Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Sudah lebih dari 5
tahun usia perkimpoianku dengan Hendra, tapi belum juga menghasilkan momongan,
setelah mencari informasi ke teman teman akhirnya aku mendapat rekomendasi
dokter kandungan bagus yang berpraktek di kawasan elit Jakarta.
Setelah membuat appointment, aku dan
suamiku sudah berada di ruang tunggu dokter Andri, pasien yang menunggu sudah
banyak, dan ternyata kami mendapat nomer terakhir tepat sebelum ditutup
pendaftarannya.
Pukul 21:00 dipanggillah namaku oleh
suster, aku masuk ke ruangan dokter Andri sendirian, sementara suamiku harus
menunggu di ruang tunggu, konsultasi dilakukan di ruang praktek sendiri.
Betapa terkejut dan shock aku
dibuatnya karena tanpa diduga ternyata dokter Andri adalah mantan pacarku dulu
sewaktu SMA di sebuah kota kecil di Jawa Timur, kami memang bersahabat karena
tiap kali pulang selalu bersamaan karena jalan ke rumahnya melewati rumahku,
hingga akhirnya kami berpacaran saat dia kelas 3 menjelang ujian akhir, dia
adalah kakak kelasku satu tahun di atas, sebagai jagoan basket tentu banyak
teman wanitaku yang mencoba menarik perhatiannya, tapi ternyata pilihan jatuh
kepadaku.
Hubungan kami tidak berlangsung lama
karena setelah seleai SMA dia harus kuliah di Jakarta sementara aku ternyata
sudah dijodohkan orang tuaku dengan seorang Insinyur yang mengerjakan proyek di
dekat tempat tinggalku, dan setahun kemudian kimpoilah aku dengan Hendra saat
usiaku masih ingin menikmati masa muda dan remajaku.
“Lily !!!” teriak dokter Andri
“Andri !!!” teriakku bersamaan tak kalah terkejutnya.
“Andri !!!” teriakku bersamaan tak kalah terkejutnya.
Ternyata penampilan kami tidak banyak
berubah meskipun sudah berpisah lebih dari sepuluh tahun, Andri yang aku kenal
masih seperti yang dulu, tapi terlihat lebih dewasa, sehingga tidak ada rasa
asing diantara kami.
“Ly, gimana kabarmu selama ini,
kemana aja kamu” Tanya Andri
Aku malu karena akulah yang
meninggalkan dia untuk kimpoi dengan Hendra, meskipun itu bukan kemauanku dan
aku tetap mencintainya sebagai cinta pertamaku.
Aku diam saja dan menunduk malu
karena merasa bersalah dan sepertinya dia tahu perasaanku.
“Sudahlah Ly, semuanya sudah berlalu
dan kini kita masing masing punya kehidupan sendiri sendiri” kata Andri,
terdengar nada kepedihan di perkataannya.
“Oke sekarang apa masalahmu ?” Tanya
Andri sudah berganti menjadi dokter Andri.
Kemudian aku menjelaskan
permasalahanku yang tak juga kunjung punya anak, malu juga sebenarnya
menceritakan ini kepada bekas pacar yang kutinggalkan.
Lalu dia melakukan sedikit Tanya
jawab mengenai seputar kehidupan dan sesekali menyerampet ke masalah sex yang
cukup sensitive, tapi itu kuanggap sebagai bagian dari tugas dia.
“oke, silahkan berbaring, biar aku
periksa” kata dokter Andri
Aku menuruti saja perkataanya,
kemudian dokter Andri mulai memeriksa tubuhku, bisa kurasakan tangannya gemetar
ketika memeriksa kondisi tubuhku, sepertinya ada rasa nervous pada dokter Andri
begitu juga aku, mungkin dia tahu degup jantungku yang berdetak tak normal
ketika stetoskop di tempelkan di dadaku. Sepertinya kami berdua merasa
canggung.
Dokter Andri memintaku melepas celana
dalamku karena dia mau USG, dengan gemetar aku memenuhi permintaanya dan posisi
kakiku mekangkang di tempat yang sudah disediakan. Posisi dokter Andri tepat
diselangkanganku yang sudah tidak tertutup, aku yakin sekali dia bisa melihat
alat kewanitaanku dengan jelas, entah apa yang ada dipikiran dia aku nggak
tahu, kemudian dia memasukkan alatnya USG ke vaginaku, dan tampaklah di layar
monitor alat itu gambaran rahimku. Setelah melakukan diagnosa, selesailah USG
dan dia memintaku kembali duduk tempat duduk semula, lalu menjelaskan
diagnosanya terhadap rahimku dan beberapa tindakan yang harus dilakukan.
Selesailah acara konsultasi dengan
dokter Andri, aku beranjak dari kursi dan menjabat tangan dokter Andri, aku tak
punya kekuatan ketika dokter Andri mencium pipi kananku bahkan ketika ciumannya
berpindah kekiripun aku tetap tiada kekuatan untuk menolaknya, bahkan seperti
diluar kendaliku, tanganku segera meraih kepala Andri dan kucium bibirnya dan
dia memberi respond dengan mengulum bibirku, cukup lama kami berciuman melepas
rindu yang sudah lama terpendam dan tak sempat berkembang. Setelah kami
tersadar, Andri melepas ciumannya, aku sebenarnya ingin lebih lama lagi bersama
dia, napasku sudah memburu tak karuan, tapi dia sudah memanggil suster yang di
luar.
“aku ingin kenalan dengan suamimu,
kalau kamu nggak keberatan kupanggil dia masuk sekarang” katanya
“Sus, tolong panggil suami Nyonya ini masuk” perinyahnya pada suster.
“Sus, tolong panggil suami Nyonya ini masuk” perinyahnya pada suster.
Aku diam saja mengatur napas ketika
susternya masuk. Kemudian Hendra masuk ke ruang konsultasi dan duduk di
sebelahku, kuremas tangannya untuk menenangkan diriku sendiri, karena aku tak
tahu apa yang dimaui Andri.
“Pak Hendra, sepertinya istri anda
perlu pemeriksaan lebih lanjut, kalau anda tidak keberatan aku akan melakukan
beberapa test, perlu waktu mungkin sekitar 30 – 45 menit mungkin lebih, atau
Senin minggu depan supaya waktunya lebih lama”
Suamiku diam saja lalu melihat ke
arahku, aku Cuma menganggukkan kepala karena masih bingung dengan apa maunya
dokter Andri.
“baiklah dok, daripada minggu depan
antri lagi, sekarang saja dok udah tanggung” jawab suamiku pasrah.
“oke silahkan tunggu diluar ” kata
Andri sambil mempersilahkan suamiku keluar.
Begitu pintu ruang konsultasi di
tutup, Andri menghampiriku.
“not bad, pantesan kamu mau
meninggalkan aku demi dia” katanya sambil tangannya menarikku ke pelukannya,
dan kami kembali berdiri berciuman.
