Nama saya Eva M,
22 tahun, saya seorang mahasiswi yang sedang kuliah di Coventry, saya mengambil
jurusan ilmu sosial. Masih ingat, kan? Dan sekarang saya ingin menceritakan
pengalaman pribadi saya, jadi saya tidak lagi menceritakan tentang hasil riset
saya bersama 2 teman saya. Hehehee..
Kejadian ini
terjadi beberapa waktu yang lalu tepatnya 02/16/01 pada saat saya sedang sangat
horny dengan pelukan dari seorang pria. Entah mengapa, sejak SMP saya mempunyai
libido yang sangat besar, saya tidak pernah puas dengan seks yang telah saya
lakukan. Saya sering melakukan hubungan seks dengan pacar saya, William. Saya
melakukan setiap kami bertemu, tetapi sekarang rasanya tidak mungkin untuk
memuaskan nafsu seks saya andai saya hanya terpaku pada dia sebab dia sekarang
berada di Hawai, sedangkan saya ada di Inggris.
Beberapa kali saya
memuaskan nafsu birahi saya sendiri dengan vibrator yang saya miliki selama
ini. Untuk pembaca ketahui, saya telah mempunyai vibrator 2 buah dengan bentuk
dan ukuran yang berbeda. Sengaja saya tulis ini dalam bahasa Indonesia, sebab
saya sungguh tidak ingin berkesan sombong apabila saya menulis ini dalam bahasa
Inggris, dan maafkan saya apabila cerita saya ini tidak seperti cerita yang ada
di dalam situs ini selama ini, saya akui jujur bahwa saya tidak pandai untuk
menggambarkan apa yang saya rasakan dalam berhubungan seks demikian pula pada
lawan jenis saya. Maafkan pula bahwa saya tidak dapat menggambarkan seberapa
besar atau panjang kemaluan lawan jenis saya.
Begini ceritanya,
beberapa hari yang lalu, saat saya sedang sangat horny untuk melakukan hubungan
seks, saya mencoba untuk melakukannya dengan vibrator yang telah saya miliki,
namun pada saat saya sedang melakukan itu, saya merasa bosan dengan apa yang
sedang saya lakukan pada saat itu, sehingga saya putuskan untuk
menghentikannya. Sejenak saya berpikir, apa yang harus saya lakukan. Entah
berapa lama saya berpikir, tiba-tiba muncul ide untuk menelpon Raymond (teman
setanah air), dan saya mengatakan pada dia bahwa saya sedang horny.
Pembaca, saya
berani mengatakan ini pada Raymond sebab selain penisnya cukup besar dan dia
pun cukup hebat dalam berhubungan seks, saya dan dia sepakat bahwa kami saling
mengisi layaknya suami istri, kesepakatan ini kami sepakati sejak hubungan seks
kami yang pertama kali, entah kapan saya tidak ingat dengan pasti. Saya dan
Raymond telah beberapa kali melakukan hubungan seks. Kami tidak memiliki
komitmen apapun, maksudnya, Raymond tetap hidup bebas dan saya pun tetap hidup
bebas, kami tidak berkomitmen bahwa kami berstatus pacaran.
Singkat cerita,
akhirnya Raymond datang ke flat saya, waktu itu pukul 17:45 menit, ia lebih
cepat 15 menit dari janjinya sendiri. Pada saat dia datang, dia masuk begitu
saja seperti yang biasa dia lakukan. Dia langsung duduk di sofa dsn menonton TV
yang sudah saya nyalakan sebelumnya. Setelah menutup pintu dan mengambil dua
red wine glasses serta satu botol red wine Aussie (Souvinon '97) yang isinya
kurang lebih setengah, saya duduk di samping Raymond.
