Suatu siang di jalan Dharma Wangsa ke arah campus Airlangga
sedang terjadi keributan, ngga’ jelas siapa lawan siapa… saat itu aku melintas
dengan BMW M50ku sendirian dan sedang asyik dengerin radio Suara Surabaya… cuek
saja saat melintasi perkelahian itu sambil sedikit menoleh ke arah seorang
laki-laki yang sedang dikeroyok 4 orang lawannya… dia dikejar habis-habisan dan
mencoba menerobos kerumunan penonton untuk mencari selamat.
Terbelalak mataku bengitu sadar siapa
lelaki yang sedang dikerjar tersebut… ternyata dia Kakak temanku… namanya
Anton. Yang ngga’ jelas kenapa dia ada di sana dan dikeroyok orang segala, tapi
aku sudah tidak sempat berpikir lebih jauh… segera saja aku pinggirkan
kendaraanku dan aku turun untuk membantunya.
Aku tarik dua orang yang sedang
memukulnya karena Anton sudah jatuh terduduk dan dihajar berempat… sekarang
Anton mengurus dua orang dan aku dua orang… memang masih tidak seiimbang… dalam
perkelahianku aku berhasil menangkap satu dari lawanku dan aku jepit kepalanya dengan
lengan kiriku sedang lengan kananku aku gunakan untuk menghajarnya… sementara
aku berusaha menggunakan kakiku untuk melawna yang satunya lagi… aku tak sempat
lihat apa yang dilakukan Anton… waktu seakan sudah tidak dapat dihitung lagi
demikian cepatnya sampai hal terakhir yang masih aku ingat adalah aku merasakan
perih di pinggang kanan belakangku… dan saat kutengok ternyata aku ditusuk
dengan sebilah belati dari belakang oleh entah siapa… sambil menahan sakit aku
merenggangkan jepitanku pada korbanku dan berusaha melakukan tendangan memutar…
sasaranku adalah lawan yang di depanku. Namun pada saat melakukan tendangan
memutar sambil melayang… tiba-tiba aku melihat ayunan stcik soft ball ke arah
kakiku yang terjulur… ngga’ ampun lagi aku jatuh terjerembab dan gagal
melancarkan tentangan mautku… sesampainya aku di tanah dengan agak tertelungkup
aku merasakan pukulan bertubi-tubi… mungkin lebih dari 3 orang yang
menghajarku. Terakir kali kuingat aku merasakan beberapa kali tusukan sampai
akhirnya aku sadar sudah berada di rumah sakit.
Aku tidak jelas berada di rumah sakit
mana yang pasti berisik sekali dan ruangannya panas… dalam ruangan tersebut ada
beberapa ranjang… pada saat aku berusaha untuk melihat bagian bawahku yang
terluka aku masih merasakan nyeri pada bagian perutku dan kaki kananku serasa
gatal dan sedikit kebal ( mati rasa )… aku coba untuk geser kakiku ternyata
berat sekali dan kaku. Kemudian aku paksakan untuk tidur…
Sore itu aku dijenguk oleh Dian adik
Anton… Dian ini teman kuliahku… dia datang bersama dengan Mita adiknya yang di
SMA… katanya habis jenguk Anton dan Anton ada di ruang sebelah…
” Makasih ya Joss… kalo ngga’ ada
kamu kali Anton sudah… ” katanya sambil menitikkan air mata…
” Sudahlah… semua ini sudah berlalu…
tapi kalo boleh aku tau kenapa Anton sampe dikeroyok gitu ?” tanyaku penasaran.
”
Biasa gawa-gara cewek… mereka goda cewek Airlangga dan cowoknya marah makanya dikeroyok… emang sich bukan semua yang ngeroyok itu anak Airlangga sebagian kebetulan musuh Anton dari SMA, sialnya Anton saja ketemu lagi dan suasananya kaya’ gitu… jadi dech di dihajar rame-rame” jawab Mita.
Biasa gawa-gara cewek… mereka goda cewek Airlangga dan cowoknya marah makanya dikeroyok… emang sich bukan semua yang ngeroyok itu anak Airlangga sebagian kebetulan musuh Anton dari SMA, sialnya Anton saja ketemu lagi dan suasananya kaya’ gitu… jadi dech di dihajar rame-rame” jawab Mita.
“Kak Jossy yang luka apanya saja ?”
tanya Mita.
“Tau nih… rasanya ngga’ keruan ”
jawabku… ” Lihat aja sendiri… soalnya aku ngga’ bisa gerak banyak… kamu angkat
selimutnya sekalian aku juga mo tau ” lanjutku pada Mita.
“Permisi ya Kak” kata Mita langsung sambil membuka selimutku ( hanya diangkat saja ).
“Permisi ya Kak” kata Mita langsung sambil membuka selimutku ( hanya diangkat saja ).
Sesaat dia pandangi luka-lukaku dan
mungkin karena banyak luka sehingga dia sampe bengong gitu… dan pas aku lihat
pinggangku dibalut sampe pinggul dan masih tembus oleh darah… di bawahnya lagi
aku melihat…. ya ampun pantes ni anak singkong bengong… meriamku tidak
terbungkus apa-apa dan yang seremnya kepalanya yang gede kelihatan menarik
sekali… seperti perkedel. Sesaat kemudian aku masih sempat melihat kaki kananku
digips… mungkin patah kena stick soft ball.
Mita menutup kembali selimut tadi dan
Dian tidak sempat melhat lukaku karena dia sibuk nangis… hatinya memang lemah…
sepertinya dia melankolis sejati.
“Mita sini aku mo bilangin kamu ”
kataku…
Mitapun menunduk mendekatkan
telinganya ke mulutku.
“Jangan bilang sama Dian soal apa
yang kamu lihat barusan… kamu suka ngga’ ?” kataku berbisik.
“Serem ” bisiknya bales.
” Dian… kamu jangan lihat lukaku…
nanti kamu makin ngga’ kuat lagi nahan nangis… ” kataku.
” Tapi paling tidak aku mo tau… boleh aku raba ? ” tanyanya…
” Tapi paling tidak aku mo tau… boleh aku raba ? ” tanyanya…
” Silahkan… pelan-pelan ya… masih
belum kering lukanya. ” jawabku.
Dian pun memasukkan tangannya ke balik selimut… dan mulai meraba dari dada… ke perut… di situ dia merasakan ada balutan… digesernya ke kanan kiri… terus ke bawahan dikit…
Dian pun memasukkan tangannya ke balik selimut… dan mulai meraba dari dada… ke perut… di situ dia merasakan ada balutan… digesernya ke kanan kiri… terus ke bawahan dikit…
” Kok perbannya sampe gini… lukanya
kaya’ apa ? ”
” Wah aku sendiri belum jelas… ” aku jawab pertanyaan Dian.
” Wah aku sendiri belum jelas… ” aku jawab pertanyaan Dian.
Turun lagi tangannya ke pinggul
kanan… kena kulitku… terus ke tengah… kena meriamku… dia raba setengah
menggenggam… untuk meyakinkan apa yang tersentuh tangannya… tersentak dan dia
menarik tangannya sedikit sambil melepas pengangannya pada meriamku…
“Sorry… ngga’ tau…. ”
” Ngga’ apa-apa kok… malah enak kalo sekalian dipijitin… soalnya badanku sakit semua… ” kataku nakal.