Tangannya berpindah ke pantatku dan
menyingkap rokku, meremas pantatku yang telanjang karena aku memang belum
mengenakan kembali celana dalamku, karena nervous.
Ciuman kami begitu bernafsu, maklum kangen berat, bibir Andri sudah turun ke leherku, tak mau kalah kupeluk dia erat erat saat Andre mengelus dan meraba raba pentatku, nafasku berpacu dengan nafsu.
Ciuman kami begitu bernafsu, maklum kangen berat, bibir Andri sudah turun ke leherku, tak mau kalah kupeluk dia erat erat saat Andre mengelus dan meraba raba pentatku, nafasku berpacu dengan nafsu.
Antara kesadaran sebagai seorang
istri dan rasa kangen serta ingin menebus kesalahan masa lalu saling muncul
silih berganti, tapi akhirnya menghilang saat dokter Andri mulai membuka
resluiting bajuku dan dipelorotkan ke bawah. Aku kembali memeluknya ketika
tinggal bra ungu yang menutupi bagian intim tubuhku. kubuka celananya hingga
melorot kebawah dan tanganku langsung menuju ke penisnya yang masih tertutup
celana dalam, kurasakan ketegangan dan keras seperti batu, agak malu juga aku
telanjang di depan dia tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhku, baru kali
ini aku dalam posisi seperti ini selain dengan suamiku. Andri langsung menyerbu
kedua bukit di dadaku yang masih tertutup bra sutera, diciuminya kedua bukit
itu dengan gemas, sesaat kemudian bra-ku tak bertahan lagi di tubuhku.
“kamu ternyata makin montok saja, dan
buah dadamu makin indah dan terawat dibanding dulu, makin matang dan lebih
sexy” katanya sambil memandangi tubuhku yang sudah telanjang dan langsung
membenamkan kepalanya di antara kedua belah bukit di dadaku.
Meskipun pacaran kami tak lama, tapi
karena kami sudah berteman sejak lama, maka pada masa pacaran kami sudah pernah
saling meraba dan melihat, hanya sebatas itu, paling banter peting.
Andri sudah mendaratkan lidahnya ke
puncak bukitku, dia mempermainkan lidahnya di putingku, secara bergantian dari
kiri ke kanan dan seterusnya sambil tangannya meremas remas dengan penuh gairah
seakan tak ingin kehilangan diriku lagi.
Kurasakan kenikmatan yang tak
terkira, gairah sexualku mulai naik, aku hanya bisa menggelinjang, kugigit
bibirku karena tidak bisa mendesah dan menjerit dalam kenikmatan, takut
ketahuan.
Andri mendudukkanku di meja
prakteknya, dengan hati hati disingkirkannya peralatan kerjanya ke kursi
samping supaya tak menumbilkan curiga pada suster maupun suamiku yang menunggu
di luar. Kakiku dipentangkan lebar seperti saat konsultasi tadi, tapi kali ini
kepala Andri langsung menuju ke selangkanganku, dibenamkannya kepalanya diantara
kedua pahaku, ternyata Andri mempermainkan vaginaku dengan lidahnya. Kuremas
rambutnya sebagai pelambiasan karena aku tidak bisa melampiaskan dengan
menjerit atau mendesah seperti biasa kulakukan. Napasku sudah berpacu dengan
birahiku, dengan indahnya Andri mempermainkan irama jilatannya di daerah yang
benar benar peka, sepertinya dia sangat menguasai peta anatomi daerah erotica
vaginaku, dan aku dibuatnya melayang layang menuju puncak kenikmatan,
jilatannya sungguh teratur, halus tidak kasar tetapi memberikan kenikmatan yang
tiada tara, permainan di daerah klitoris maupun kombinasi permainan lidah dan
kocokan jari tangannya terlalu berlebihan kenikmatannya.
Hampir saja aku menjerit kalau saja
Andri tidak segera menghentikan permainan lidahnya.
“please Ndri, jangan goda aku,
sekarang please” desahku pelan takut terdengar suamiku yang menunggu di luar,
entah dia dengar atau tidak.
Mengerti akan permintaanku, Andri
mengakhiri permainan lidahnya, dia berdiri didepanku, mengamati aku yang lagi
terbakar birahi.
“kamu makin cantik dan mempesona
apalagi kalau lagi bernafsu seperti ini” katanya sambil melepas baju dan
celananya, tangannya mengatur penisnya ke vaginaku.
Kami kembali berciuman, tanganku
memegang penisnya dan mengocoknya.
“sepertinya lebih besar daripada
dulu” bisikku sambil meremas remas penisnya.
Dia hanya tersenyum ketika kubimbing
penis itu ke vaginaku yang sudah basah, kusapukan sejenak ke bibir vaginaku,
ternyata Andri tidak mau menunggu terlalu lama, dia langsung mendorong masuk
penisnya ke vaginaku yang sudah basah, gerakannya perlahan tapi makin lama
makin masuk ke dalam, hingga semua batang penis Andri terbenam ke vaginaku
didiamkannya sejenak.
Ini adalah penis kedua yang menikmati
hangatnya vaginaku selain suamiku, karena aku memang tidak pernah berselingkuh
dengan laki laki lain. Sebenarnya ukuran penis Andri boleh dibilang sama dengan
punya Hendra, tapi karena bentuknya berbeda, maka aku merasakan sensasi yang
berbeda antara Andri dan suamiku.
“pelan pelan, ndri” bisikku
“lebih dari sepuluh tahun aku
mendambakan saat saat seperti ini” jawabnya sambil memandangku penuh kemesraan.
Andri menarik keluar secara perlahan
dan kembali memasukkan secara perlahan pula dan makin lama makin cepat, tapi
halus dan tidak liar. Sungguh indah permainan Andri, dengan penuh perasaan dan
penuh kenikmatan, dia mengocok vaginaku dengan penisnya tangannya meraba dan
meremas buah dadaku.
Aku telentang di meja, diangkatnya
kakiku ke pundaknya, tangannya meremas kedua buah dadaku, gerakannya tetap teratur
seakan dia menikmati setiap gesekan dan gerakan dari tubuhku, pandangan matanya
tak pernah lepas dari mataku sungguh menghanyutkan pandangannya. Dirabanya
seluruh tubuhku seolah tak mau terlewatkan sejengkalpun dari jamahannya.
“terlalu lama aku merindukan seperti
ini, selama hampir tiga tahun pertama sejak perkimpoianmu aku membayangkan saat
seperti ini” katanya tanpa menghentikan gerakannya
“Ndri, please jangan ungkit itu lagi”
kataku pelan disela sela kenikmatan
Andri lalu membalikkan tubuhku, kini
aku tengkurap di meja kerjanya, dengan perlahan Andri kembali memasukkan
vaginaku, kali ini dari belakang. Kembali aku merasakan kenikmatan yang datang
silih berganti antara sodokan, elusan dan ciuman di punggung serta remasan di
dadaku, aku merasakan bercinta dengan seorang good lover yang romantis, yang
tahu kapan saatnya untuk berbuat apa, dia sepertinya tahu persis yang bisa
membuatku melambung ke awan kenikmatan birahi, kurasakan kocokan yang penuh
kemesraan dan perasaan. Lalu Andri menarik tanganku, kini aku setengah berdiri
dengan tanganku dipegangi dari belakang sama Andri, dikocoknya dengan tiada
henti, ingin rasanya teriak atau mendesah merasakan kenikmatan ini, tapi
suamiku masih menunggu diluar sementara Andri mengaocokku dari belakang makin lama
makin keras, iramanya kini berubah liar dan tidak beraturan, meskipun agak
kaget dengan perubahan iramanya tapi aku menikmati juga variasi ini.
