Tante.. biar Padi mandi dulu.” kataku.
“Oke lah, nanti Tante bantu lagi carinya.”
“Oke Tante..” sahutku.
Aku bergegas menuju ke kamarku, mengambil peralatan mandiku.

Kamarku terletak di sebelah kamar Ana, sempat kulihat dari celah kamar yang tidak tertutup semua. Ana masih kelihatan pulas tidurnya. Mungkin dia tidak bisa tidur setelah kejadian tadi malam. Habis mandi aku menuju ke ruang TV lagi untuk mencari kacamataku yang masih sembunyi. Ternyata tante sudah ada di sana sedang nonton TV.
Aku tanya ke tante, “Ketemu ngga kacamatanya Tante?”
“Ngga tuh Di.. udah tante cari dimana-mana ngga ada, sampai-sampai sekalian Tante ngebersihin ruang ini deh.”
“Waduh… gimana nih… susah deh. Aku kan ngga bisa baca kalo ngga pake kacamata,” pikirku, “Ya apa mau dikata, kalo lagi apes, gini deh jadinya.”

Pukul 9:30, kulihat kamar Ana sudah terbuka, beberapa menit kemudian Reni (ini nama adiknya) bergabung dengan kami di ruang TV sambil membawa nampan berisi 4 gelas teh.
Aku tanya dia, “Kok cuman empat gelasnya Ren?”
“Ooo, Papa kan udah berangkat kerja Mas.., jadi Reni bikinnya cuman 4.” jawabnya.
“Gitu ya?” sahutku.
Kami lalu berkumpul membicarakan keadaan Kota Tuban, tiba-tiba si Reni bertanya ke Tante.
“Ma.. kacamata yang di kamar Reni itu punya siapa sih?” tanyanya.
“Eit! lha ini dia nih si kacamata.. ternyata ngumpet di sana,” spontan aku menyahut, “Heh! Itu pasti kacamataku.”
“Betul.. itu pasti kacamatanya Mas Padi, Ren!” sahut Tante, “Sana cepet ambilin!”
Reni lalu berdiri dan mesuk kamar untuk mengambil kacamataku. Aku berpikir, mungkin kacamataku semalam kesangkut di bajunya Ana. Sesaat kemudian Reni kembali membawa kacamataku, aku sempat was-was, moga-moga Tante tidak curiga kenapa kok kacamataku sampai bisa mampir kesana. Memang ternyata dia tidak curiga sama sekali.

Pukul 10:00, Tante pamit mau berangkat ke pasar yang tidak terlalu jauh jaraknya dari rumahnya, si Reni ikut. Aku ditinggal sendirian. 5 menit waktu berlalu, aku mulai bosan, terus aku menuju teras depan ingin merokok. Di teras ternyata ada koran edisi hari itu, aku tertarik untuk membacanya. Kubolak-balik halamannya, tidak ada yang menarik. Bosan lagi deh, ngelamun jadinya. Aku teringat kejadian tadi malam.
Dalam hati aku berpikir, “Sekarang di rumah cuman ada aku berdua sama Ana. Wuih! kalo… hehehe kalo… misalnya aku iseng gimana ya?”
Akhirnya, ternyata aku nekat juga.

Aku bangkit dari tempat dudukku, masuk ke dalam. Sampai di depan pintu kamarku, aku punya ide. “Mmmm harusnya pintu depan kututup ya, terus aku pasangkan kaleng krupuk di bagian dalam, biar kalo kebuka dari luar kalengnya kegeser dan bikin suara brisik.” pikirku.
Cepat-cepat kukembali ke ruang tamu dan melakukan rencanaku. Setelah itu, aku kembali lagi ke kamar, hati-hati kuintip ke dalam kamarnya Ana, ternyata dia masih pulas tertidur. Aku berjingkat masuk ke kamarnya, perlahan aku duduk di samping tidurnya. Dia tidurnya mengorok hingga aku mau tertawa waktu itu, tetapi kutahan karena takut dia terbangun. Dengan hanya diterangi lampu baca (kamarnya tidak ada jendelanya), kupandangi wajahnya lama. 5 menit lebih kupandangi dia, semakin lama semakin manis.
“Gila ya, dengan adik sepupu kok seperti itu?” tapi pikirku, “Biarin aja lah, iseng-iseng berhadiah.”

Kemudian aku mulai mencoba membelai rambutnya, pelan tetapi pasti. Dia tidak bereaksi, dia tidurnya brukut (memakai selimutnya sampai menutupi leher). Aku berusaha membuka selimutnya perlahan, kutarik ke bawah dan dia tetap tidak bereaksi. Kumasukkan tanganku ke dalam selimutnya sambil berusaha mencari payudaranya. Dengan tanpa kesulitan, tanganku sudah memegang payudaranya, tetapi masih terhalang dasternya.
“Eit… nanti dulu… ternyata dia ngga pake BH! Berarti semalam dia ngga pake BH-nya lagi dong, wah asik nih…” pikirku.
Lalu kumasukkan tanganku melalui lubang di antara kancing dasternya. Tidak susah juga, tanganku sudah memegang daging empuk dengan tonjolan di puncaknya.