Raymond begitu dingin,
tidak seperti biasanya, kami sempat saling berdiam dengan seribu bahasa, hingga
akhirnya dia mulai membuka pembicaraan dan mengatakan pada saya bahwa
sesungguhnya dia sedang malas untuk melakukan hubungan seks. Saya katakan
sekali lagi sama dia bahwa saya sedang horny dan saya benar-benar ingin
berhubungan seks sambil merangkulnya dan mengesun pipi kirinya.
"Mond, sorry
ya kalo kamu sedang ngga horny tetapi aku sekarang bener-bener lagi pengeenn..
dech" kata saya pada dia.
"Tolong ya,
pleasee.." lanjut saya.
Tanpa dikomando
olehnya, saya beranjak dari tempat duduk, lalu menyalakan video VHS saya untuk
menayangkan blue film. Entah berapa lama, dia tetap pada sikapnya, dia bersikap
begitu dingin, dia hanya mengubah tempat duduknya dan sesekali menuang red
wine, lalu menuangnya pada gelasnya dan meminumnya beberapa teguk. Hingga pada
akhirnya, nafsu seks saya sendiri semakin menggebu-gebu dengan ditambahnya
visualisasi yang ditampilkan pada TV saya sendiri. Saya memperhatikan Raymond,
saya lihat wajahnya, saya lihat sorot matanya, dan saya pun melihat kemaluannya
yang masih terbungkus dengan blue jeans. Tampaknya dia mulai terangsang dengan
apa yang sedang dia lihat, terlihat dari penisnya yang mulai mengeras dan
rasanya mau keluar dari celana jeansnya itu.
Semakin dahsyatnya
nafsu saya hingga akhirnya saya pun memulai untuk melakukan hubungan seks
dengannya. Pertama-tama saya sun dengan lembut pipi kirinya dan saya raba
penisnya, saya elus, dan sesekali sedikit saya remas. Saya tidak lama melakukan
hal itu, sebab Raymond membalasnya dengan membuka celana jeansnya, lalu membuka
resletingnya. Saya tahu apa yang dia inginkan. Saya pun membantunya untuk
membukakan jeans itu sebab Raymond agak sulit dengan posisinya sambil duduk,
saya bantu menurunkan celana jeans serta celana dalamnya yang berwarna coklat.
Setelah dia menanggalkan celananya, saya langsung berjongkok di depannya lalu
saya pun langsung menggenggam penisnya dan langsung saya jilat, kulum serta
kocok dengan lembut. Sungguh saya sudah tidak bisa menahan gejolak yang ada di
dalam diri saya, saya benar-benar menikmati apa yang sedang saya lakukan, saya
benar-benar bisa ikut merasakan seperti yang sedang dirasakan oleh Raymond.
Saya kulum penisnya, sesekali saya jilat pada ujungnya sedangkan tangan kanan
saya, menaik-turunkan kulit penisnya dengan lembut, saya pun sesekali
memasukkan salah satu jari saya pada lubang duburnya. Sambil saya kulum,
sesekali saya lihat wajahnya, dia tampak menikmati kuluman serta hisapan saya.
Dia memejamkan mata dan sesekali mendesah pelan.
Dia sesekali
memegang kepala saya sambil mendesah kenikmatan. Dia sesekali melihat apa yang
sedang saya lakukan sambil berusaha menjamah payudara saya yang masih
terbungkus dengan pakaian saya dan bra di dalamnya. Dia pun tampak sesekali
bergetar. Sungguh saya tidak peduli dengan apa yang dia lakukan, saya senang
dengan reaksinya atas apa yang saya lakukan terhadap dia. Beberapa kali saya
merasakan rasa asin dari beberapa hisapan saya, hingga akhirnya penis yang
sedang saya kulum itu sangat keras dan berada pada posisi puncaknya. Saya
tersenyum melihat apa yang saya lihat, sebab metode yang baru dan sedang saya
lakukan membuahkan hasil.