Kini aku dihadapkan ke di tembok,
tanganku tertumpu pada tembok menahan tubuhku, kaki kanankudiangkat Andri dan
dia mengocokku dengan keras dan cepat, mungkin suamiku menunggu di balik tembok
ini aku tak tahu, tapi aku tahu pasti kalau suamiku masih di luar sana dan aku
yakin sekali dia akan segera tahu kalau aku teriak atau mendesah dalam
kenikmatan.
Kutengok ke belakang, wajah Andri tersenyum penuh kemenangan, kemenangan karena dia bisa mempermainkan aku sementara aku hanya bisa menahan desah kenikmatan.
“kamu gila Ndri” ucapku pelan dan hanya dibalas senyum dan hentakan di vaginaku. Aku merasakan kenikmatan yang tak bisa kugambarkan, suatu kenikmatan yang bercampur ketegangan suatu petualangan yang nyerempet bahaya tapi benar benar kunikmati.
Kutengok ke belakang, wajah Andri tersenyum penuh kemenangan, kemenangan karena dia bisa mempermainkan aku sementara aku hanya bisa menahan desah kenikmatan.
“kamu gila Ndri” ucapku pelan dan hanya dibalas senyum dan hentakan di vaginaku. Aku merasakan kenikmatan yang tak bisa kugambarkan, suatu kenikmatan yang bercampur ketegangan suatu petualangan yang nyerempet bahaya tapi benar benar kunikmati.
Tiba tiba pintu kamar di ketok.
“sebentar sus” teriak Andri sedikit panik
“sebentar sus” teriak Andri sedikit panik
“kita masuk tempat periksa, bawa
bajumu” perintahnya, dan kami berdua masuk tempat periksa dan menutup
gordennya.
Bukannya berhenti, Andri malah
kembali mendorongku hingga aku berdiri membungkuk dan bersandarkan kursi, tanpa
mempedulikan protesku dia kembali melesakkan penisnya ke vaginaku.
“gila kamu” protesku
“masuk sus” katanya sebagai jawaban
sambil terus menyodokku dengan keras, aku hanya menggigit bibirku menahan
kenikmatan ini.
“dok, sudah jam sepuluh lebih, kalau
dokter tidak memerlukan saya lagi, saya permisi pulang dulu ya” kata suster
dari luar gordin
“oke sus, sampai besok, tolong
panggilkan Pak Hendra kesini” jawab Andri tanpa menghentikan kocokannya
“apa apaan ini” protesku kembali
dengan pelan setelah kudengar pintu ditutup suster
“tenang saja, percayalah aku takkan
terjadi apa apa” katanya dan kocokannya makin keras disertai remasan yang kuat
pada buah dadaku yang menggantung sesekali diselingi tarikan pada rambutku,
kugigit bibirku kuat kuat ketika kudengar pintu kembali dibuka.
“ya dok, sudah selesai ?” kudengar
suara suamiku dibalik gordin
“Pak Hendra, mohon tunggu sebentar
lagi ya, mungkin 15 menit lagi, sudah hampir selesai koq” jawab Andri tenang,
tak setenang kocokannya di vaginaku, aku menggigit jariku menahan desah
napasku, tegang dan nikmat bercampur menjadi suatu petualangan yang tak pernah
kubayangkan sebelumnya.
Aku bercinta dengan mantan pacarku
sementara suamiku hanya terpisah selembar kain gordin diluar sana, aku
merasakan ketegangan yang hebat, tapi diluar dugaanku justru menambah erotis
dan sensasi dari dalam diriku.
“iya pa, nggak tahu dokter Andri,
maunya macam macam nih” jawabku terbawa emosi erotis sambil meremas sandaran
kursi menahan desah karena kocokan Andri.
“nggak apa Pak Hendra, ini sudah
biasa koq, dari pada nggak kelar” kembali Andri menimpali sambil meremas kedua
buah dadaku dengan makin keras, aku hampir menjerit kalau tak ingat suamiku
diluar sana, kupelototi dia sebagai protes tapi dia tersenyum saja.
“oke dok, nggak usah terburu buru,
diselesaikan saja dok, yang penting hasilnya, ma papa tunggu diluar ya, jangan
pikirin aku diluar, ikuti saja kata dokter Andri” jawab suamiku dari balik
gordin, lalu kudengar pintu tertutup.
“tuh kan suamimu sendiri bilang nggak
usah terburu buru, jangan pikirin dia suruh ikutin kataku ” kata Andri
menggoda, kocokannya makin cepat seakan menumpahkan segala rindu dan dendam
yang terpendam bertahun tahun.
Kini aku ditelantangkan di tempat
tidur pasien, tubuhnya lalu naik di atasku, kini kami telanjang dan kembali
berpelukan dan berciuman di ruang prakteknya, untuk kesekian kalinya dia
memasukkan penisnya ke vaginaku terus mengocoknya, karena tempat tidur berbunyi
ketika digoyang, Andri pindah ke kursi, ditariknya tubuhku kepangkuannya.
Aku segera mengatur posisiku
dipangkuannya, sesuai “petunjuk” suamiku untuk mengikuti kata Andri. Kini ganti
aku yang mengocok Andri, posisi ini adalah favouritku. Tanpa menunggu lebih
lama lagi, segera kugoyang dan kuputar pantatku hingga terasa vaginaku diaduk
aduk Andri. Tak mau kalah, Andri meremas buah dadaku dan mengulum kedua
putingku dengan sedotan yang kuat, aku tak bisa bertahan lebih lama lagi, maka
sampailah ke puncak kenikmatan tertinggi, orgasme pertama yang kualami selain
dengan suamiku. Kugigit keras jariku untuk menahan jeritan orgasmeku supaya tak
terdengar dari tempat suamiku menunggu.
“udah Ndri, keluarin please” pintaku
setelah mengalami orgasme
“kan suamimu bilang nggak usah buru buru” goda Andri
“kan suamimu bilang nggak usah buru buru” goda Andri
Tak tahan dipermainkan lebih lama,
dengan sisa tenaga yang ada, aku goyang makin liar dan cepat, Andri membenamkan
kepalanya di antara buah dadaku, sepertinya dia sudah tak tahan lagi, makin
keras sedotan di putingku.