” Ngga’ apa-apa kok… malah enak kalo sekalian dipijitin… soalnya badanku sakit semua… ” kataku nakal.
“Nah…. Kak Dian pegang anunya Kak
Joss ya ? ” goda Mita… Merah wajah Dian ditembak gitu.
Dian terus saja meraba sampe pada kaki kananku dan dia menemukan gips… ” Lho… kok digips ?”
Dian terus saja meraba sampe pada kaki kananku dan dia menemukan gips… ” Lho… kok digips ?”
” Iya patah tulangnya kali ” jawabku
asal untuk menenangkan pikirannya…
Dian selesai merabaiku… tapi tampak
sekali dia masih kepikiran soal sentuhan pada meriam tadi… dan sesekali matanya
masih melirik ke sekitar meriamku… sedang aku juga sedang menikmati dan
membayangkan ulang kejadian barusan… Flash back lah.
Tanpa sadar tiba-tiba meriamku meradang dan mulai bangun sehingga tampak pada selimut tipis kalo ada sesuatu perkembangan di sana.
Tanpa sadar tiba-tiba meriamku meradang dan mulai bangun sehingga tampak pada selimut tipis kalo ada sesuatu perkembangan di sana.
“Kak Joss… anunya bangun ” bisik Dian
padaku sambil dia ambil selimut lain untuk menutupnya… tapi tangannya berhenti
dan diam di atasnya… ” “Supaya Mita ngga’ ngelihat ” bisiknya lagi. Aku cuman
bisa mengangguk… aku sadar ujung penisku masih dapat menggapai telapaknya… aku
coba kejang-kejangkan penisku dan Dian seperti merasa dicolek-coleh tangannya.
“Mit… kamu pamit sama Mas Anton dech… kita bentar lagi pulang dan biar mereka
istirahat… ” kata Dian… dan Mitapun melangkah keluar ruangan… ” “Kak Joss….
nakal sekali anunya ya ” bisik Dian… aku balas dengan ciuman di pipinya.
“Dian… tolongin donk… diurut-urut
itunya… biar lupa sakitnya… ” pintaku…
“Iya dech… ” jawab Dian langsung
mengurut meriamku… dari luar selimut… biar ngga’ nyolok dengan pasien lain…
walaupun antara ranjang ada penyekatnya…
“Ian… dari dalem aja langsung… biar
cepetan…. ” pintaku karena merasa tanggung dan waktunya mepet sekali dia mo
pulang., Dian menuruti permintaanku dengan memeriksa sekitar lebih dulu… terus
tangannya dimasukkan dalam selimutku langsung meremas meriamku… dielusnya
batangku dan sesekali bijinya… dikocoknya… lembut sekali… wah gila rasanya…
lama juga Dian memainkan meriamku… sampe aku ngga’ tahan lagi dan crrooottt…..
crot…. ccrrroooo..tttt…. beberapa kali keluar…
Tiba-tiba Mita datang dan buru-buru Dian tarik tangannya dari balik selimut… sedikt kena spermaku telapak tangan Dian… dia goserkan pada sisi ranjang untuk mengelapnya…
Tiba-tiba Mita datang dan buru-buru Dian tarik tangannya dari balik selimut… sedikt kena spermaku telapak tangan Dian… dia goserkan pada sisi ranjang untuk mengelapnya…
” Sudah Kak Joss… aku sama Mita mo
pulang…. ” pamit Dian… ” Sudah keluar khan… ” bisiknya pada telingaku… cup…
pipiku diciumnya… ” Cepet sembuhnya… besok aku tengok lagi ” Dia sengaja
menciumku untuk menyamarkan bisikannya yang terakhir.
“Eh… kalo bisa bilangin susternya aku
minta pindah kelas satu donk… di sini gerah ” pintaku pada mereka.
Merekapun keluar kamar dan
melambaikan tangan… satu jam kemudian aku dipindahkan ke tempat yang lebih
bagus… ada ACnya dan ranjangnya ada dua. Tapi ranjang sebelah kosong. Posisi
kamarku agak jauh dari pos jaga suster perawat… itu aku tau saat aku didorong
dengan ranjang beroda.
“Habis gini mandi ya ” kata suster
perawat sehabis mendorongku…
Tidak lama kemudian dia sudah balik
dengan ember dan lap handuk… dia taruh ember itu di meja kecil samping
ranjangku dan mulai menyingkap selimutku serta melipatnya dekat kakiku. terbuka
sudah seluruh tubuhku… pas dia lihat sekita meriamku terkejut dia… ada dua hal
yang mengagetkannya…
Yang pertama adalah ukuran meriam
serta kepalanya yang di luar normal… besar sekali… Dan yang kedua ada hasil
kerjaan Dian… spermaku masih berantakan tanpa sempat dibersihkan… walaupun
sebagian menempel di selimut… tapi bekasnya yang mengering di badanku masih
jelas terlihat.
“Kok… kayaknya habis orgasme ya ? ”
tanyanya. Lalu tanpa tunggu aju jawab dia ambil wash lap dan sabun…
“Sus… jangan pake wash lap… geli…
saya ngga’ biasa ” kataku.
Suster itu mulai dengan tanganku…
dibasuh dan disabunnya… usapannya lembut sekali… sambil dimandiin aku pandangi
wajahnya… dadanya… cukup gede kalo aku lihat… orangnya agak putih… tangannya
lembut. Selesai dengan yang kiri sekarang ganti tangan kananku… dan seterusnya
ke leher dan dadaku… terus diusapnya… sapuan telapak tangannya lembut aku
rasakan dan akupun memejamkan mata untuk lebih menikmati sentuhannya.
Sampe juga akhirnya pada meriamku… dipegangnya dengan lembut…. ditambah sabun… digosok batangnya… bijinya… kembali ke batangnya… dan aku ngga’ kuat untuk menahan supaya tetap lemas… akhirnya berdiri juga… pertama setengah tiang lama-lama juga akhirnya penuh… keras…. dia bersihkan juga sekitar kepala meriamku sambil berkata lirih
Sampe juga akhirnya pada meriamku… dipegangnya dengan lembut…. ditambah sabun… digosok batangnya… bijinya… kembali ke batangnya… dan aku ngga’ kuat untuk menahan supaya tetap lemas… akhirnya berdiri juga… pertama setengah tiang lama-lama juga akhirnya penuh… keras…. dia bersihkan juga sekitar kepala meriamku sambil berkata lirih
“Ini kepalanya besar sekali… baru
kali ini saya lihat kaya’ gini besarnya”
“Sus… enak dimandiin gini… ” kataku memancing.
“Sus… enak dimandiin gini… ” kataku memancing.
Dia diam saja tapi yang jelas dia
mulai mengocok dan memainkan batangku… kaya’nya dia suka dengan ukurannya yang
menakjubkan…
“Enak Mas… kalo diginikan ? ”
tanyanya dengan lirikan nakal.