Ana menggeliat, agak keras menggeliatnya, dia terbangun.
“Mampus gua,” pikirku.
Dia melotot sambil teriak, “Lepasin dong Mas… apa-apaan nih Mas?”
Aku gelagapan berusaha mencari alasan, “An… kamu ngga inget semalem ya?”
“Lupain aja Mas! Ana ngga mau lagi, ngga boleh, entar dosa Mas!”
“Tapi Ana semalem udah ngelakuin dosa lho… kenapa ngga sekalian aja?” rayuku.
Kali ini dia benar-benar marah. Ana teriak-teriak menyuruhku keluar dari kamarnya. Aku turut saja, untung letak rumahnya berjauhan dengan tetangga, jadi aku tidak takut teriakannya terdengar tetangganya.

Wah… gagal nih ceritanya.., aku akhirnya hanya meraba-taba batang kemaluanku yang menganggur karena tidak jadi dipakai. Aku duduk di ruang TV lagi. Melihat acara tarian Bangkok, lumayan lah buat obat, melihat penyanyi Thailand yang cantik-cantik. Sebentar kemudian Ana keluar dari kamarnya, dia menuju ke arahku. Aku berusaha tidak peduli, dia lalu duduk di dekatku.
Katanya, “Mas maapin Ana ya? Ana udah bentak-bentak Mas…”
“Ngga papa An.., Mas yang salah.” balasku.
“Sebenarnya Ana sayang sama Mas, tapi kita kan masih bersaudara, apalagi nanti kalo ketahuan ama Papa-Mama kan bisa berabe Mas!” jelasnya.
“Ya sudah.. lupain aja An, toh kamu masih muda. Nanti juga pasti ada cowok lain yang lebih pantas buat kamu.” lanjutku.
“Iya Mas, Mas… Ana mau ngasih sesuatu buat Mas.”
“Apa An?” tanyaku.
“Liat sini deh Mas..” (dia mulai tidak kaku lagi)

Aku menoleh ke arahnya, tiba-tiba dia mendekatkan bibirnya ke arah bibirku.
“Mmpphh…”
“Plas!” jantungku spontan berdegup keras, “Kok tau-tau nyium sih?” pikirku, tetapi kunikmati saja, enak sih.
Pertamanya dia hanya mau mengecup saja, tetapi kulingkarkan tanganku di lehernya, dan kudekap dia. Dengan lembut kukecup bibirnya, dia tidak berontak ternyata, aku pererat dekapanku, dada kami sudah saling menempel. Aku merasakan kalau dia masih belum memakai BH-nya. Dengan perlahan kubelai punggungnya, dasternya yang terbuat dari sutera terasa halus sekali, sensasinya justru membuatku jadi semakin ON saja. Coba saja pasangan anda disuruh pakai lingerie yang bahannya sutera, ditanggung kalau diraba pasti enak sekali. Lama kami berciuman dengan posisi itu, akhirnya capai juga aku. Kulepas pelukanku dan mengakhiri ciuman.

Aku berkata pada Ana, “Sini An… Mas pangku..”
“Ngga ah Mas… nanti kayak tadi malem deh jadinya…!”
“Percaya deh sama Mas… ngga sampe ngelakuin yang ngga-ngga kok, okey?”
Dia akhirnya mengalah, mungkin dia masih ada rasa ingin juga, dia juga tahu kalau sekarang kami hanya berdua saja di rumah, So? Why not?. Dia duduk di pangkuanku menghadap TV, tanganku bergerak dengan bebas di dadanya.
Kuraba dadanya sambil berkata, “An.. Ana ngga marah-marah lagi nih?”
“Biarin lah Mas.. udah terlanjur nih, tapi janji ya jangan kebablasen…” pintanya.
“Okey An!”
Dari belakang, sambil tanganku membelai payudaranya, kulihat dia memejamkan matanya menikmati belaian tanganku. Tanganku meraba payudaranya dengan hati-hati, penuh perasaan aku membelainya, aku sendiri memejamkan mataku jadinya. Pelan tapi pasti, tanganku bergerak turun menuju perutnya. Agak dekat dengan V-nya kugunakan kuku jariku yang agak panjang untuk membangkitkan rangsangan di perutnya. Kulirik dia, terlihat dia menahan perutnya dengan membuat kaku daerah itu.

Dia menikmati perbuatanku, perlahan dasternya kutarik ke atas, dia diam saja, ujung dasternya sudah sampai ke pahanya. Sedikit lagi pasti aku bisa meraih celana dalamnya. Akhirnya sampai juga, CD-nya sudah tidak tertutup lagi, sekilas kulihat bercak basah di ujung V-nya. Tanpa berpikir lama, kupindahkan tanganku ke sana, tanganku merasakan memang di daerah itu sudah basah. Kusimpulkan pasti dia sudah terangsang berat. Lalu kuselipkan tanganku ke dalam CD-nya, tetapi dia kali ini menahan tanganku supaya tidak masuk ke sana. Aku urungkan niatku untuk itu, tanganku hanya menggosok-gosok dari luar saja. Kemudian terlihat dia mengeluarkan lenguhan dan badannya menegang, seperti menahan sesuatu. Orgasme rupanya. Lalu badannya melemas lunglai di pelukanku.