“aku mau keluar, di dalam ya Ly”
pintanya
“gila kalau hamil gimana” protesku
“gila kalau hamil gimana” protesku
“berarti terapinya sukses” jawabnya
sambil kembali meremas dan menyedot putingku, aku ingin berdiri melepaskan
pelukan Andri tapi terlambat ketika kurasakan denyutan dan semprotan yang keras
dari penis Andre mengenai sisi dalam vaginaku, terasa begitu keras denyutan itu
hingga aku terhanyut dan mengalami orgasme untuk kedua kalinya dengan Andri.
Aku terkulai lemas, kusandarkan
kepalaku dipundak Andri, dia membelaiku dengan penuh kasih sayang, terhanyut
aku dalam belaiannya dan pangkuannya, tubuh kami menyatu dan kurasakan degup
jantung Andri, keringat kami saling menempel menyatu dalam kenikmatan, sesaat
aku melupakan kalau suamiku menunggu dengan setia di luar ruangan.
Beberapa saat kemudian kami tersadar
dan segera berbenah, kukenakan kembali pakaianku dan merapikan make up di
wajahku, setelah dirasa semua sudah aman, Andre memanggil suamiku untuk masuk.
“Pak Hendra, istri anda memang hebat,
dia bisa tahan lama dengan kondisi seperti ini” kata dokter Andri sambil
melirik ke arahku
Aku hanya senyum senyum saja
mendengar perkataannya, tapi tidak dengan suamiku.
“maksud dokter ?”
“ada sedikit kelainan pada rahim
istri anda, dengan kondisi seperti ini kalau capek atau kondisi tertekan dia
akan sangat kesakitan” jelasnya, kemudian dia menjelaskan dengan bahasa kedokteran
yang bagi kami berdua tidak mengerti sama sekali, tapi aku iyakan saja.
“saya akan melakukan therapy dua kali
seminggu kalau bisa senin disini dan kamis di tempat praktek saya di rumah
supaya bisa lebih lama” jelas Andri sambil melirikku kembali
“saya sudah melakukan terapi awal,
sementara ini harap jangan berhubungan dulu selama satu minggu, setelah satu
minggu datang lagi ke sini akan saya beri terapi dan obat untuk bisa
berhubungan besoknya” lanjut Andri kembali melirikku pertanda dia merencanakan
sesuatu.
“saya ikut apa kata dokter saja, mana
yang terbaik bagi istriku terbaik pula bagi kami” jawab suamiku
“oke Pak Hendra, bu Hendra, kita
sudah sepakat, sampai senin di tempat praktek saya di rumah, harap reservasi
dulu senin pagi supaya tidak terlalu lama menunggu” kata Andri sambil
menyerahkan kartu namanya ke suamiku.
Selama percakapan ini, kurasakan
sperma Andri menetes keluar dari vaginaku, entah berapa banyak yang tertampung
di celana dalamku.
Akhirnya kami pergi ketika lonceng
pukul 11 malam berbunyi, berarti aku sudah bersama Andri paling tidak selama
dua jam, dan lebih dari satu jam melakukan sex dengan dia, Andri mengantar kami
hingga pintu, sebelum meningalkan kami, dia masih sempat meremas pantatku.
“jangan lupa senin untuk reservasi
dulu” katanya terus menghilang dibalik pintu. Ketika suamiku mengurus
pembayaran, aku ke toilet untuk membersihkan sisa sperma Andri yang menetes di
pahaku.
“Dokter Andri orangnya masih muda,
ganteng lagi, pantesan banyak pasangan muda yang menjadi pasiennya” kata
suamiku ketika dalam perjalanan pulang
“cara dia menangani pasien begitu
tenang, cool gitu, sehingga kita seperti berhadapan dengan seorang teman bukan
seorang dokter” jawabku
“Senin aku antar lagi deh, lebih sore
biar tidak terlalu malam dan terapi-nya tidak terburu buru” tambah suamiku
tanpa prasangka
Hari Senin setelah reservasi pagi
hari, aku ternyata mendapat nomer terakhir lagi, diminta datang pukul 7 malam
di tempat praktek Andri.
Tempatnya di lingkungan perumahan
yang elit dan asri, suasananya begitu nyaman untuk tempat tinggal, ternyata
Andre membuka praktek di paviliun samping rumahnya yang gandeng dengan rumah
utama.
Pukul 6:30 malam aku dan suami sudah
sampai di tempat praktek, ada 2 pasien yang menunggu di situ, rata rata masih
muda, seusia kami.
Setelah menunggu lebih dari satu jam
dan tidak ada pasien lainnya lagi, akhirnya suster cantik itu memanggil kami
masuk.
Di depan kami berdua Andri begitu
berwibawa seperti layaknya seorang dokter.
“bagaimana Pak Hendra, apa anda
mengikuti petunjuk saya untuk tidak berhubungan paling tidak hingga Kamis depan
?” Tanya dokter Andri
“ya bagaimana lagi dok, kalau ingin
berhasil kita ikutin anjuran dokter saja” jawab suamiku seperti pasrah,
sebenarnya nggak tega juga aku melihat expresi wajahnya.
“kali ini mungkin tidak selama yang
pertama, paling lama satu jam, Pak Hendra boleh tunggu di sini atau di luar”
kata Andri
“saya tunggu di luar, tempatnya sejuk
dan asri, boleh saya Tanya dok ?” kata suamiku
“silahkan”
“kenapa suami tidak boleh menemani istri untuk konsultasi”
“kenapa suami tidak boleh menemani istri untuk konsultasi”
“banyak alasan, pertama, biar tidak
terlalu banyak pasien kalau suaminya tidak setuju, sebagai upaya pembatasan
pasien secara halus, kalau nggak gitu bisa tiap hari saya selesai praktek jam
12 malam. Kedua, saya tentu akan merasa canggung bila memeriksa si istri
sementara sang suami melototi kerja saya. Ketiga belum saatnya, setelah periksa
istri dan ternyata tidak ada masalah maka mungkin masalahnya ada di suami, baru
saya akan periksa suaminya, itulah metode pengobatan saya” jawab Andri
“oke dok, aku tunggu di luar saja”
kata suamiku langsung keluar meninggalkan aku berdua dengan Andri.
Sepeninggal suamiku, Andri langsung
menarikku di pangkuannya, kami berciuman mesra, tangannya langsung meraba ke
dadaku diremasnya dengan penuh gairah. Aku mulai mendesis pelan ketika
ciumannya sampai di leherku.
“jangan mendesah disini sayang, ntar
suamimu dengar” bisiknya, dia sudah berani bilang sayang seperti dulu kala.
“bagaimana dengan suster diluar” tanyaku
“kenapa ” dia tak berani masuk kalau tidak aku panggil”
“bagaimana dengan suster diluar” tanyaku
“kenapa ” dia tak berani masuk kalau tidak aku panggil”
Tangan Andri dengan terampil membuka
resliting di belakang hingga rok-ku langsung melorot ke pingggang, aku sengaja
pakai pakaian rok terusan yang simple supaya mudah “dilucuti”, aku membalasnya
dengan membuka bajunya dan melemparnya ke meja.