“Ssshh… iya terusin ya Sus… sampe
keluar… ” kataku sambil menahan rasa nikmat yang ngga’ ketulungan… tangan
kirinnya mengambil air dan membilas meriamku… kemudian disekanya dengan tangan
kanannya… kenapa kok diseka pikirku… tapi aku diam saja… mengikuti apa yang mau
dia lakukan… pokoknya jangan berhenti sampe sini aja… pusing nanti…
Dia dekatkan kepalanya… dan dijulurkan lidahnya… kepala meriamku dijilatnya perlahan… dan lidahnya mengitari kepala meriamku… sejuta rasanya… wow… enak sekali… lalu dikulumnya meriamku… aku lihat mulutnya sampe penuh rasanya dan belum seluruhnya tenggelam dalam mulutnya yang mungil… bibirnya yang tipis terayun keluar masuk saat menghisap maju mundur.
Dia dekatkan kepalanya… dan dijulurkan lidahnya… kepala meriamku dijilatnya perlahan… dan lidahnya mengitari kepala meriamku… sejuta rasanya… wow… enak sekali… lalu dikulumnya meriamku… aku lihat mulutnya sampe penuh rasanya dan belum seluruhnya tenggelam dalam mulutnya yang mungil… bibirnya yang tipis terayun keluar masuk saat menghisap maju mundur.
Lama juga aku diisep suster jaga ini…
sampe akhirnya aku ngga’ tahan lagi dan crooott…. crooott… nikmat sekali.
Spermaku tumpah dalam rongga mulutnya dan ditelannya habis… sisa pada ujung
meriamkupun dijilat serta dihisapnya habis…
“Sudah sekarang dilanjutkan mandinya
ya… ” kata suster itu dan dia melanjutkan memandikan kaki kiriku setelah
sebelumnya mencuci bersih meriamku… badanku dibaliknya… dan dimandikan pula
sisi belakang badanku.
Selesai acara mandi….
Selesai acara mandi….
“Nanti malam saya ke sini lagi nanti
saya temenin… ” katanya sambil membereskan barang-barangnya. terakhir sebelum
keluar kamar dia sempat menciumku… pas di bibir… hangat sekali…
“Nanti malam saya kasih yang lebih
hebat ” begitu katanya.
Akupun berusaha untuk tidur… nikmat
sekali sore ini dua kali keluar… dibantu dua cewek yang berbeda… ini mungkin
ganjaran dari menolong teman… gitu hiburku dalam hati… sambil memikirkan apa
yang akan kudapat malam nanti akupun tertidur lelap sekali.
Tiba-tiba aku dibangunkan oleh suster
yang tadi lagi… tapi aku belum sempat menyanyakan namanya… baru setelah dia mo
keluar kamar selesai meletakkan makananku dan membangunkanku… namanya Anna.
Cara dia membangunkanku cukup aneh… rasanya suster di manapun tidak akan
melakukan dengan cara ini… dia remas-remas meriamku… sambil digosoknya lembut
sampe aku bangun dari tidurku.
Langsung aku selesaikan makanku
dengan susah payah… akhirnya selesai juga… lalu aku tekan bel… dan tak lama
kemudian datang suster yang lain… aku minta dia nyalakan TV di atas dan
mengakat makananku.
Aku nonton acara-acara TV yang membosankan dan juga semua berita yang ditayangkan… tanpa konsentrasi sedikitpun.
Aku nonton acara-acara TV yang membosankan dan juga semua berita yang ditayangkan… tanpa konsentrasi sedikitpun.
Sekitar jam 9 malam suster Wiwik
datang untuk mengobati lukaku dan mengganti perban… pada saat dia melihat
meriamkupun dia takjub…
“Ngga’ salah apa yang diomongkan
temen-temen di ruang jaga ” demikian komentarnya.
“Kenapa Sus ? ” tanyaku ngga’ jelas.
“Oo… itu tadi teman-teman bilang kalo
pasien yang dirawat di kamar 26 itu kepalanya besar sekali. ” jawabnya.
Setelah selesai dengan mengobati
lukaku dan dia akan tinggalkan ruangan… sebelum membetulkan selimutku dia
sempatkan mengelus kepala meriamku…
” Hmmm… gimana ya rasanya ? ”
gumamnya tanya meminta jawaban.
Dan akupun hanya senyum saja. Wah
suster di sini gila semua ya pikirku… soalnya aku baru kenal dua orang dan
dua-duanya suka sama meriamku… minimal tertarik… dan lagian ada promosi gratis
di ruang jaga suster kalo ada pasien dengan kepala meriam super besar… promosi
yang menguntungkan… semoga ada yang terjerat ingin mencoba… selama aku masih dirawat
di sini.
Jam 10an kira-kira aku mulai
tertidur… aku mimpi indah sekali dalam tidurku… karena sebelum tidur tadi
otakku sempat berpikir jorok. Aku merasakan hangat sekali pada bagian
selangkanganku… tepatnya pada bagian meriamku… sampe aku terbangun ternyata…
suster Anna sedang menghisap meriamku… kali ini entah jam berapa ? Dengan
bermalas-malasan aku nikmat terus hisapannya… dan aku mulai ikut aktif dengan
meraba dadanya… suatu lokasi yang aku anggap paling dekat dengan jangkauanku.
Aku buka kanding atasnya dua kancing… aku rogoh dadanya di balik BH putihnya…
aku dapati segumpal daging hangat yang kenyal… kuselusuri… sambil meremas-remas
kecil.. sampe juga pada putingnya… aku pilin putingnya… dan Sus Annapun
mendesah… entah berapa lama aku dihisap dan aku merabai Sus Anna… sampe dia
minta
“Mas… masih sakit ngga’ badannya ? ”
” Kenapa Sus ? ” tanyaku bingung. “Enggak kok… sudah lumayan enakan… ” dan tanpa menjawab diapun meloloskan CDnya… dimasukkan dalam saku baju dinasnya. Lalu dia permisi padaku dan mulai mengangkangkan kakinya di atas meriamku… dan bless… dia masukkan batangku pada lobangnya yang hangat dan sudah basah sekali… diapun mulai menggoyang perlahan… pertama dengan gerakan naik turun…lalu disusul dengan gerakan memutar… wah… suster ini rupanya sudah prof banget… lobangnya aku rasakan masih sangat sempit… makanya dia juga hanya berani gerak perlahan… mungkin juga karena aku masih sakit… dan punya banyak luka baru. Lama sekali permainan itu dan memang dia ngga’ ganti posisi… karena posisi yang memungkinkan hanya satu posisi… aku tidur di bawah dan dia di atasku. Sampe saat itu belum ada tanda-tanda aku akan keluar… tapi kalo tidak salah dia sempat mengejang sekali tadi dipertengahan dan lemas sebentar lalu mulai menggoyang lagi… sampe tiba-tiba pintu kamarku dibuka dari luar… dan seorang suster masuk dengan tiba-tiba…
Kaget sekali kami berdua… karena tidak ada alasan lain… jelas sekali kita sedang main… mana posisinya… mana baju dinas Suster Anna terbuka sampe perutnya dan BHnya juga sudah kelepas dan tergeletak di lantai. Ternyata yang masuk suster Wiwik… dia langsung menghampiri dan bilang
” Kenapa Sus ? ” tanyaku bingung. “Enggak kok… sudah lumayan enakan… ” dan tanpa menjawab diapun meloloskan CDnya… dimasukkan dalam saku baju dinasnya. Lalu dia permisi padaku dan mulai mengangkangkan kakinya di atas meriamku… dan bless… dia masukkan batangku pada lobangnya yang hangat dan sudah basah sekali… diapun mulai menggoyang perlahan… pertama dengan gerakan naik turun…lalu disusul dengan gerakan memutar… wah… suster ini rupanya sudah prof banget… lobangnya aku rasakan masih sangat sempit… makanya dia juga hanya berani gerak perlahan… mungkin juga karena aku masih sakit… dan punya banyak luka baru. Lama sekali permainan itu dan memang dia ngga’ ganti posisi… karena posisi yang memungkinkan hanya satu posisi… aku tidur di bawah dan dia di atasku. Sampe saat itu belum ada tanda-tanda aku akan keluar… tapi kalo tidak salah dia sempat mengejang sekali tadi dipertengahan dan lemas sebentar lalu mulai menggoyang lagi… sampe tiba-tiba pintu kamarku dibuka dari luar… dan seorang suster masuk dengan tiba-tiba…
Kaget sekali kami berdua… karena tidak ada alasan lain… jelas sekali kita sedang main… mana posisinya… mana baju dinas Suster Anna terbuka sampe perutnya dan BHnya juga sudah kelepas dan tergeletak di lantai. Ternyata yang masuk suster Wiwik… dia langsung menghampiri dan bilang
“Teruskan saja An… aku cuman mau
ikutan… mumpung sepi ”
Suster Wiwikpun mengelus dadaku… dia
ciumin aku dengan lembut… aku membalasnya dengan meremas dadanya… dia diam
saja… aku buka kancingnya… terus langsung aku loloskan pakaian dinasnya… aku
buka sekalian BHnya yang berenda… tipis dan merangsang… membal sekali tampak
pada saat BH itu lepas dari badannya… dada itu berguncang dikit… kelihatan kalo
masih sangat kencang… tinggal CD minim yang digunakannya.