Tanganku yang masih berada di selangkangannya merasakan kalau CD-nya bertambah basah. Kemudian Ana memandangiku. Lama kami berpandangan.
Ana kemudian bicara, “Mas, kita lakukan yuk. Ana udah ngga tahan…”
Wah, benar-benar kejutan..! Ana tiba-tiba berubah pikiran. Hal ini tidak akan kusia-siakan. Tanpa bicara lagi, langsung kucium dan kuremas dadanya yang masih tertutup daster. Ana melenguh keenakan karena remasan itu. Kemudian aku melepas remasannya. Kupandangi dadanya di balik dasternya, kupandangi seluruh tubuhnya, kulitnya yang sawo matang. Kemudian aku melepas dasternya karena akan merepotkan saja.

Kini ia polos tanpa satu benang pun menutupi tubuhnya. Kemudian aku membopongnya ke kamar tidurku dan kubaringkan ia di tempat tidur, lalu kuciumi seluruh tubuhnya. Tubuh Ana bergetar hebat, menandakan bahwa dia baru pertama kali ini melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Kemudian aku mencium dan menjilat bagian perutnya dan mulai ke bawah dan mulai meraba serta membuka kedua pahanya degan kedua tanganku. Tangan kananku membuka belahan vaginanya sedangkan seluruh bagian mulutku mulai mengolah bibir-bibir vaginanya. Tangan kiriku masih meremas buah dadanya yang sebelah kanan. Aku merasakan adanya cairan yang mulai membasahi permukaan bibir vaginanya. Aku terus menyedot dan menggigit-gigit perlahan labia mayoranya dengan asyik, sedangkan tangan kiriku sekarang meraba-raba klitorisnya dengan cairan pelumas dari lubangnya.

Asyik sekali, karena terlalu keasyikannya, secara tidak sadar, ada dua tangan menjambak rambutku, aku tidak menghentikan aktivitasku. Mulanya kupikir hanya gerakan kenikmatan yang diterimanya secara erotis. Eh, kok tambah lama terasa ada goyangan perlahan di bagian selangkangannya. Begitu pula tanpa kusadari, ada suara-suara nafas tertahan dan jambakan di rambutku bukan lagi jambakan pasif, tetapi mulai membelai dan memegang kupingku. Aku tiba-tiba sadar. Dia benar-benar menikmatinya. Aku termanggu duduk di antara selangkangannya dan melihat ke arah wajahnya.
“Kok.., berhenti Mas..?” suaranya berat perlahan dengan tatapan wajah yang sayu.
“Ehh.. terusin Mas… hhh… kurang dikit lagi..!” suaranya tertahan.

Aku masih terduduk bingung dan memandangnya dengan pandangan bodoh. Dan yang menjengkelkan, batang kejantananku tidak berkompromi. Dia tegak mengacung, sehingga mencuat di antara kaosku. Kepalanya tampak licin karena cairan bening yang keluar. Sebenarnya batang kejantananku lumayan besar dan panjang, sehingga tampak mencuat tinggi. Tiba-tiba Ana bangun, dan duduk di hadapanku, memandangku dengan sayu. Tiba-tiba tangannya mulai bergerak ke arah batangku, dan memegang lama sambil tersengal-sengal sehabis melumatnya. Kemudian memandangku perlahan dan meletakkan dirinya telentang di ranjang. Ana berdiri di atas tempat tidur dan berjongkok di depanku. Kemudian dia membuka kedua pahanya dan mengangkat lututnya ke atas sehingga lubangnya terlihat.

Ia meraba permukaan vaginanya sambil perlahan memandangku dan berkata, “Ayo Mas… masukin..!”
Aku seperti tersihir, antara bingung dan nafsu, menggerakkan diri untuk berlutut di antara kedua pahanya dan memegang kepala batangku yang licin terkena ludahnya dan mengarahkannya ke lubang merah mengkilat itu. Sejenak aku lupa bahwa dia masih belasan tahun, yang kurasakan secara reflek setelah dikenyot habis-habisan olehnya, ialah bahwa ia sudah tidak perawan lagi.
Dan, “Ssleeeppp..” ketat tetapi tidak begitu menjepit dan tanpa hambatan sama sekali (benar dugaanku). Aku menusukkan seluruh panjang batangku ke dalam lubang itu, dan hebatnya seluruh panjangnya batang kejantananku itu masuk total ke dalamnya serta membiarkannya sejenak merasakan denyutan hangatnya. Ana melenguh agak keras. Aku khawatir juga karena dia akan merasakan sakit di bagian dalam vaginanya. Tetapi karena malaikat nafsu lebih berkuasa, ya sudah aku santai saja dan mulai menarik batangku itu dari dalam lubangnya dan memasukkannya lagi seluruhnya.

Entah karena apa, aku tidak begitu merasakan rasa nikmat yang cepat naik. Memang terasa basah, licin dan enak tetapi, ya lebih karena ini memang sedang bersetubuh. Aku mulai berpraktek dengan berbagai macam cara menusuk dan arah tusukan ke dalam lubang vaginanya. Yang mulai mencemaskanku, Ana sama sekali tidak berusaha menahan suaranya. Ia mulai melenguh dan mengerang keras-keras ketika aku mulai mempercepat gerakanku. Aku antara cemas dan mulai nikmat, tidak peduli lagi. Lagi pula suaranya mulai merangsangku dan ini membuatku menusuk-nusuk dengan gerakan yang cepat dan keras.
“Aaahhh… aayooo Mass… aaduhh… cepat Masss..!” pintanya dengan nafsu.
Dia mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya. Bunyi beradunya kemaluan kami mulai terdengar keras, berkecepak-kecepak dan aku mulai merasakan lereng gunung telah kucapai. Tinggal mendaki cepat dan sampai di puncak.