Aku kemudian berdiri, dengan
sendirinya rok-ku melorot ke lantai, kini aku hanya mengenakan bra hitam
berenda setelan dengan celana dalamku, aku memang berusaha tampil sexy dan
menggoda di depan Andri, dan ternyata berhasil, dia memandang dengan seksama ke
arahku, menikmati setiap lekuk kemolekan dan keindahan tubuhku.
“kamu sungguh cantik dan sexy”
komentarnya, sambil berdiri melepas celananya.
Aku memutar tubuhku seperti layaknya
seorang model pakaian dalam, kemudian memulai gerakan erotic seperti penari
streaptease, Andri duduk kembali di kursi menikmati tarian erotic-ku sambil
meremas remas penisnya yang mulai menonjol dari balik celana dalam biru-nya.
Sesekali kugoda dia dengan
menempelkan buah dadaku di wajahnya lalu menariknya kembali. Perlahan
kulorotkan kedua tali bra-ku lalu diikuti melepas bra dari tubuhku dan
kulemparkan ke wajah Andri, tampaklah buah dada kebanggaanku menggantung indah
menantang terpampang di depannya.
Andri menelan ludah, dia berusaha
menarikku ke pelukannya tapi aku menghindar menggoda, semakin dia terbakar
birahi semakin baik bagiku, aku ingin menggodanya. Sensasi dan rasa erotis di
diriku makin naik mengingat bahwa kini aku sedang menari streaptease di depan
Andri yang hampir telanjang sementara suamiku menunggu di luar dan istri Andri
ada di ruangan sebelah bersama anaknya, sungguh permainan ketegangan yang
menggairahkan.
Andri sepertinya makin terbakar
birahinya, kini dia sudah melepas celana dalamnya dan meremas remas penis-nya
sambil menikmati tarian erotisku.
Celana dalam satu satunya penutup
tubuhku masih menempel indah, tapi Andri sepertinya sudah tidak tahan lagi
dengan dorongan birahinya, dia lalu berjongkok di depanku, kakiku kananku
dinaikkan ke kursi, dari celah celana dalam dia mulai mencium dan menjilati
vaginaku yang sudah basah karena begitu terangsang menikmati sensasi ini.
Permainan lidah Andri tak terlalu
lama, dia lalu menarik turun celana dalamku hingga kami sama sama telanjang.
Andri meneruskan pekerjaannya, jilatan lidahnya menyusuri pangkal paha hingga
bibir vaginaku. Klitoris adalah bagian yang paling mendapatkan perhatian khusus
dari Andri, cukup lama dia memainkan lidahnya di klitorisku dengan berbagai
macam gerakan lidah, entah jurus apa yang dia pakai hingga aku hanya bisa
menggigit bibir bawahku menahan desah. Kuremas rambutnya dan kudorong lebih
dalam ke vaginaku.
Aku duduk di kursi dokter, kepala
Andri kembali menempel di selangkanganku, dia sungguh menikmati permainan ini
begitu juga aku, permainan lidahnya sungguh jauh lebih lebih nikmat dibanding
dengan suamiku, mungkin dia melakukan dengan menggunakan teori.
Desah tertahan sungguh merupakan
siksaan tersendiri bagiku, tapi tidak bagi Andri, dia menikmati siksaanku ini,
dia menyukai expresi wajahku ketika menahan desah kenikmatan, apalagi saat
orgasme.
Setelah puas menikmati vaginaku,
Andri lalu berlutut di depanku dan mengatur posisinya sebelum memasukkan
penisnya ke vaginaku. Aku nggak mau melakukan terlalu cepat, kuminta Andri
berdiri berganti posisi, dia duduk di kursi, kini aku berlutut di depannya,
kuciumi penisnya, dengan gerakan menggoda, kujilati kantung bolanya,
kupermainkan lidahku di batang dan ujung kepala penisnya sebelum memasukkan
penisnya kemulutku. Akhirnya hampir semua batang penisnya masuk dalam mulutku,
dengan sliding aku mulai mempermainkan dia, kini dia mendesah tertahan karena
takut ketahuan, baik oleh istrinya maupun suamiku di luar sana.
Sepertinya dia hampir tak tahan, lalu
tubuhku dibopongnya menuju kamar sebelah yang sambung ke ruang praktek dia.
Kamar itu tidak terlalu luas, dengan ranjang yang cukup besar dan bersih,
dindingnya di hiasi cermin seukuran ranjang.
“kamar apaan ini ?” tanyaku masih
dalam gendongannya
“untuk pasien kalau perlu periksa
sperma, ntar juga kamu akan tahu dan mengalami” jelasnya
“kamu boleh teriak sepuasnya, karena
terlalu jauh dan tak akan terdengar oleh suamimu dari ruang tunggu pasien,
kamar ini dirancang kedap suara” lanjutnya
“bagaimana dengan istri dan anakmu ?”
tanyaku
“ada di dalam mungkin sedang nonton
TV sama anakku, dia baru berumur 2 tahun” Andri merebahkuan tubuhku di ranjang,
dengan mesra dan penuh gairah dia menciumi kedua buah dadaku sambil menindih
tubuhku.
“ssssssshhhhh?”.. aagghhhh” aku sudah
berani mendesis meski perlahan sebagai pelampiasan atas kenikmatan yang aku
alami.
“Ndri, fuck me please nooooowwwwww”
pintaku sambil mengocok penis Andri
Tanpa membuang waktu lebih lama,
Andri segera memasukkan penisnya yang sudah sekeras batu ke vaginaku yang sudah
basah, dengan tiada kesulitan yang berarti melesaklah penis itu ke vaginaku,
masuk semua tanpa tersisa. Meskipun sudah pernah sekali melakukan dengan Andri,
masih saja kurasakan perasaan asing di vaginaku, karena bentuknya yang berbeda
dengan suamiku.
Kupeluk erat tubuh Andri seolah tubuh
kami menyatu dalam panasnya api birahi yang membara, sambil tetap berpelukan
dan berciuman, Andri mengocokku dengan penuh perasaan, pantatnya turun naik di
atas tubuhku, kunaikkan kakiku menjepit pinggulnya untuk memberikan jalan
supaya bisa masuk lebih dalam.
“aaaaagghhhh”.. yaaa?” yesss”.
trussss Ndri” desahku mulai agak keras, aku mulai menemukan irama permainanku
mengimbangi goyangannya, kami bergulingan di atas ranjang sempit itu, terkadan
aku di atas kadang dibawah.
Cukup lama kami dengan posisi ini,
tak terasa kedua peluh sudah menetes campur menjadi satu, seperti menyatunya
tubuh kami dalam lautan kenikmatan.
Memang asik bercinta dengan Andri,
begitu penuh perasaan karena memang diantara kami bukan cuman nafsu yang
berperan tapi api cinta masih belum padam sepenuhnya, dan sekaranglah saatnya
menuntaskan cinta yang terpendam, bukan berarti aku tidak cinta sama suamiku
tetapi rasa cinta dan nafsu kali ini sungguh berbeda.