Suster Anna masih saja dengan aksinya
naik turun dan kadang berputar… aku lhat saja dadanya yang terguncang akibat
gerakannya yang mulai liar… lidah suster Wiwik mulai memasuki rongga mulutku
dan kuhisap ujung lidahnya yang menjulur itu… tangan kiriku mulai merabai
sekitar selangkangan suster Wiwik dari luar… basah sudah CDnya… pelan aku kuak
ke samping… dan kudapat permukaan bulu halus menyelimuti liang kenikmatannya…
kuelus perlahan… baru kemudian sedikit kutekan… ketemu sudah aku pada clitsnya…
agak ke belakang aku rasakan makin menghangat.
Tersentuh olehku kemudian liang
nikmat tersebut… kuelus dua tiga kali sebelum akhirnya aku masukkan jariku ke
dalamnya. Kucoba memasukkan sedalam mungkin jari telunjukku… kemudian disusul
oleh jari tengahku… aku putar jari-jariku di dalamnya… baru kukocok keluar
masuk… sambil jempolku memainkan clitsnya. Dia mendesar ringan… sementara
suster Anna rebahan karena lelah di dadaku dengan pinggulnya tiada hentinya
menggoyang kanan dan kiri… suster Wiwik menyibak rambut panjang suster Anna dan
mulai menciumi punggung terbuka itu… suster Anna makin mengerang… mengerang….
dan mengerang…. sampai pada erangan panjang yang menandakan dia akan orgasme…
dan makin keras goyangan pinggulnya… sementara aku mencoba mengimbangi dengan
gerakan yang lebih keras dari sebelumnya… karena dari tadi aku tidak dapat
terlalu bergoyang… takut lukaku sakit.
Suster Anna mengerang…. panjang
sekali seperti orang sedang kesakitan… tapi juga mirip orang kepedasan…
mendesis di antara erangannya… dia sudah sampe… rupanya… dan… dia tahan dulu
sementara… baru dicabutnya perlahan… sekarang giliran suster Wiwik… dilapnya
dulu… meriamku dikeringkan… baru dia mulai menaikiku… batin… kurang ajar
suster-suster ini aku digilirnya… dan nanti aku juga mesti masih membayar biaya
rawat… gila… enak di dia… tapi….. enak juga dia aku kok… demikian pikiranku…
ach… masa bodo…. POKOKNYA PUAS !!! Demikian kata iklan.
Ketika suster Wiwik telah menempati
posisinya… kulihat suster Anna mengelap liang kenikmatannya dengan tissue yang
diambilnya dari meja kecil di sampingku. Suster Wiwik seakan menunggang kuda…
dia goyang maju mundur… perlahan tapi penuh kepastian… makin lama makin cepat
iramanya… sementara tanganku keduanya asyik meremas-remas dadanya yang
mengembung indah… kenyal sekali rasanya… cukup besar ukurannya dan lebih besar
dari suster Anna punya… yang ini ngga’ kurang dari 36… kemungkinan cup C…
karena mantap dan tanganku seakan ngga’ cukup menggenggamnya.
Sesekali kumainkan putingnya yang
mulai mengeras… dia mendesis… hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya…
desisan itu sungguh manja kurasakan… sementara suster Anna telah selesai dengan
membersihkan liang hangatnya… kemudian dia mulai lagi mengelus-elus badan
telanjang suster Wiwik dan tuga memainkan rambutku… mengusapnya…
Kemudian karena sudah cukup pemanasannya… dia mulai menaiki ranjang lagi… dikangkangkannya kakinya yang jenjang di atas kepalaku… setengah berjongkok gayanya saat itu dengan menghadap tembok di atas kepalaku… dan kedua tangannya berpegangan pada bagian kepala ranjangku. Mulai disorongkannya liangnya yang telah kering ke mulutku… dengan cepat aku julurkan lidahku…. aku colek sekali dulu dan aku tarik nafas…. hhhmmmm…… harus khas liang senggama…. kujilat liangnya dengan lidahku yang memang terkenal panjang… kumainkan lidahku… mereka berdua mengerang berbarengan kadang bersahutan…
Kemudian karena sudah cukup pemanasannya… dia mulai menaiki ranjang lagi… dikangkangkannya kakinya yang jenjang di atas kepalaku… setengah berjongkok gayanya saat itu dengan menghadap tembok di atas kepalaku… dan kedua tangannya berpegangan pada bagian kepala ranjangku. Mulai disorongkannya liangnya yang telah kering ke mulutku… dengan cepat aku julurkan lidahku…. aku colek sekali dulu dan aku tarik nafas…. hhhmmmm…… harus khas liang senggama…. kujilat liangnya dengan lidahku yang memang terkenal panjang… kumainkan lidahku… mereka berdua mengerang berbarengan kadang bersahutan…
Aku ingin tau sekarang ini jam berapa
? Jangan sampe erangan mereka mengganggu pasien lain… karena aku mendengarnya
cukup keras… aku tengok ke dinding… kosong ngga’ ada jam dinding… aku lihat
keluar… kearah pintu… mataku terbelalak… terkejut… shock… benar-benar kaget
aku… lamat-lamat aku perhatikan… di antara pintu aku melihat seberkas sinar
mengkilap… sambil terus menggoyang suster Wiwik… meninggalkan jilatan pada
suster Anna… aku konsentrasi sejenak pada apa yang ada di belakang pintu…
ternyata… pintupun terbuka… makin gila aku makin kaget… dan deg… jantungku
tersentak sesaat… lalu lega… tapi… yang dateng ini dua temen suster yang sedang
kupuaskan ini… kaya’nya kalo marah sich ngga’ bakalan.. mereka sepertinya telah
cukup lama melihat adegan kami bertiga… jadi maksud kedatangannya hanya dua
kemungkinan… mo nonton dari dekat atau ikutan… ternyata….