Tiba-tiba Ana menghentikan gerakanku, dan menutup kedua pahanya sehingga terasa ada jepitan yang luar biasa di sekujur batangku. Kemudian dia memandangku sayu. Aku tahu apa yang dimaksudkannya dan mulai menggenjot lagi. Aku menjepitkan kedua betisnya di antara leherku dan bertumpu pada kedua tangan, sedang aku membentuk busur dengan tubuhku, merapatkan kedua pahaku sehingga terasa batangku membesar dan mulai menusuk-nusuknya cepat.
“Aaahhh… sss…” terdengar bunyi-bunyian antara suaranya yang merangsang dan bunyi kecepakan kemaluan kami yang beradu, sedangkan aku sendiri mengeluarkan suara helaan nafas yang cepat.
Beberapa menit kemudian, aku merasakan aliran yang semakin cepat memenuhi pinggul dan seluruh tubuhku. Keringatku telah mengucur deras.

Dan, “Annn… Annaaa… aaadduuhhh… ssss… Ann..!” spermaku menyemprot deras ke arah perutnya. Aku mengerang keras dan terus mengocok batang kemaluanku. Kemudian tanganku yang mulai begerak ke arah vaginanya segera menusuk-nusukannya. Lama aku terus menusuk-nusuk lubangnya karena rasa nikmatnya terus mengalir hingga tidak berapa lama kemudian Anna berkata, “Masss… aaa… Maass… ssshhh… aaddduuhh..!”
Ana menaikkan pelvisnya dan menerima tusukan-tusukan terakhirku dengan denyutan dinding vagina yang terasa cepat dan kenyal. Aku menindih tubuhnya yang kecil dan merasakan detak jantung yang cepat di dadanya dan dengusan nafas hangat di ubun-ubunku. Jariku masih menancap dalam di dalam vaginanya dan merasakan denyutan yang tidak kunjung reda.

Kemudian aku tergeletak di sampingnya, aku berkata kepada Ana, “An… kamu sekarang mandi saja ya..? Kayaknya kamu bau deh…”
“Sialan… iya deh, Ana mandi, makasih ya Mas… Ana udah dikasih pelajaran sama Mas.”
“Sama-sama An..”
Aku tidak merasa menyesal karena tidak dapat seperti yang kubayangkan (gadis yang benar-benar perawan). Yah, lumayanlah bisa meraba-raba kan? Ana lalu berdiri hendak menuju ke kamar mandi, sebelum dia pergi dia menoleh ke arahku lalu menunduk dan menciumku sebentar. Aku belaikan tanganku ke dadanya dan V-nya. Dia tersenyum memandangku, lalu bergegas menuju kamar mandi. Saat dia menutup kamar mandi, aku sempat dengar langkah kaki berlari menjauh dari arah pintu ruang tamu. Aku cepat-cepat menuju ruang tamu ingin mengetahui siapa yang baru saja dari sana. Sempat kulihat warna bajunya, biru seperti yang dipakai Reni. “Mungkinkah..?” batinku.

Aku kembali ke ruang TV, sambil menebak-nebak, “Apa iya.. tadi itu si Reni, terus kalau benar, berarti dia tahu dong kita lagi ngapain..? Waduh, terlalu serius sih tadi… jadinya begini deh.”
Kurang lebih 20 menit, Tante dan Reni datang dari pasar, Tante katanya mau masak Sop buntut dan membuat Rujak cingur. Siang jam 12:30, Ana mengajakku untuk makan. Saat makan, Reni kelihatan agak canggung melihatku, pikiranku lalu menghubungkan dengan peristiwa yang tadi kualami.
“Berarti tadi memang benar Reni..” pikirku.
Kami tidak bicara banyak saat di meja makan. Akhirnya sore pun tiba, Omku sudah datang sejak jam 3:00 tadi. Aku lewatkan seharian dengan bermain playstation dengan Ana, sedangkan Reni dari tadi berada di dalam kamarnya. Tidak tahu sedang berbuat apa dia, betah-betahnya di dalam kamar terus. Tante sendiri ke rumah tetangga untuk membantu masak, kebetulan tetangga ada yang sedang punya hajat.

Jam 8:00 malam, aku membaca-baca majalah di ruang tamu. Ana dan Reni di ruang TV sedang nonton HBO, tidak tahu apa film-nya. Tante sudah tidur di kamar belakang, lelah sehabis membantu tetangga. Si Om malam ini mendapat tugas jaga malam. Jam 9:00, Ana ke ruang tamu, dia bicara padaku kalau mau tidur duluan, Reni masih mau nonton TV menunggu opera sabun kegemarannya di HBO kata Ana. Ana suruh aku menemani Reni di ruang TV, soalnya si Reni anaknya sedikit penakut katanya. Jadi aku pindah ke ruang TV, kubawa majalah yang sedang kubaca. Aku rebahkan badanku di sofa panjang di depan TV. Reni sendiri duduk di kursi favoritnya, tanpa sekali pun menengok ke arahku. Aku teruskan baca artikel yang sempat terputus tadi, sambil sekali-sekali aku melihat ke arah televisi. Aku lihat ke arah jam tanganku, ternyata sudah jam 11:13.