Kami bercinta layaknya sepasang
kekasih yang dilanda kangen berat, apalagi sudah tiga hari tidak berhubungan
dengan suamiku. Dengan bebas dan tanpa beban aku bisa mengekspresikan
kenikmatanku dalam desahan desahan dan jeritan ringan, apalagi ketika Andri
mulai mengocok dengan cepat dan keras hingga ranjang ikut bergoyang keras.
Kuimbangi permainan irama Andri
dengan menggerakkan tubuhku melawan gerakan Andri, kujepit tubuhnya dengan
kedua kakiku yang mengapit di punggungnya sehingga pantatku ikut terangkat
membuat Andri lebih dalam menanamkan penisnya di vaginaku. Kurengkuh sebanyak
mungkin kenikmatan dari Andri sebanyak yang bisa dia berikan, Andri mengangkat
tubuhnya hingga tertumpu pada lutut, kakiku dipentangkan membuat vaginaku
terbuka lebat, kocokan Andri semakin cepat secepat degup jantung kami.
Dengan posisi seperti ini kami bisa
saling memandang sambil bercinta, kuamati wajah dan tubuhnya yang bersimpuh
peluh kenikmatan, wajah Andri menurutku jauh lebih tampan dibandingkan dulu,
lebih matang.
Cukup lama kami bercinta dengan
posisi ini, dia lalu telentang di sampingku, tanpa menunggu permintaannya,
segera aku jongkok di atas penisnya, perlahan kuturunkan tubuhku sampai semua
penis Andri masuk ke vaginaku semua.
Penis Andri terasa menyetuh dinding
terdalam dari vaginaku, kunaikkan kembali tubuhku lalu kuturunkan begitu
seterusnya hingga aku bisa mengocokkan penisnya ke vaginaku. Andri meraba dan
meremas kedua buah dadaku sambil memainkan putingnya, membuat aku bertambah
terbakar dalam birahi. Kurobah gerakanku menjadi berputar seperti orang ber
hula-hop, vaginaku terasa seperti diaduk aduk penis Andri yang masih keras itu,
sambil menggoyang pinggul kuraba dan kupermainkan kantong bolanya sehingga
Andri kelojotan merem melek, matanya melotot ke arahku, pancaran kenikmatan
kutangkap dari sorot matanya.
Aku melakukan variasi gerakan dengan
posisi di atas aku yang pegang peranan, kombinasi antara hula hop lalu maju
mundur kemudian naik turun kembali lagi ber hula hop membuat Andri seakan
terbang tinggi dalam kenikmatan birahi, begitu juga aku, penis Andri sepertinya
menjelajah ke seluruh pelosok ruang vaginaku. Ternyata Andri tak mau kalah, dia
ikutan menggoyang pinggulnya melawan gerakanku, semakin cepat aku menurunkan
tubuhku semakin cepat pula dia menaikkan pinggulnya hingga vaginaku tersodok
dengan kerasnya begitu seterusnya. Tak teringat lagi apa yang dilakukan suamiku
di luar ruangan ini yang masih setia menunggu istrinya sedang bercinta dengan mantan
pacarnya.
“Ndri, aku mau keluar sayang” kataku
tak tahan menghadapi perlawanannya
“jangan dulu sayang, tidak dalam
posisi seperti ini” jawabnya sambil mengangkat tubuhnya hingga posisi duduk dan
aku dalam pangkuannya.
Goyanganku semakin cepat, Andri sudah
membenamkan kepalanya di antara kedua buah dadaku, mulutnya mempermainkan
putingku secara bergantian, aku merasakan kenikmatan yang hebat antara kocokan
di vagina dan kuluman maupun sedotan di putingku. Gerakanku makin cepat dan
tidak beraturan antara hingga tak tertahankan lagi aku mencapai puncak
kenikmatan yang indah.
“aaaaaaaaggghhhh?”. yessss?” yessss?”
yessssssss” desahku dalam orgasme sambil meremas rambut Andri yang masih larut
dalam keindahan permainan kami, sedotan di putingku makin kencang ketika
orgasme kudapatkan hingga menambah kenikmatan yang tiada terbayangkan
sebelumnya, tak lama kemudian maka lemaslah aku dalam pangkuannya. Andri
membelaiku dengan mesra, meski aku tahu dia belum mengalami orgasme, tapi dia
tetap tenang, aku masih dalam pangkuannya, dielusnya punggungku sementara
kepalaku sudah terkulai di pundaknya.
Penis Andri di vaginaku masih
menegang, aku merasa kasihan juga, tapi badanku lemes sehabis orgasme setelah
tiga hari tanpa sex. Dia menyuruhku berbaring di sebelahnya, kemudian
digulingkannya tubuhku hingga aku tengkurap, lalu Andri naik di atasku,
dipeluknya aku dari atas lalu dia bergeser di antara kakiku yang dipentangkan.
Ditariknya pantatku sedikit ke atas hingga aku agak nungging, kembali dia
melesakkan penisnya ke vaginaku dan dengan cepatnya mulai mengocok.
Tangannya mengelus punggungku lalu
tubuhnya tengkurap di atas tubuhku, dia mengocokku dari belakang dengan posisi
seperti ini, belum pernah aku melakukan sebelumnya dengan suamiku, ini
pengalaman pertamaku, gairahku mulai naik kembali merasakan sensasi kenikmatan
yang baru, tapi dengan posisi seperti ini aku tidak bisa melakukan apa apa
kecuali hanya pasrah menerima kenikmatan yang dia berikan. Menyadari
kepasrahanku, Andri makin menjadi jadi mengocokku, dihentakkannya pinggangnya
ke arah pantatku hingga penisnya menghantam dinding vaginaku dengan kerasnya
sambil dia menciumi tengkuk, pungak dan telingaku, yang kadang kadang
dikulumnya.
“aaaaauuugghhhhh?”eeeehhhhhh?”..emmmmhhhh”
hanya desah itulah yang bisa kulakukan. Entah gaya apa yang dimainkan ini, yang
jelas bukan doggie, mungkin gaya kura-kura kali, tapi who cares, yang penting
aku mendapatkan pelajaran dan kenikmatan baru dari dia.
Tak lama kemudian kurasakan denyutan
keras dari penis Andri menghantam dinding vaginaku dengan kerasnya, semprotan
demi semprotan kunikmati dengan perasaan yang lain, begitu kerasnya denyutan
itu hingga mengantarku mencapai orgasme yang kedua kalinya hingga kali ini aku
benar benar lemas tak bertenaga. Andri terkulai diatas punggungku setelah
menyemprotkan spermanya di vaginaku, kemudian dia berguling berbaring di
sebelahku.
“Ternyata kamu lebih hebat dari yang
aku bayangkan selama ini” komentarnya setelah selesai menyetubuhiku lebih
setengah jam.
“Tak kusangka bercinta dengan kamu bisa
senikmat ini” lanjutnya.