“Wah… wah… wah… rajin sekali kalian
bekerja… sampe malem gini masih sibuk ngurus pasien… ” demikian kata salah
seorang dari mereka…
“Mari kami bantu ” demikian sahut yang lainnya yang berbadan kecil kurus dan berdada super… Jelas ini jawabannya adalah pilihan kedua.
Merekapun langsung melepas pakaian dinas masing-masing… satu mengambil posisi di kanan ranjang dan satu ngambil posisi di kiri ranjang… secara hampir bersamaan mereka menciumi dada… leher… telinga dan semua daerah rangsanganku… akupun mulai lagi konsentrasi pada liang suster Anna… sementara kedua tanganku ambil bagian masing-masing… sekarang semua bagian tubuhku yang menonjol panjang telah habis digunakan untuk memuaskann 4 suster gatel…… malam ini… tidak ada sisa rupanya…. terus bagaimana kalo sampe ada satu lagi yang ikutan ?
“Mari kami bantu ” demikian sahut yang lainnya yang berbadan kecil kurus dan berdada super… Jelas ini jawabannya adalah pilihan kedua.
Merekapun langsung melepas pakaian dinas masing-masing… satu mengambil posisi di kanan ranjang dan satu ngambil posisi di kiri ranjang… secara hampir bersamaan mereka menciumi dada… leher… telinga dan semua daerah rangsanganku… akupun mulai lagi konsentrasi pada liang suster Anna… sementara kedua tanganku ambil bagian masing-masing… sekarang semua bagian tubuhku yang menonjol panjang telah habis digunakan untuk memuaskann 4 suster gatel…… malam ini… tidak ada sisa rupanya…. terus bagaimana kalo sampe ada satu lagi yang ikutan ?
Jari-jariku baik dari tangan kanan
maupun kiri telah amblas dalam liang hangat suster-suster gatel tersebut… untuk
menggaruknya kali… aku kocok-kocokkan keluar masuk ya lidahku… ya jariku… ya
meriamku… rusak sudah konsentrasiku…
Ini permainan Four Whell Drive ( 4 WD )atau bisa juga disebut Four Wheel Steering ( 4 WS )… empat-empatnya jalan semua… kaya’nya kau makin piawai dalam permainan 4DW / 4 WS ini karena ini kali dua aku mencoba mempraktekkannya.
Lama sekali permainannya… sampe tiba-tiba suster Wiwik mengerang…. kesar dan panjang serta mengejang…
Ini permainan Four Whell Drive ( 4 WD )atau bisa juga disebut Four Wheel Steering ( 4 WS )… empat-empatnya jalan semua… kaya’nya kau makin piawai dalam permainan 4DW / 4 WS ini karena ini kali dua aku mencoba mempraktekkannya.
Lama sekali permainannya… sampe tiba-tiba suster Wiwik mengerang…. kesar dan panjang serta mengejang…
Setelah suster Wiwik selesai… dan
mencabut meriamku… suster Anna berbalik posisi dengan posisi 69… kami saling
menghisap dan permainan berlanjut… sekali aku minta rotasi… yang di kananku
untuk naik… yang di atas ( suster Anna ) aku minta ke kiri dan suster yang di
kiri aku minta pindah posisi kanan.
Tawaran ini tidak disia-siakan oleh suster yang berkulit agak gelap dari semua temannya… dia langsung menancapkan meriamku dengan gerakan yang menakjubkan… tanpa dipegang…. diambilnya meriamku yang masih tegang dengan liangnya dan langsung dimasukkan… amblas sudah meriamku dari pandangan. Diapun langsung menggoyang keras… rupanya sudah ngga’ tahan…
Tawaran ini tidak disia-siakan oleh suster yang berkulit agak gelap dari semua temannya… dia langsung menancapkan meriamku dengan gerakan yang menakjubkan… tanpa dipegang…. diambilnya meriamku yang masih tegang dengan liangnya dan langsung dimasukkan… amblas sudah meriamku dari pandangan. Diapun langsung menggoyang keras… rupanya sudah ngga’ tahan…
Benar juga sekitar 5 menit dia
bergoyang sudah mengejang keras dan mengerang…. mengerang…. panjang serta
lemas. Sementara tingal dua korban yang belum selesai… aku minta bantuan suster
yang masih ada di sana untuk membantu aku balik badan… tengkurap… kemudian aku
suruh suster yang pendek dan berdada besar tadi untuk masuk ke bawah tubuhku….
sedangkan suster Anna aku suruh duduk di samping bantal yang digunakan suster
kecil tadi. Perlahan aku mulai memasukkan meriam raksasaku pada liang suster
yang bertubuh kecil ini… sulit sekali… dan diapun membantu dengan bimbingan
test…. Setelah tertancap… tapi sayangnya tidak dapat habis terbenam… rasanya
mentok sekali… dengan bibir rahimnya… akupun mulai menggoyang suster kecil dan
menjilati suster Anna. Mereka berdua kembali mendesah…. mengerang…. mendesah
dan kadang mendesis… kaya’ ular.
Aku sulit sekali sebenarnya untuk
mengayun pinggulku maju mundur…. jadi yang bisa aku lakukan cuman tetap
menancapkan meriamku pada liang kenikmatan suster mungil ini sambil memutar
pinggulku seakan meng-obok-obok liangnya… sedangkan dadanya yang aku bilang
super itu terasa sekali mengganjal dadaku yang bidang… kenikmatan tiada tara
sedang dinikmati si mungil di bawahku ini… dia mendesis tak keruan… sedang
lidahku tetap menghajar liang kenikmatan suster Anna… sesekali aku jilatkan
pada clitsnya… dia menggelinjang setiap kali lidahku menyentuh clitsnya…
mendengar desisan mereka berdua aku jadi ngga’ tahan… maka dengan nekat aku
keraskan goyangan pinggulku dan hisapanku pada suster Anna… dia mulai mengejang…
mengerang dan kemudian disusul dengan suster yang sedang kutindih…. suster Anna
sudah lemas… dan beranjak turun dari posisinya….
Aku tekan lebih keras suster mungil
ini…. sambil dadanya yang menggairahkan ini aku remas-remas semauku… aku sudah
merasakan hampir sampe juga… sedang suster mungil masih mengerang…. terus dan
terus… kaya’nya dia dapat multi orgasme dan panjang sekali orgasme yang
didapatnya…. aku coba mengjar orgasmenya… dan…. dan…. berhasil juga akuhirnya…
aku sodok dan benamkan meriamku sekuat-kuatnya… sampe dia melotot… aku
didekapnya erat sekali… dan
“Adu…..uh enak sekali… ” demikian
salah satu katanya yang dapat aku dengar.
Akupun ambruk diatas dada besar yang
menggemaskan itu… lunglai sudah tubuh ini rasanya… menghabisi 4 suster sekaligus…
suatu rekord yang gila… permainan Four Wheel Drive kedua dalam hidupku… pada
saat mencabutnyapun aku terpaksa diantu suster yang lain…
“Kasihan pasien ini nanti sembuhnya
jadi lama… soalnya ngga’ sempet istirahat” kata suster yang hitam.