Aku berkata kepada Reni, “Ren.. kamu ngga ngantuk?”
Dia tidak menjawab, kuulangi lagi dua kali baru dia menjawab, “Belum ngantuk kok Mas, lagian film-nya barusan mulai nih.”
“Oke.. kalau gitu Mas pergi tidur dulu ya..?”
“Ntar dulu dong Mas, tunggu film-nya abis… kan Reni takut nonton sendirian, film-nya agak horor nih!” pintanya.
“Sofanya dibuka aja… jadiin tempat tidur, Mas tidur di situ aja.” katanya lagi.
“Emang bisa Ren..? Oke deh Mas coba.”
Aku coba deh usul Reni, dan aku akhirnya tidur di sofa yang sudah diubah menjadi tempat tidur itu. Tidak tahu berapa lama aku tertidur di situ, tiba-tiba aku terbangun merasakan tanganku ada yang memegang. Aku buka mataku sedikit-sedikit, terlihat olehku Reni memegang tanganku, digosok-gosokkannya tanganku ke selangkangannya. Terasa olehku bulu-bulu halus di ujung jariku. Kulirik mukanya, dia mendesah amat pelan. Wajahnya menghadap ke arah televisi, aku jadi curiga, jangan-jangan?

Aku lalu mencoba melihat ke layar televisi, ternyata di sana terlihat film-nya sudah bukan HBO lagi. Kesimpulanku, si Reni ternyata suka nonton sampai malam berarti hanya untuk menyetel VCD porno. Wow! berarti kakaknya kalah dong sama adiknya. Perlu diketahui, jarak umur antara Ana dengan Reni hanya 1 tahun lebih sedikit, apalagi Reni anaknya agak bongsor, tingginya sepundakku, tidak begitu gemuk tetapi cukup berisi. Singkat kata, aku beruntung kali ini, karena mendapat daun muda nih. Perlahan, tanganku yang masih bebas berusaha melorotkan celana dalamku ke bawah. Sementara Reni masih asyik dengan kegiatannya yang semakin lama semakin menjadi, dia seperti terobsesi dengan film dari VCD tersebut. Lenguhannya kadang-kadang terdengar keras.

Lalu perlahan-lahan tanganku yang dia pegang kutarik ke arah kemaluanku. Setelah dekat, tanganku yang satunya dengan cepat kurangkulkan ke pinggangnya dan menariknya ke atas tubuhku. Dia kaget sekali, hampir dia berontak, tetapi selanjutnya dia justru memegang batang kejantananku dan mulai mengocok-ngocok dengan lembut. Aku pun lalu mengimbanginya, kuubah posisiku agar lebih enak dengan bersandar ke belakang, ke sandaran sofa. Dia menoleh ke arahku, terlihat wajahnya yang khas ABG, mengingatkanku kepada cewek-cewek yang suka nongkrong di mall-mall. Posisi tubuh kami akhirnya saling berhadapan, dia menggesekkan tubuhnya naik turun. Payudaranya ditempelkan ke dadaku. Nafasnya terdengar keras, khas orang yang sedang terangsang berat, “Sshhhsshhsshhss…” seperti itu deh kalau tidak salah.

T-shirtnya yang gombrong mulai basah terkena keringatnya, memang malam itu udara terasa sangat panas, aku sendiri juga merasa kepanasan. Aku peluk dia, tanganku kutelusupkan ke dalam t-shirtnya dari belakang, sedangkan bibirku tidak tinggal diam begitu saja, kucium belakang kupingnya dengan pelan, kuhembuskan nafas secara perlahan ke daun telinganya. Terasa olehku Reni semakin menggila, terasa dari gerakan tubuhnya yang turun naik dengan cepat, digesekkannya dadanya ke dadaku, juga selangkangannya dia gesek-gesekkan ke kemaluanku dengan bernafsu. Tanganku yang berada di punggungnya, akhirnya kugeser ke pantatnya, dari atas punggung kugerakkan ke bawah, masuk ke celananya sebelum sampai ke pantat. Kuputar ke samping dengan agak cepat, lalu kuteruskan ke pinggang mencari celana dalamnya, kuraba dari luar celana dalamnya, pantatnya yang empuk kuremas dengan gemas. Aku menyesuaikan dengan irama gerakannya yang maju mundur. Kontan dia makin menggila, tangannya naik ke atas, rambutnya menyuguhkan gerakan yang erotis sekali. Dia berusaha menanggalkan t-shirtnya.

Setelah t-shirtnya lepas, dia pegang kepalaku, menariknya ke arahnya dan melumat bibirku dengan sangat bernafsu. Reni tidak memakai BH, payudaranya yang berukuran lumayan besar terlihat mengkilat karena basah oleh keringat. Aku menjilat-jilat payudaranya, kukulum putingnya yang kecil dan tidak begitu menonjol.
Dia berteriak pelan, “Mas..!”
Aku lalu berpindah ke bibirnya yang mungil, kulumat dengan bernafsu bibirnya itu. Dia mendesah keenakan, akhirnya dia tidak tahan lagi.
“Ayo Mas, kayak yang di VCD itu lho Mas…” pintanya.
Kujawab, “Yang gimana Ren..?”
“Cepetan dong Mas… Reni udah ngga tahan nih..”
“Emang Reni udah pernah..?”
“Belum Mas… makanya Reni pengen coba, cepetan dong Mas…”