“Kamu orang kedua setelah suamiku,
dan aku benar benar menikmati saat saat seperti ini” jawabku
“beruntunglah aku” Andri menimpali
sambil tangannya mengelus punggungku
“aku juga beruntung bisa mendapat
kesempatan seperti ini, bisa merasakan dua penis yang berbeda dengan permainan
yang berbeda pula” kataku sambil meremas penisnya yang mulai melemas.
“kenapa tidak kamu bandingkan saja
perbedaannya sekarang, percaya deh sensasinya pasti berbeda?”
“maksudmu ?” kataku nggak ngerti
“sekarang kamu main dengan suamimu
disini, kalau mau, aku yang akan mengatur, serahkan padaku” usulnya
“kamu gila Ndri, setelah aku dengan
kamu, lalu kamu minta aku dengan suamiku, mana aku bisa aku lakukanitu, lagian
aku juga sudah capek”
“yang penting kamu mau nggak “, soal
lainnya serahkan aku, percaya deh pasti kamu akan berterima kasih setelah ini”
jelas Andri meyakinkanku.
Timbul rasa ingin mencoba, tapi ragu
ragu juga, kupikir kembali untung ruginya, sepertinya untung saja nggak ada
ruginya bagiku. Aku terdiam karena malu untuk menjawab.
“oke kamu berpakaian seperti biasa,
kupanggil suamimu masuk, trust me” katanya lalu kami berpakaian seperti
layaknya.
“baik, tapi beri aku waktu sebentar
untuk memulihkan tenagaku” pintaku.
Setelah beristirahat sebentar, kami
kembali ke ruang prakteknya dan dia memanggil suster untuk mempersilahkan
suamiku masuk. “Pak Hendra, saya sudah memeriksa anatomi tubuh istri anda,
hasilnya dalam beberapa hari lagi, sekarang saya ingin melihat bagaimana
pengaruh sperma anda pada bu Hendra” kata Andri ketika aku dan suamiku
menghadapnya sebagai seorang dokter.
“maksud dokter” kata suamiku nggak
ngerti
“saya ingin anda berhubungan,
sekarang, di sini, setelah itu saya periksa lagi kondisi rahim istri anda setelah
berhubungan” jelasnya lagi
“sekarang ” di sini dok ?” suamiku
bengong
“ya sekarang, tentu saja tidak
disini, maksud saya di kamar sebelah, jangan kuatir pak, nanti anda akan tahu
sendiri, oke aku siapkan dulu” katanya lalu dia beranjak dari kursinya dan
menuju ke kamar sebelah, mungkin merapikan sprei yang acak acakan habis kami
pakai tadi.
“silahkan, santai saja, jangan
tegang, kalau ada masalah di dalam ada intercom yang bisa menghubungi saya”
katanya setelah keluar dari kamar sebelah sambil mempersilahkan kami masuk.
Untuk kedua kalinya kumasuki kamar
itu, tapi kali ini dengan orang lain, yaitu suamiku sendiri, ternyata ranjang
sudah rapi.
Agak canggung juga suamiku
memulainya, maka aku ambil inisiatif, tanpa membuka baju kulepas celana
dalamku, ternyata sperma Andri banyak tumpah di situ maka aku ke toilet untuk
membersihkan vaginaku dari sperma Andri, aku nggak mau suamiku curiga pada
cairan di vaginaku. Kulihat dia ragu ragu melepas celananya, aku langsung
berlutut di depannya dan langsung ku kulum penisnya untuk membangkitkan gairah
sexualnya.
Andri benar, kurasakan sensasi yang
berbeda dibandingkan tadi. Tidak terlalu lama membuat penis suamiku menegang
karena sudah tiga hari kami tidak bercinta. Kurebahkan suamiku di ranjang lalu
kuteruskan mengulum penisnya, ingin rasanya kumasukkan langsung ke vaginaku
untuk merasakan perbedaan kenikmatan yang dijanjikan Andri. Tapi tiba tiba
pintu diketuk dari luar, kami kaget sesaat, karena posisiku di atas dan aku
masih memakai pakaian meski tanpa celana dalam, maka aku buka pintunya,
ternyata dokter Andri.
“maaf mengganggu, aku lupa pesan kalau bu Hendra harus di bawah, jangan di atas” kata dokter Andri dengan sorot mata yang nakal, kembali kututup pintu kamar sambil ngedumel, sialan, batinku.
Tanpa melepas bajuku karena khawatir ketahuan ada bau badan lain yang masih menempel di tubuhku, aku langsung berbaring di sebelah suamiku, kami berciuman sebentar lalu suamiku mengatur posisinya di antara kakiku, kupegang penisnya dan kubimbing ke vaginaku setelah menyingkapkan rok ku hingga ke perut, kuusap usapkan di bibir vagina hingga kembali menegang, lalu didorongnya perlahan hingga masuk secara pelan pelan sampai semua tertanam di dalam, dia diam sebentar. Sekali lagi Andri benar, aku merasakan kenikmatan yang berbeda saat penisnya mulai mengocok vaginaku. Meski irama kocokannya tak seindah Andri, tapi kenikmatan yang kuperoleh boleh dibilang setara, tiap irama kocokan maupun bentuk penis mempunyai kenikmatan yang berbeda, baru sekarang aku bisa bilang seperti itu, tak pernah aku membayangkan menikmati sensasi seperti ini.
Kunaikkan kakiku ke pundaknya supaya suamiku bisa mengocok lebih dalam, aku tidak berani menjerit takut ketahuan, suamiku meremas buah dadaku dari luar sambil mengocok dengan keras. Karena sudah tiga hari tidak berhubungan, maka tidak sampai sepuluh menit suamiku sudah orgasme, dia menyemprotkan spermanya di vaginaku dengan kerasnya seakan memenuhi vaginaku, jauh lebih banyak dari punya Andri tadi, denyutannya begitu keras tapi tak bisa membuatku orgasme dalam waktu sesingkat itu. Setelah tidak ada lagi semprotannya, suamiku terkulai di atas tubuhku, kembali aku merasakan aroma tubuh yang berbeda di antara keduanya, kuelus punggungnya dan dia mencium keningku, lalu kami berbenah diri kemudian keluar kamar, tak kudapati dokter Andri di situ.
Kamipun menunggu di ruangannya, tak lama kemudian dia muncul.
“Oke tolong ibu kembali ke kamar tadi aku perlu berbincang dengan Pak Hendra dulu sebelum memeriksa Ibu” kata Andri sambil mempersilahkan aku kembali ke kamar.
Entah apa yang dibicarakan kedua laki laki itu di luar karena aku harus masuk kamar itu untuk ketiga kalinya, entah kali ini dengan yang mana lagi.
Sambil menunggu orang berikutnya yang masuk kamar, aku merenung tentang apa yang barusan terjadi, dalam tempo kurang dari 2 jam, aku sudah bercinta dengan dua orang yang aku cintai secara berurutan, suatu pengalaman yang tak akan terlupakan meskipun yang terakhir dengan suamiku tak sempat mengalami orgasme, sebenarnya ingin melanjutkan lagi untuk menuntaskan berahi yang tak tertuntaskan.