“Iya dan kaya’nya kita akan setiap malam rajin minta giliran kaya’ malem ini ” sahut suster Wiwik.
“Kalo itu dibuat system arisan saja ” kata suster Anna sadis sekali kedengarannya. Emangnya aku meriam bergilir apa ?
“Iya dan kaya’nya kita akan setiap malam rajin minta giliran kaya’ malem ini ” sahut suster Wiwik.
“Kalo itu dibuat system arisan saja ” kata suster Anna sadis sekali kedengarannya. Emangnya aku meriam bergilir apa ?
Malam itu aku tidur lelaap sekali dan
aku sempat minta untuk suster mungil menemaniku tidur, aku berjanji tiap malam
mereka dapat giliran menemaniku tidur… tapi setelah mendapat jatah batin
tentunya. Suster mungil ini bernama Ratih dan malam itu kami tidur berdekapan
mesra sekali seperti pengantin baru dan sama-sama polos… sampe jam 4 pagi… dia
minta jatah tambahan… dan kamipun bermain one on one ( satu lawan satu, ngga’
keroyokan kaya’ semalem ).
Hot sekali dia pagi itu… karena kami lebih bebas… tapi yang kacau adalah udahannya… aku merasa sakit karena lukaku berdarah lagi… jadi terpaksa ketahuan dech sama yang lain kalo ada sesi tambahan… dan merekapun rame-rame mengobati lukaku…. sambil masih pengen lihat meriam dasyat yang meluluh lantakkan tubuh mereka semaleman.
Abis gitu sekitar jam 5 aku kembali tidur sampe pagi jam 7.20 aku dibangunkan untuk mandi pagi. Mandi pagi dibantu oleh suster Dewi dan sempat diisep sampe keluar dalam mulutnya… nah suster Dewi ini yang kulitnya hitaman semalam. Nama mereka sering aku dapat setelah tubuh mereka aku dapat.
Hot sekali dia pagi itu… karena kami lebih bebas… tapi yang kacau adalah udahannya… aku merasa sakit karena lukaku berdarah lagi… jadi terpaksa ketahuan dech sama yang lain kalo ada sesi tambahan… dan merekapun rame-rame mengobati lukaku…. sambil masih pengen lihat meriam dasyat yang meluluh lantakkan tubuh mereka semaleman.
Abis gitu sekitar jam 5 aku kembali tidur sampe pagi jam 7.20 aku dibangunkan untuk mandi pagi. Mandi pagi dibantu oleh suster Dewi dan sempat diisep sampe keluar dalam mulutnya… nah suster Dewi ini yang kulitnya hitaman semalam. Nama mereka sering aku dapat setelah tubuh mereka aku dapat.
Hari kedua
Pagi jam 10 aku dibesuk oleh Dian dan
Mita… mereka membawakan buah jeruk dan apel… aslinya sich aku ngga demen makan
buah… setengah jam kami ngobrol bertiga. sampe suatu saat aku bilang pada Dian
“Aku mo minta tolong Ian… kepalaku
pusing… soalnya aku dari semaleman ngga’ dapet keluar… dan aku ngga’ bisa self
service ” demikian kataku membuka acara… dan akupun bercerita sedikit
kebiasaanku pada Dian dengan bumbu tentunya.
Aku cerita kalo biasa setiap kali
mandi pagi aku suka onani kalo semalemnya ngga’ dapet cewek buat nemenin tidur…
dan sorenya juga suka main lagi… Dian bisa maklum karena aku dulu sempat samen
leven dengan Nana temannya yang hyper sex selama 8 bulan lebih… dia juga tahu
kehidupanku tidak pernah sepi cewek. Dengan dalih dia mo bantu aku karena hal
ini dianggap sebagai bales jasa menyelamatkan jiwa kakaknya… yang aku
selamatkan dari keroyokan kemarin… sampe akhirnya aku sendiri masuk rumah
sakit.
Dia minta Mita adiknya keluar dulu
karena malu, tapi Mita tau apa yang akan dilakukan Dian padaku… karena
pembicaraan tadi di depan Mita. Sekeluarnya Mita dari kamar… Dian langsung
memasukkan tangannya dalam selimutku dan mulailah dia meremas dan mengelus
meriamku yang sedang tidur… sampe bangun dan keras sekali… setelah dikocoknya
dengan segala macam cara masih belum keluar juga sedang waktu sudah menunjukkan
pukul 10.45 berarti jam besuk tinggal 15 menit lagi maka aku minta Dian
menghisap meriamku. Mulanya dia malu… tapi dikerjakannya juga… demi bales jasa
kaya’ya… atau dia mulai suka ?
Akhirnya keluar juga spermaku dan
kali ini tidak diselimut lagi tapi dalam mulut Dian dan ini pertama kali Dian
meneguk spermaku… juga pertama kali teman kuliahku ini ngisep punyaku… kaya’nya
dia juga belum mahir betul… itu ketahuan dari beberapa kali aku meringis
kesakitan karena kena giginya.
Spermaku ditelannya habis… sesuai permintaanku dan aku bilang kalo sperma itu steril dan baik buat kulit… benernya sich aku ngga’ tau jelas… asal ngomong aja dan dia percaya… setelah menelan spermaku dia ambil air di gelas dan meminumnya… belum biasa kali. Aku tengok ke jendela luar saat Dian ambil minum tadi… ternyata aku melihat jendela depan yang menghadap taman tidak tertutup rapat dan aku sempat lihat kalo Mita tadi ngintip kakaknya ngisep aku…
Spermaku ditelannya habis… sesuai permintaanku dan aku bilang kalo sperma itu steril dan baik buat kulit… benernya sich aku ngga’ tau jelas… asal ngomong aja dan dia percaya… setelah menelan spermaku dia ambil air di gelas dan meminumnya… belum biasa kali. Aku tengok ke jendela luar saat Dian ambil minum tadi… ternyata aku melihat jendela depan yang menghadap taman tidak tertutup rapat dan aku sempat lihat kalo Mita tadi ngintip kakaknya ngisep aku…
Jam 11.05 mereka berdua pamit pulang…
selanjutnya aku aku makan siang dan tidur sampe bangun sekitar jam 3 siang. Dan
aku minta suster jaga untuk memindahkanku ke kursi roda… sebelum dipindahkan
aku diobati dulu dan diberi pakeaian seperti rok panjang terusan agak gombor.
dengan kancing banyak sekali di belakangnya.
Pada saat mengenakan pakaian tersebut
dikerjakan oleh dua suster shift pagi… suster Atty dan suster Fatima, pada saat
mereka berdua sempat melihat meriamku… mereka saling berpandangan dan tersenyum
terus melirik nakal padaku… aku cuek saja… pada saat aku mo dipindahkan ke
kurasi roda aku diminta untuk memeluk suster Fatima… orangnya masih muda
sekitar 23 tahunan kira-kira… rambutnya pendek… tubuhnya sekitar 159 Cm…
dadanya sekitar 34 B… pada saat memeluk aku sedikit kencangkan sambil pura-pura
ngga’ kuat berdiri… aku dekap dia dari pinggang ke pundak ( seperti merengkuh )
dengan demikian aku telah menguncinya sehingga dia tidak dapat mengambil jarak
lagi dan dadanya pas sekali dipundakku… greeng… meriamku setengah bangun dapat
sentuhan tersebut.