Kami lalu berdiri berhadapan, aku melepas pakaian yang melekat di tubuhku, dia begitu juga melepas semua pakaian di tubuhnya. Dengan bernafsu dia pegang batang kemaluanku untuk dikocok-kocok, sensasinya, wuah! Tidak tergambarkan. Dipegang oleh anak baru umur 18 tahun! Lalu sebentar kemudian, dia melepas batang kemaluanku dan membalikkan tubuhnya, berpegangan pada lemari buku. Posisinya sekarang agak menungging membelakangiku, pantatnya yang belum begitu besar terlihat kenyal. Dari belakang, aku melihat kemaluannya sudah merekah, ada daging yang keluar dari kemaluannya, entah apa itu namanya. Mungkin itu kli yang dinamakan clitoris. Tetapi pemandangan itu menjadikan batang kejantananku menjadi berdenyut-denyut ingin merasakannya.

Kudekati dia, kugesek-gesekkan kepala senjataku ke daging yang menyembul keluar itu. Tangan Reni dengan tergesa-gesa menarik batang kejantananku untuk segera dimasukkan ke dalam liang kemaluannya. Terasa agak sulit untuk memasukinya, kutusukkan dengan keras karena aku sudah sangat bernafsu. Aku melihat ke arah wajahnya. Pandangannya ternyata ke arah layar televisi, sambil sesekali bibirnya mengeluarkan desahan-desahan merangsang.
“Gila!” pikirku, “Dia ternyata maniak sama VCD porno.”
Aku tingkatkan kecepatanku dalam menggoyang. Lama-lama aku merasa pinggangku capek, dan aku coba mengarahkan dia untuk mengganti posisi classic, aku tiduran dan dia yang di atasku. Dia menurut. Sambil memegang pantatnya, aku tiduran dan menikmati goyangannya. Badannya terlihat mungil bila dibandingkan dengan tubuhku, suara desahannya terdengar melengking lirih di telingaku.

Pada puncak kenikmatannya, dia melengkungkan tubuhnya ke belakang, tangannya menahan berat badan tubuhnya dengan gemetar. Rasa hangat yang terasa oleh batang kejantananku menjadi bertambah seiring dengan tercapainya puncak kenikmatannya. Sedangkan aku sendiri belum merasakan puncak. Reni merangkulku dengan lemas. Setelah itu, dia berbisik ke kupingku.
“Makasih ya Mas, Mas telah memberi Reni melebihi dari mbak Ana…”
“Jreng! Terkuaklah kebenaran peristiwa siang tadi, ternyata memang benar. Reni telah melihatku bermesraan dengan kakaknya.” daliam hatiku.
“Loh, jadi tadi Reni ngelihat Mas padi gituan sama mbak Ana to?”
“Heeh Mas… Reni kepingin, lagian Reni sering ngeliat di VCD. Kayaknya enak banget deh Mas… dan ternyata memang bener.”
“Oke deh, tapi Mas Padi belom sampai puncak nih.. gimana dong? Kan kasihan Reni udah capek.”

“Begini aja Mas… dari tadi siang emang Reni udah merencanakan ini, gini rencana Reni, tadi waktu Reni ngeliat Mas sama Mbak Ana gituan, sebenarnya Reni mo ngambil Dompet Mama yang ketinggalan. Trus Reni punya rencana, Reni beli CTM (obat tidur) buat dikasih ke minuman Mama ama Mbak Ana, nah.. tadi Mbak Ana sama Mama udah minum obatnya (dicampur sama teh) masing-masing 3 butir.. hehehe.”
“Terus gimana dong?” sahutku.
“Sekarang Mbak Ana kan pasti pules banget tidurnya, diapa-apain pasti ngga bangun deh. Kan tempat tidur sebelahnya lagi kosong…”
“Heh!” aku spontan tahu apa yang dimaksudkannya, “Sip deh! Oke Ren! Sekarang kita pindah aja ke kamarmu…”
“Ayo..!”

Kemudian kami berdua berdiri dan menuju ke arah kamar Ana. Memang benar Ana tertidur lelap. Hanya iseng saja, aku membuka dasternya dan menyentuh kewanitaannya Ana dan memasukkan jari telunjuk dan tengah. Ternyata memang tidak bangun! Hanya saja dia mengeluarkan sedikit lenguhan-lenguhan nikmat yang dia rasakan. Kemudian aku mulai memainkan vaginanya sampai basah. Tetap saja Ana tidak bangun sama sekali.
“Mas, udah dong. Kok malah Mbak Ana yang dimaenin. Giliran Reni dooong…” keluh Reni karena sudah terbalut nafsu yang tinggi.
Padahal tadi sudah puas. Lagipula aku juga sudah bernafsu karena tadi dalam permainan pertama belum selesai.

Kemudian aku melepaskan jilatan pada vagina Ana dan berpaling ke Reni ysng sudah mulai memuncak nafsunya. Kemudian aku mulai naik ke atas ranjang dan menidurkan Reni. Secara intense, kami pun mulai pagutan. Tetapi ketika kami berciuman, beda sekali dengan yang pertama. Seperti disirap, kucium pipinya, mulutnya, berhenti lama di situ. Mulut kami berpagut seperti memecah ribuan rindu. Lidah kami bermain di sana. Tidak lama kemudian, kuturunkan lidahku ke arah lehernya, dia menggelinjang, matanya terpejam, tangannya bergidik seperti menahan gelombang perasaannya sendiri. Ketika putingnya kuraba, dia mulai melenguh. Dengan gerakan halus, aku mulai meremas-remas sehingga Reni merasa keenakan. Sementara bibirku sudah beralih, tidak lagi di bibirnya tetapi sudah menjilati telinga, dan lehernya.