Entah berapa lama
saya mengulum penisnya, dan akhirnya saya pun menyudahinya. Saya berdiri dan
melepaskan semua pakaian yang ada di tubuh saya, Raymond pun membuka kemejanya
yang bercorak kotak-kotak, lalu duduk kembali pada posisinya semula. Tampak
payudara saya dan kulit saya yang putih serta bulu yang tumbuh halus di daerah
atas kemaluan saya. Untuk pembaca ketahui, saya memiliki ukuran 34B-28-38
dengan postur tinggi 169-170 cm. Setelah saya melepas semua pakaian saya, saya
lalu berdiri di atas sofa, saya arahkan kemaluan saya pada wajah Raymond.
Rasanya Roymond tahu apa yang saya inginkan, dia pun langsung memegang kemaluan
saya dengan tangan kirinya, lalu saya angkat kaki kiri saya hingga akhirnya
kemaluan saya tepat berada di depan wajah Raymond. Dia hisap, dia jilat dan dia
mainkan klitoris saya, juga dimasukkannya salah satu jarinya pada vagina saya.
Saya begitu menikmati permainan Raymond dengan sesekali mendesah. Sungguh hebat
permainan tangan dan lidahnya pada kemaluan saya hingga saya pun
mengoyang-goyangkan kecil pinggul saya ke kiri dan ke kanan .
Saya pun tidak
tahu persis berapa lama saya melakukan hal ini, hingga akhirnya saya mengangkat
tubuh saya hingga menjauhkan kemaluan saya pada wajah Raymond. Saya pun menarik
Raymond untuk berdiri, dan saya turun dari sofa yang barusan saya naiki. Sambil
berpaling, membelakangi Raymond, saya menarik tangannya menuju salah satu sudut
flat saya yang ada jendelanya dan telah saya buka sedikit jendela tersebut.
Setelah membelakangi tubuh Raymond sehingga saya menghadap keluar, namun saya
tetap memegang penisnya, saya arahkan penis itu pada vagina saya, sedang tangan
kanan saya memegang salah satu bagian dari jendela.
Ooh.. rasanya
sulit diungkapkan dengan kata-kata pada saat senjata itu masuk dalam liang
surga saya, saya begitu bergejolak, nafsu seks saya semakin memburu, nafas dan
detak jantung saya sudah tidak beraturan. Saya maju mundurkan pantat saya
dengan sesekali menggoyangkan ke kiri atau ke kanan atau memutar-mutar kecil
pinggul saya, demikian pula yang dilakukan oleh Raymond, dia maju mundurkan
kemaluannya sehingga terdengar suara dari gesekan antara pantat saya dengan
daerah perutnya Sungguh, sekali lagi saya katakan bahwa saya benar-benar
menikmati apa yang sedang saya lakukan, saya benar-benar menikmati hubungan
seks yang sedang terjadi pada saya saat itu.
Beberapa kali saya
dan Raymond mendesah karena tidak dapat menahan rasa nikmat yang kami rasakan
dari hubungan seks ini. Sesekali Raymond berusaha untuk meremas payudara saya
yang menggantung ke bawah dan memilin dengan lembut puting saya, dia pun sesekali
memasukkan salah satu jarinya pada lubang anus saya. Ngilu rasanya pada saat ia
melakukan ini, tetapi rasa ngilu itu tetap tidak dapat menghilangkan rasa
nikmat yang saya rasakan dari vagina saya. Perasaan nikmat yang menjalar pada
seluruh tubuh saya makin lama makin memuncak. Saya menikmati setiap dorongan
senjata Raymond pada lubang surga saya, saya pun menikmati setiap tarikan
seolah ingin mengeluarkan kejantanan itu dari milik saya. Rasa nikmat saya
akhirnya mencapai puncak, dan saya sudah tidak dapat menahan semua itu hingga
saya katakan pada Raymond bahwa saya ingin orgasme.