“Agak tegak berdirinya Mas… berat
soalnya badan Masnya ” kata suster Fatima.
Akupun mengikut perintahnya dengan
memindahkan tangan kananku seakan merangkulnya dengan demikian aku makin
mendekatkan wajahnya ke leherku dan aku dorong sekalian kepalaku sehingga dia
secara ngga’ sadar bibirnya kena di leherku… sementara suster Atty membetulkan
letak kursi roda… aku lihat pinggulnya dari berlakang… wah… bagus juga ya…
Suster Fatima bantu aku duduk di kursi roda dan suster Atty pegang kursi roda dari belakang…pada saat mo duduk pas mukaku dekat sekali dengan dada suster Fatima… aku sempetin aja desak dan gigit dengan bibir berlapis gigi ke dada tersebut… karena beberapa terhenti aku dapat merasakan gigitan itu sekitar 2 detikan dech… dia diam saja… dan saat aku sudah duduk…. dan suster Atty keluar kamar…
Suster Fatima bantu aku duduk di kursi roda dan suster Atty pegang kursi roda dari belakang…pada saat mo duduk pas mukaku dekat sekali dengan dada suster Fatima… aku sempetin aja desak dan gigit dengan bibir berlapis gigi ke dada tersebut… karena beberapa terhenti aku dapat merasakan gigitan itu sekitar 2 detikan dech… dia diam saja… dan saat aku sudah duduk…. dan suster Atty keluar kamar…
“Awas ya… nakal sekali ” kata suster
Fatima sambil mendelik. Aku tau dia ngga’ marah cuman pura-pura marah aja
“Satunya belum Sus,” kataku menggoda…
“Enak aja… geli tau ?” jawabnya
sewot.
“Nanti saya cubit baru tau ”
lanjutnya sambil langsung mencubit meriamku… dan terus dia ngeloyor keluar
kamar dengan muka merah… karena meriamku saat itu sudah full standing karena
abis nge-gigit toket… jadi terangsang… “Sus… tolong donk saya di dorong keluar
kamar” kataku sebelum sempat suster Fatima keluar jauh. Diapun kembali dan
mendorongku ke teras kamar… menghadap taman. Aku bengong di teras… sambil
menghisap rokokku… di pangkuanku ada novel tapi rasanya males mo baca novel
itu… jadinya aku bengong saja sore itu di teras sambil ngelamun aku mikirin
rencana lain untuk malam ini… mo pake gaya apa ya ?
Tiba-tiba aku dikejutkan dengan
telapak tangan yang menutup mataku… “Siapa ini ? Kok tangannya halus… dingin
dan kecil… Siapa ni ? ” kataku… Terus dilepasnya tangan tersebut dan dia ke
arah depanku… baru kutau dia Mita adik Dian. Kok sendirian ?
“Mana Mita ?” tanyaku…
“Lagi ketempat dosennya mo ngurus
skripsi” jawab Mita.
“Jadi ngga’ kesini donk ? ” tanyaku
penasaran.
“Ya ngga’ lah… ini saya bawain bubur buatan Mama” katanya sambil mendorongku masuk kamar… dia letakkan bubur itu di atas meja kecil samping ranjang.
Terus kami ngobrol… sekitar 10 menit sampe aku bilang “Mit… ach ngga’ jadi dech… ” kataku bingung gimana mo mulainya… maksudku mo jailin dia untuk ngeluarin aku seperti yang dilakukan kakaknya tadi pagi… bukankah dia juga udah ngintip… kali aja dia pengen kaya’ kakaknya… mumpung lagi cuman berduaan…
“Ya ngga’ lah… ini saya bawain bubur buatan Mama” katanya sambil mendorongku masuk kamar… dia letakkan bubur itu di atas meja kecil samping ranjang.
Terus kami ngobrol… sekitar 10 menit sampe aku bilang “Mit… ach ngga’ jadi dech… ” kataku bingung gimana mo mulainya… maksudku mo jailin dia untuk ngeluarin aku seperti yang dilakukan kakaknya tadi pagi… bukankah dia juga udah ngintip… kali aja dia pengen kaya’ kakaknya… mumpung lagi cuman berduaan…
“Kenapa Kak ?” aku tak menjawab hanya
mengernyitkan dahi saja…
“Pusing ya ?” tanyanya lagi.
“Pusing ya ?” tanyanya lagi.
“Iya ni… penyakit biasa” kataku makin
berani… kali bisa…
” Kak… gimana ya ? Tadi khan udah ? ” katanya mulai ngerti maksudku… tapi kaya’nya dia bingung dan malu… merah wajahnya tampak sekali.
“Mit… sorry ya… kalo kamu ngga’ keberatan tolongin Kakak donk… ntar malem Kakak ngga’ bisa tidur… kalo… ” kataku mengarah dan sengaja tidak menyelesaikan kata-kataku supaya terkesan gimana gitu….
“Iya Mita tau Kak… dan kasihan sekali… tapi gimana Mita ngga’ bisa… Mita malu Kak… ”
“Ya udah kalo kamu keberatan… aku ngga’ mo maksa… lagian kamu masih kecil…”
“Kak… Mita ciumin aja ya… supaya Kakak terhibur… jangan susah Kak… kalo Mita sudah besar dan sudah bisa juga mau kok bantuin Kak Jossy kaya tadi pagi ” kata dia sambil mencium pipiku.
“Iya dech… sini Kak cium kamu ” kataku dan diapun pindah kehadapanku.
” Kak… gimana ya ? Tadi khan udah ? ” katanya mulai ngerti maksudku… tapi kaya’nya dia bingung dan malu… merah wajahnya tampak sekali.
“Mit… sorry ya… kalo kamu ngga’ keberatan tolongin Kakak donk… ntar malem Kakak ngga’ bisa tidur… kalo… ” kataku mengarah dan sengaja tidak menyelesaikan kata-kataku supaya terkesan gimana gitu….
“Iya Mita tau Kak… dan kasihan sekali… tapi gimana Mita ngga’ bisa… Mita malu Kak… ”
“Ya udah kalo kamu keberatan… aku ngga’ mo maksa… lagian kamu masih kecil…”
“Kak… Mita ciumin aja ya… supaya Kakak terhibur… jangan susah Kak… kalo Mita sudah besar dan sudah bisa juga mau kok bantuin Kak Jossy kaya tadi pagi ” kata dia sambil mencium pipiku.
“Iya dech… sini Kak cium kamu ” kataku dan diapun pindah kehadapanku.
Dia membungkuk sehingga ada kelihatan
dadanya yang membusung… aduh…. gila… usaha harus jalan terus ni… gimana caranya
masa bodo… harus dapet… aku udah pusing berat.
Dan Mitapun memelukku sambil membungkuk… aku cium pipinya, dagunya… belakang telinganya kadang aku gigit lembut telinganya… pokoknya semua daerah rangsangan… aku coba merangsangnya… ciuman kami lama juga sampe nafasnya terasa sekali di telingaku.
Tangaku mencoba meremas dadanya… diapun mundur… mo menghidar…
“Mit… gini dech… aku sentuh kamu saja… ngga’ ngapain kok… supaya aku lebih tenang nanti malem ”
“Maaf Kak… tadi Mita kaget… Mita ngerti kok… Kak Joss gini juga gara-gara Mas Anton ” jawabnya penuh pengertian… atau dia udah kepancing ?