Karena buah dadanya sudah terbuka, mulutku pun bergeser ke puting susunya yang sudah menegang. Ketika kumainkan dengan lidahku, lenguhannya semakin panjang. Tangan kananku pindah ke arah vaginanya dan mulai meremasnya. Sambil memainkan klitorisnya, aku terus menjilati kedua payudaranya. Ketika aku merasakan kemaluannya sudah sangat basah, aku mulai bernafsu untuk melakukan foreplay yang lebih lama. Tidak lama kemudian, mulutku menjilat ke arah perut, pinggang dan sasaran terakhir adalah klitorisnya yang merah. Karena tidak tahan, Reni berontak dan ingin merubah posisi.
“Ren, duduk di depan mukaku…” pintaku sambil menolongnya berpindah posisi.
Dia pun kemudian duduk dan menempatkan liang kenikmatannya tepat di wajahku. Lidah dan mulutku kembali memberikan kenikmatan baginya. Responnya mengejutnya.
“Aughhh…” setengah berteriak dan kedua tangannya meremas buah dadanya. Kuhisap dan kujilati terus, semakin basah liang kenikmatannya.

Tiba-tiba Reni berteriak, keras sekali, “Aahhh… ahhh,” matanya terpejam dan pinggulnya bergerak-gerak di wajahku.
“Aku.. keluar,” sambil terus menggoyangkan pinggulnya dan tubuhnya seperti tersentak-sentak.
Mungkin inilah orgasme wanita yang paling jelas kulihat. Dan tiba-tiba, keluar cairan membanjir dari liang kenikmatannya. Ini bisa kurasakan dengan jelas, karena mulutku masih menciumi dan menjilatinya.

“Aduh… Mass.. enak banget. Lemes deh.” katanya. Dia terkulai menindihku.
“Enak?”, tanyaku.
“Enak banget, kamu pinter yah. Ngga pernah lho aku klimaks kayak tadi.”
“Akh, yang bener..? Kamu kan tadi udah ngerasain.” kataku mengingatkan pada permainan pertama kami.”
“Tapi, uuhh… lebih enak yang ini..”
Ternyata Reni masih menikmati sisa-sisa klimaksnya. Tetapi karena belum puas, langsung saja kujilat kembali liang kemaluannya. Semakin lama semakin asyik dan sangat enak, dan dia pun merintih-rintih kecil.
“Mass… nakal ahhh… kok… akkhh… dimaenin lagi… ouuchh… siiich… uwuuhh ooo… sstt akhs… akhs… akhs… ooohhh aahh… sstth,” sambil tubuhnya agak bergerak tidak karuan, mungkin jilatanku tidak seberapa tetapi kulihat dia sedang keasyikan menikmati jilatanku.

Lalu dia berdiri dan menarik tubuhku ke lantai. Di situ kami berciuman lagi, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang hangat di sekitar liang kemaluannya, kuingin batang kemaluanku dimasukkannya ke lubang kemaluannya. Soalnya aku masih ragu. Walaupun tadi sih berani. Tetapi takut si Ana bangun. Kemudian aku memberanikan untuk bicara.
“Ren, aku masukin lagi yaaa… Tadi kan belum puass…”
Reni tidak menjawab. Dia hanya merintih keenakan. Karena malas bermain sambil berdiri, aku mendorong Reni hingga tertindih oleh badanku. Reni mengerang keras karena vagina tertindih oleh adikku yang sudah menegang tinggi. Kemudian mulai lagi kugerakkan tanganku mencakar halus pinggangnya sampai ke payudaranya. Reni meremas kedua tanganku, menahan geli yang ditimbulkannya.

“Ssshh… ssshhh!” Reni mendesis berkali-kali menahan kenikmatan itu.
Kembali aku memainkan klitorisnya dengan tanganku, sementara kujilati kedua pahanya.
“Aaahhh… ssshhh,” Reni mengerang lirih.
Aku menikmati aroma kewanitaannya yang semerbak bersamaan keluarnya cairan dari liang kemaluannya. Kubenamkan wajahku ke liang kemaluannya sambil menjilati bibir kemaluannya. Klitorisnya yang berwarna merah jambu kukulum sambil kumainkan dengan lidahku. Tubuh Reni menggelinjang bergetar.
“Uuuhffsss… aaahhh!” Reni menjerit menahan kenikmatan sambil tangannya menggenggam tepi ranjang.
Kurasakan cairan kemaluannya deras mengalir dan kuhisap dengan penuh kepuasan.

“Masss… masukin sekarang.. aku ngga tahan nih..” Reni lirih memohonku untuk segera memasuki tubuhnya.
Aku segera menempatkan tubuhku di atas tubuhnya yang ramping, seksi serta kencang itu. Berdesir darahku melihat Reni terbaring polos telanjang. Ini bukan kesekian kalinya aku mengaguminya. Badan Reni kurus tetapi kencang dan atletis seperti pelari sprinter tetapi untungnya tidak sampai berotot.
“Maass… cepat doong… aakkhh.. ngga tahan nih…”
“Ok, tenang aja..”