Ketika saya
mengatakan bahwa saya orgasme, Raymond pun menarik tubuh saya sehingga wajah
kami begitu dekat, lalu dia mencium bibir bagian luar saya. Saya pun menekan
dalam-dalam vagina saya hingga menelan semua batang kejantanannya. Sungguh rasa
nikmat yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata apa yang sedang saya alami
saat itu. Semua syaraf yang ada di tubuh saya beberapa detik lamanya menegang
bersamaan dengan lendir yang menyembur dari klitoris saya. Beberapa detik saya
diam berdiri pada posisi saya hingga akhirnya saya kembali pada posisi saya
semula memegang salah satu sudut jendela sedangkan Raymond melanjutkan untuk
memompa penisnya di dalam lubang nikmat saya.
Pada saat-saat
pertama setelah saya orgasme, saya merasa lemas namun saya tetap melakukan
hubungan seks, dia tetap mengeluar-masukkan penisnya dalam vagina saya. Saya
merasa hampa dan lemas. Pada saat itulah saya hanya berdiam diri dan merasakan
dorongan-dorongan yang dilakukan oleh Raymond, saya tidak lagi memutar-mutar
pinggul saya ataupun ikut memaju-mundurkan pantat saya.
Akhirnya saya pun
memegang batang kejantanan Raymond, lalu melepaskannya dari dalam vagina saya,
saya ingin mengulum dan menghisap penisnya agar saya dapat membangkitkan nafsu
seks saya lagi. Saya pun berbalik badan, lalu saya berjongkok hingga akhirnya
penisnya itu tepat di depan wajah saya. Saya kulum penis itu, saya hisap dan
saya jilat juga pada daerah ujung penis Raymond, masih terasa lendir saya pada
penis Raymond, namun saya tidak peduli, saya tetap hisap, kulum dan kocok penis
itu.
Mungkin terlalu
bernafsunya saya untuk membangkitkan nafsu seks kembali lagi, hingga akhirnya
tanpa terasa sudah berapa lama saya melakukan itu. Roymond mengatakan bahwa dia
ingin klimaks. Mendengar itu, saya langsung berdiri dan menyuruhnya untuk
tiduran di karpet, sedangkan saya akan berada di atasnya. Saya pegang penisnya
lalu memasukkan ke dalam liang nikmat saya dengan posisi saya tetap membelakangi
Raymond, saya menaik-turunkan badan saya. Mula-mula pelan-pelan namun makin
lama makin cepat hingga payudara saya yang agak besar ini bergoyang-goyang
secepat seperti yang saya lakukan. Semakin cepat saya menaik-turunkan tubuh
saya hingga makin cepat pula gerakan penis itu keluar masuk dalam vagina saya
dan akhirnya Raymond mengatakan lagi pada saya bahwa dia ingin keluar.
Pertama-tama saya
tidak terlalu peduli hingga akhirnya Raymond mengatakannya dengan agak teriak
bahwa dia sudah tidak tahan lagi. Cepat-cepat saya ambil posisi untuk dapat
mengulum penis Raymond, memang benar, dalam hitungan detik setelah beberapa
kali saya sempat mengulumnya, Raymond menyemburkan beberapa kali spermanya
hingga beberapa diantaranya mengenai pipi dan sekitar bibir saya. Saya tetap
mengulumnya, saya telan semua sperma Raymond hingga bersih dan saya jilat
beberapa kali pula lubang yang ada di ujung penisnya. Beberapa kali tubuh
Raymond bergetar atas perlakuan saya.
Dan kami pun
akhirnya membasuh tubuh kami di dalam kamar mandi. Saya sempat membilas
beberapa kali tubuh saya dengan air. Keluar dari kamar mandi, kami pun
berpakaian kembali. Kami duduk di sofa semula dan menikmati red wine yang ada
di gelas kami masing-masing. Saya memeluk manja Raymond, kalau saya perhatikan,
dia adalah pria yang tidak bisa dinilai jelek, baik itu wajahnya juga bentuk
tubuhnya. Mungkin banyak cewek yang tergila-gila sama dia andai dia tinggal di
Indonesia.
0 komentar :
Posting Komentar