Dan Mitapun memelukku sambil membungkuk… aku cium pipinya, dagunya… belakang telinganya kadang aku gigit lembut telinganya… pokoknya semua daerah rangsangan… aku coba merangsangnya… ciuman kami lama juga sampe nafasnya terasa sekali di telingaku.
Tangaku mencoba meremas dadanya… diapun mundur… mo menghidar…
“Mit… gini dech… aku sentuh kamu saja… ngga’ ngapain kok… supaya aku lebih tenang nanti malem ”
“Maaf Kak… tadi Mita kaget… Mita ngerti kok… Kak Joss gini juga gara-gara Mas Anton ” jawabnya penuh pengertian… atau dia udah kepancing ?
Diapun kembali… mendekat dan kuraih
dadanya… aku remas…dan dia kembali menciumku… dari tadi tidak ada ciuman bibir
hanya pipi dan telinga… saling berbalasan… sampe remasanku makin liar dan
mencoba menyusup pada bajunya… melalui celah kancing atasnya.
Tangan Mita mulai turun dari dadaku ke meriamku… dan meremasnya dari luar…
Tangan Mita mulai turun dari dadaku ke meriamku… dan meremasnya dari luar…
“Aduh… enak sekali Mit… terusin ya…
sampe keluar… biar aku ngga’ pusing nanti ” kataku nafsu menyambut kemajuannya.
Lama remasan kami berlangsung… sampe
akhirnya Mita melorot dan berjongkok di depanku dan menyingkap pakaianku… dia
mulai mo mencium meriamku… dengan mata redup penuh nafsu dia mulai mencium
sayang pada meriamku.
” Masukin saja Mit… ” kataku.
” Masukin saja Mit… ” kataku.
Mitapun memasukkan meriamku dalam
mulut mungilnya… sulit sekali tampaknya… dan penuh sekali kelihatan dari luar…
dia mulai menghisap dan aku bilang jangan sampe kena gigi…
Tak perlu aku ceritakan proses isep-isepan itu… yang pasti saat aku ngga’ tahan lagi… aku tekan palanya supaya tetap nancep… dan aku keluarkan dalam mulut mungil Mita… terbelalak mata Mita kena semprot spermaku.
” Telen aja Mit… ngga’ papa kok ” kataku…
Diapun menelan spermaku… lalu dicabutnya dari mulut mungil itu… sisa spermaku yang meleleh di meriamku dan bibir mungilnya dilap pake tissue… dan dia lari ke kamar mandi…. sedang aku merapikan kembali pakaianku yang tersibak tadi.
Tak perlu aku ceritakan proses isep-isepan itu… yang pasti saat aku ngga’ tahan lagi… aku tekan palanya supaya tetap nancep… dan aku keluarkan dalam mulut mungil Mita… terbelalak mata Mita kena semprot spermaku.
” Telen aja Mit… ngga’ papa kok ” kataku…
Diapun menelan spermaku… lalu dicabutnya dari mulut mungil itu… sisa spermaku yang meleleh di meriamku dan bibir mungilnya dilap pake tissue… dan dia lari ke kamar mandi…. sedang aku merapikan kembali pakaianku yang tersibak tadi.
Ada orang datang… kelihatan dari
balik kaca jendela… ” Sorry Joss… aku baru bisa dateng sekarang… ngga’ dapet
pesawat soalnya ” kata Bang Johnny yang datang bersama dengan kak Wenda dan Winny…
“Iya ini juga langsung dari airport ” kata Kak Wenda.
“Kamu kenapa si… ceritanya gimana kok bisa sampe kaya’ gini ?” tanya Winny…
“Lha kalian tau aku di sini dari mana ?” tanyaku bingung.
“Tadi malem kami telpon ke rumah ngga’ ada yang jawab sampe tadi pagi kami telpon terus masih kosong” kata Kak Wenda.
“Aku telpon ke rumahnya Donna yang di Kertajaya kamu ngga’ di sana… aku telpon rumahnya yang di Grand Family juga kamu ngga’ ada, malah ketemu sammy di sana” kata Winny.
“Sammy bilang mo bantu cari kamu… terus siang tadi Donna telpon katanya dia abis nelpon Dian dan katanya kamu dirawat di sini dan dia cerita panjang sampe kamu masuk rumah sakit ” kata Winny lagi.
“Iya ini juga langsung dari airport ” kata Kak Wenda.
“Kamu kenapa si… ceritanya gimana kok bisa sampe kaya’ gini ?” tanya Winny…
“Lha kalian tau aku di sini dari mana ?” tanyaku bingung.
“Tadi malem kami telpon ke rumah ngga’ ada yang jawab sampe tadi pagi kami telpon terus masih kosong” kata Kak Wenda.
“Aku telpon ke rumahnya Donna yang di Kertajaya kamu ngga’ di sana… aku telpon rumahnya yang di Grand Family juga kamu ngga’ ada, malah ketemu sammy di sana” kata Winny.
“Sammy bilang mo bantu cari kamu… terus siang tadi Donna telpon katanya dia abis nelpon Dian dan katanya kamu dirawat di sini dan dia cerita panjang sampe kamu masuk rumah sakit ” kata Winny lagi.
Mereka tuh semua dari Jakarta karena
ada saudara Kak Wenda yang menikah… dan rencananya pulangnya kemarin sore…
pantes Kak Wenda telpon aku kemarin mungkin mo bilangin kalo pulangnya ditunda.
Malah dapet berita kaya’ gini.
Mita keluar dari kamar mandi yang ada dalam kamarku itu kaget juga tau banyak orang ada di sana dan dia kaya’nya kikuk juga…
Setelah aku perkenalkan kalo ini Mita adiknya Dian dan kemudian Mita pamit mo jenguk kakaknya diruang lain.
Kamipun ngobrol seperginya Mita dari hadapan kami. Winny memandangku dengan sedih… mungkin kasihan tapi juga bisa dia cemburu sama Mita… ngapain ada dalam kamar mandi dan sebelumnya cuman berduaan aja sama aku di sini.
Mita keluar dari kamar mandi yang ada dalam kamarku itu kaget juga tau banyak orang ada di sana dan dia kaya’nya kikuk juga…
Setelah aku perkenalkan kalo ini Mita adiknya Dian dan kemudian Mita pamit mo jenguk kakaknya diruang lain.
Kamipun ngobrol seperginya Mita dari hadapan kami. Winny memandangku dengan sedih… mungkin kasihan tapi juga bisa dia cemburu sama Mita… ngapain ada dalam kamar mandi dan sebelumnya cuman berduaan aja sama aku di sini.
Selanjutnya tidak ada cerita menarik
untuk diceritakan pada kalian semua… yang pasti mereka ngobrol sampe jam 5.20
karena minta perpanjangan waktu dan jam 5 tadi Mita datang lagi cuman pamit
langsung pulang. Malamnya seperti biasa… kejadiannya sama seperti hari pertama…
mandi sore diisep lagi… kali ini sustenya lain… dia suster Fatima yang sempet
aku gigit toketnya tadi siang. Dan malemnya aku main lagi… dan tidur dengan
suster Wiwik… suster Anna off hari itu… jadi waktu main cuman suster Wiwik,
suster Ratih dan suster Dewi…
0 komentar :
Posting Komentar