Sejenak sempat kudengar Reni mendesis saat meraih kemaluanku.
“Uuu… besar dan kuat..” ujarnya setengah berbisik seperti berbicara pada dirinya sendiri.
Begitu ujung kepala batang kejantananku menempel di bibir kewanitaannya, kurasakan getaran listrik yang mulai menjalar di seluruh tubuhku. Lalu perlahan kudorongkan ke dalam liang kemaluannya.
“Uuhhss… yess, Masss… uuuffssh,” Reni mengerang sambil mendongakkan kepalanya.
Dengan satu dorongan berikutnya, batang kemaluanku sudah masuk secara penuh ke dalam liang kenikmatan Reni yang hangat dan tebal. Reni mengalungkan kedua tangannya di leherku dan kedua kakinya melingkar di pinggangku.

Aku mulai gerakan memompa liang kemaluannya.
“Yess… ufff Maas…” Reni menjerit halus sambil memejamkan matanya.
Gerakanku semakin lama semakin cepat dengan tekanan yang semakin kuat menerobos kedalaman liang kemaluan Reni yang merespon dengan berdenyut-denyut seperti memijit batang kemaluanku.
Tiba-tiba Reni membuka matanya dan berbisik lirih, “Mas ganti posisi… aku mau nih keluar nih..”
Kami segera ganti posisi, badan Reni membalik dalam posisi menungging (doggy style). Katanya dia biasa orgasme dalam posisi ini.

Aku menuruti permintaan Reni yang jelas dalam posisi ini aku jadi bisa melihat postur Reni lebih lengkap. Biarpun Reni ramping, tetapi dia memiliki pantat yang padat dan berisi sehingga dengan pinggangnya yang ramping makin membuat pantatnya montok. Aku segera mengarahkan batang kemaluanku kembali, kali ini penetrasi dari belakang.
“Srrrt…” makin lancar penetrasiku kali ini soalnya bagian luar liang kemaluan Reni makin basah.
Reni menggenggam pegangan ranjang degan kedua tangannya. Aku menciumi lehernya dari belakang sambil kadang-kadang menggigit pundaknya. Ternyata Reni sangat aktif dalam posisi ini. Dia semakin aktif bergerak, selain mengikuti gerakan maju mundurku, pinggulnya pun bergoyang mengocok batang kemaluanku.

“Reni… pinggul kamu hebat banget,” aku berbisik terengah-engah.
Reni menjawabnya dengan erangan-erangan, dia menoleh kepadaku sambil menggigit bibir bawahnya. Terlihat peluh membasahi wajahnya yang makin memerah.
Sesaat kemudian dia berbisik kepadaku, “Ouuchhh.. sayang… lebih cepat!” suaranya diikuti deru nafas yang memburu. Rupanya dia sudah semakin mendekati klimaks.
Aku pun meresponnya dengan gerakan yang lebih cepat dan keras. Kutusukkan batang kemaluanku makin dalam ke liang kemaluannya seiring perasaan klimaks yang sudah di ambang.
“Aaahhh Uuuh Sssh… teruuus Mas… ahhh…” Reni menjerit sambil bergerak makin liar sampai ranjangnya berderik-derik.

Kuteruskan gerakanku dengan mengerahkan sekuat tenaga mengimbangi gerakan liar Reni.
Ana masih tidur ketika Reni tiba-tiba menjerit, “Aaah… uuhhhfffssshhh… Masss…” kepalanya mendongak, tubuhnya bergetar hebat dan kurasakan semburan hangat dari liang kewanitaannya merembes sampai ke buah kemaluanku.
Aku pun melepaskan jutaan spermaku menyemprot kencang memenuhi karet kondom yang kupakai.
“Uuu… yess…” Reni mengakhiri gelombang kenikmatan dan mengerang sambil menikmati sisa-sisa orgasmenya.
“Ouuhhh.. Masss, kamu hebat sekali… aahh…”
Mungkin bisa dibilang ini adalah permainan terbaikku dibandingkan dengan Ana. Kemudian kami pun sempat tertidur berpelukan di kamar Ana.

Jam 5 pagi Reni balik ke kamarnya dan aku pun tidur di kamarku sendiri. Pukul 10:00, aku bangun dan mempersiapkan diri untuk kembali pulang ke kotaku. Aku diantar Om ke terminal bus, aku tidak sempat pamit dengan Ana dan Reni karena mereka belum bangun. Reni kelelahan karena habis bertempur denganku sepanjang malam, sedang Ana masih terpengaruh CTM. Tante sendiri belum bangun juga. Si Reni memang gila seks. Hari itu hari Kamis, jadwalku adalah harus berobat ke dokter spesialisku. Tetapi sial, di jalan perutku terasa sakit, sepertinya diare. Aku terpaksa turun di jalan dan mencari restoran terdekat untuk buang hajat. Sampai di rumahku pukul 8 malam dan itu berarti aku tidak jadi ke dokter. Tetapi aku tetap tersenyum simpul, kalau mengingat baru saja aku mendapatkan dua perawan ting-ting. TAMAT.

 

Baca Cerita Seks Yang Lain >>

Posted By Gudang Cewek 07.53
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...