Aku sempat melamun kalau seandainya bercinta dengan mereka berdua sekaligus, seperti yang pernah aku lihat di film biru betapa indah dan nikmatnya, tapi segera kutepis khayalan itu karena suamiku sudah pasti akan keberatan kalau harus berbagi istri dengan orang lain. Ternyata orang berikutnya yang masuk seperti dugaanku adalah Andri.
“maaf mengganggu, aku lupa pesan kalau bu Hendra harus di bawah, jangan di atas” kata dokter Andri dengan sorot mata yang nakal, kembali kututup pintu kamar sambil ngedumel, sialan, batinku.
Tanpa melepas bajuku karena khawatir ketahuan ada bau badan lain yang masih menempel di tubuhku, aku langsung berbaring di sebelah suamiku, kami berciuman sebentar lalu suamiku mengatur posisinya di antara kakiku, kupegang penisnya dan kubimbing ke vaginaku setelah menyingkapkan rok ku hingga ke perut, kuusap usapkan di bibir vagina hingga kembali menegang, lalu didorongnya perlahan hingga masuk secara pelan pelan sampai semua tertanam di dalam, dia diam sebentar. Sekali lagi Andri benar, aku merasakan kenikmatan yang berbeda saat penisnya mulai mengocok vaginaku. Meski irama kocokannya tak seindah Andri, tapi kenikmatan yang kuperoleh boleh dibilang setara, tiap irama kocokan maupun bentuk penis mempunyai kenikmatan yang berbeda, baru sekarang aku bisa bilang seperti itu, tak pernah aku membayangkan menikmati sensasi seperti ini.
Kunaikkan kakiku ke pundaknya supaya suamiku bisa mengocok lebih dalam, aku tidak berani menjerit takut ketahuan, suamiku meremas buah dadaku dari luar sambil mengocok dengan keras. Karena sudah tiga hari tidak berhubungan, maka tidak sampai sepuluh menit suamiku sudah orgasme, dia menyemprotkan spermanya di vaginaku dengan kerasnya seakan memenuhi vaginaku, jauh lebih banyak dari punya Andri tadi, denyutannya begitu keras tapi tak bisa membuatku orgasme dalam waktu sesingkat itu. Setelah tidak ada lagi semprotannya, suamiku terkulai di atas tubuhku, kembali aku merasakan aroma tubuh yang berbeda di antara keduanya, kuelus punggungnya dan dia mencium keningku, lalu kami berbenah diri kemudian keluar kamar, tak kudapati dokter Andri di situ.
Kamipun menunggu di ruangannya, tak lama kemudian dia muncul.
“Oke tolong ibu kembali ke kamar tadi aku perlu berbincang dengan Pak Hendra dulu sebelum memeriksa Ibu” kata Andri sambil mempersilahkan aku kembali ke kamar.
Entah apa yang dibicarakan kedua laki laki itu di luar karena aku harus masuk kamar itu untuk ketiga kalinya, entah kali ini dengan yang mana lagi.
Sambil menunggu orang berikutnya yang masuk kamar, aku merenung tentang apa yang barusan terjadi, dalam tempo kurang dari 2 jam, aku sudah bercinta dengan dua orang yang aku cintai secara berurutan, suatu pengalaman yang tak akan terlupakan meskipun yang terakhir dengan suamiku tak sempat mengalami orgasme, sebenarnya ingin melanjutkan lagi untuk menuntaskan berahi yang tak tertuntaskan.
Aku sempat melamun kalau seandainya bercinta dengan mereka berdua sekaligus, seperti yang pernah aku lihat di film biru betapa indah dan nikmatnya, tapi segera kutepis khayalan itu karena suamiku sudah pasti akan keberatan kalau harus berbagi istri dengan orang lain. Ternyata orang berikutnya yang masuk seperti dugaanku adalah Andri.
“gimana Ly, kamu harus berterima
kasih atau mengumpatku ?” tanyanya menggoda
“tak kusangka begitu nikmat, begitu
erotis” kataku sambil memeluknya pertanda terima kasih.
“kalau melihat begitu cepat, pasti
kamu belum orgasme” tanyanya berlagak bodoh
Tanpa menjawab dan tanpa malu malu
aku langsung membelakangi Andri membungkukkan badan dan menyingkapkan rok-ku
hingga tampaklah pantatku yang putih mulus.
“beri aku sekali lagi Ndri agar
tuntas” pintaku.
Dengan segera dia membuka resliting
celananya dan tanpa melepas celana dikeluarkannya penisnya yang sudah menegang
kembali. Pinggangku dipegangnya dan dengan sekali dorong untuk kedua kalinya
aku menikmati penisnya hari itu. Kali ini aku tak berani teriak karena tak tahu
dimana posisi suamiku, terdengar kecipuk cairan sperma suamiku yang masih di
vaginaku ketika Andri mengocokku, tapi sepertinya dia tidak peduli. Kembali
kurasakan perbedaan sensasi dan kenikmatan dari Andri dan suamiku, karena
memang birahiku sudah tinggi, tak lama kemudian akupun mendapatkan orgasme
untuk kesekian kalinya dari Andri, tanpa dia mengalami orgasme lalu Andri
memasukkan kembali penisnya ke celananya.
“Aku sudah memeriksa alat reproduksi
suamimu, penisnya gede juga sih pasti kamu puas dengan punya suamimu, Cuma
karena agak membengkok ke kiri mungkin sedikit berpengaruh pada semprotannya
dan karena gede dan panjang aku perkirakan berpengaruh pada rahimmu ketika dia
mengocok dengan keras” katanya setelah merapikan celananya.
Kamipun kembali ke ruang praktek,
suamiku menunggu di sana, setelah memberi obat penyubur dan obat lainnya
kamipun berpamitan pulang ketika jam sudah menunjukkan 10 malam.
Pengobatan kami berlanjut terus
setiap Senin Kamis dengan cara “therapy” yang sama, yaitu gantian antara
suamiku dan Andri sambil dia melakukan therapy yang sebenarnya pada kami dan
suamiku.
Lebih dari setahun kami melakukan
konsultasi dengan dokter Andri ketika akhirnya kami memutuskan untuk beralih ke
dokter lain karena tidak ada tanda-tanda kehamilan.
Antara kecewa dan bersukur karena
kalau sampai hamil aku tentu bingung siapakah ayah dari anakku, suamiku atau
Andri. Meski begitu aku masih berhubungan dengan Andri diluar praktek dia sebagai
pelampiasan cinta yang terputus.
Itulah awal bagaimana aku akhirnya
berpetualang dengan banyak laki laki dan pada akhirnya suamiku juga terbawa
petualanganku untuk melakukan hubungan sex secara terbuka maupun beramai ramai.
0 komentar :
Posting Komentar