Lia adalah seorang
gadis 20 tahunan yang bekerja di sebuah bank negeri di kota Bkl. Ia tinggal di
rumah kos bersama seorang rekan wanitanya, Ita, yang juga bekerja di bank yang
sama walaupun pada cabang yang berbeda. Ia memiliki tubuh yang kencang.
Wajahnya cukup manis dengan bibir yang penuh, yang selalu dipoles dengan
lipstik warna terang. Tentu saja sebagai seorang teller di bank penampilannya
harus selalu dijaga. Ia selalu tampil manis dan harum. berikut awal cerita
pemerkosaan itu.Suatu hari di sore hari Lia terkejut melihat kantornya telah
gelap. Berarti pintu telah dikunci oleh Pak Warto dan diman, satpam mereka. dia
tadi pergi ke WC terlebih dulu sebelum akan pulang. Mungkin mereka mengira ia
sudah pulang. Baru saja ia akan menggedor pintu, biasanya para satpam duduk di
pintu luar. Ada kabar para satpam di kantor bank tersebut akan diberhentikan
karena pengurangan karyawan, Lia merasa kasihan tapi tak bisa berbuat apa-apa.
Seingatnya ada kurang lebih 6 orang satpam disana. Berarti banyak juga korban
PHK kali ini.
“Mau kemana Lia?”,
tiba-tiba seseorang menegurnya dari kegelapan meja teller.
Lia terkejut, ada
Warto dan diman. Mereka menyeringai.
“Eh Pak, kok sudah
dikunci? Aku mau pulang dulu..”, Lia menyapa mereka berdua yang mendekatinya.
“Lia, kami bakal
diberhentikan besok..”, Warto berkata.
“Iya Pak, aku juga
nggak bisa apa apa..”, Lia menjawab.
Di luar hujan
mulai turun.
“Kalau begitu..
kami minta kenang-kenangan saja Mbak”, tiba-tiba diman yang lebih muda menjawab
sambil menatapnya tajam.
“I.., iya.., besok
aku belikan kenang-kenangan..”, Lia menjawab.
Tiba-tiba ia
merasa gugup dan cemas. Warto mencekal lengan Lia. Sebelum Lia tersadar, kedua
tangannya telah dicekal ke belakang oleh mereka.
“Aah! Jangan
Pak!”.
Diman menarik blus
warna ungu milik Lia. Gadis itu terkejut dan tersentak ketika kancing blusnya
berhamburan. “Sekarang aja Lia. Kenang-kenangan untuk seumur hidup!”.
Warto menyeringai
melihat diman merobek kaos dalam katun Lia yang berwarna putih berenda. Lia
berusaha meronta. Namun tak berdaya, dadanya yang kencang yang terbungkus bra
hitam berendanya mencuat keluar.
“Jangannnn!
Lepaskannn!”, Lia berusaha meronta.
Hujan turun dengan
derasnya. diman sekarang berusaha menurunkan celana panjang ungu Lia. Kedua
lelaki itu sudah sejak lama memperhatikan Lia. Gadis yang mereka tahu tubuhnya
sangat kencang dan sintal. diam-diam mereka sering mengintipnya ketika ke kamar
mandi. Saat ini mereka sudah tak tahan lagi. Lia menyepak diman dengan keras.
“Eit, melawan juga
si Mbak ini..”, diman hanya menyeringai.
Lia di seret ke
meja Head Teller. Dengan sekali kibas semua peralatan di meja itu berhamburan
bersih.
“Aahh! Jangan Pak!
Jangannn!”, Lia mulai menangis ketika ia ditelungkupkan di atas meja itu.
Sementara kedua
tangannya terus dicekal Warto, diman sekarang lebih leluasa menurunkan celana
panjang ungu Lia. Sepatunya terlepas.
Diperlakukan
seperti itu, Lia juga mulai merasa terangsang. Ia dapat merasakan angin dingin
menerpa kulit pahanya. Menunjukkan celananya telah terlepas jatuh. Lia lemas.
Hal ini menguntungkan kedua penyiksanya. Dengan mudah mereka menanggalkan blus
dan celana panjang ungu Lia. Lia mengenakan setelan pakaian dalam berenda warna
hitam yang mini dan sexy. Mulailah pemerkosaan itu. Pantat Lia yang kencang
mulai ditepuk oleh Warto bertubi-tubi, “Plak! Plak!”.
Tubuh Lia memang
kencang menggairahkan. Payudaranya besar dan kencang. Seluruh tubuhnya pejal
kenyal. Dalam keadaan menungging di meja seperti ini ia tampak sangat
menggairahkan. diman menjambak rambut Lia sehingga dapat melihat wajahnya.
Bibirnya yang penuh berlipstik merah menyala membentuk huruf O. Matanya basah,
air mata mengalir di pipinya.
“Sret!”, Lia
tersentak ketika celana dalamnya telah ditarik robek.
Menyusul branya
ditarik dengan kasar. Lia benar-benar merasa terhina. Ia dibiarkan hanya dengan
mengenakan stocking sewarna dengan kulitnya. Sementara penis Warto yang besar
dan keras mulai melesak di vaginanya.
“Ouuhh!
Adduhh..!”, Lia merintih.
Seperti anjing,
Warto mulai menyodok nyodok Lia dari belakang. Sementara tangannya
meremas-remas dadanya yang kencang. Lia hanya mampu menangis tak berdaya.
Tiba-tiba diman
mengangkat wajahnya, kemudian menyodorkan penisnya yang keras panjang. Memaksa
Lia membuka mulutnya. Lia memegang pinggiran meja menahan rasa ngilu di
selangkangannya sementara diman memperkosa mulutnya. Meja itu berderit derit
mengikuti sentakan-sentakan tubuh mereka. Warto mendesak dari belakang, diman
menyodok dari depan. Bibir Lia yang penuh itu terbuka lebar-lebar menampung
kemaluan diman yang terus keluar masuk di mulutnya. Tiba-tiba Warto mencabut
kemaluannya dan menarik Lia.
“Ampuunnn…,
hentikan Pak..”, Lia menangis tersengal-sengal.
Warto duduk di
atas sofa tamu. Kemudian dengan dibantu diman, Lia dinaikkan ke pangkuannya,
berhadapan dengan pahanya yang terbuka.
“Slebb!”, kemaluan
Warto kembali masuk ke vagina Lia yang sudah basah.
Lia menggelinjang
ngilu, melenguh dan merintih. Warto kembali memeluk Lia sambil memaksa melumat
bibirnya. Kemudian mulai mengaduk aduk vagina gadis itu. Lia masih
tersengal-sengal melayani serangan mulut Warto ketika dirasakannya sesuatu yang
keras dan basah memaksa masuk ke lubang anusnya yang sempit. diman mulai
memaksa menyodominya.
“Nghhmmm..! Nghh!
Jahannaammm…!”, Lia berusaha meronta, tapi tak berdaya.
Warto terus
melumat mulutnya. Sementara diman memperkosa anusnya. Lia lemas tak berdaya
sementara kedua lubang di tubuhnya disodok bergantian. Payudaranya diremas dari
depan maupun belakang. Tubuhnya yang basah oleh peluh semakin membuat dirinya
tampak erotis dan merangsang. Juga rintihannya. Tiba-tiba gerakan kedua
pemerkosanya yang semakin cepat dan dalam mendadak berhenti. Lia ditelentangkan
dengan tergesa kemudian Warto menyodokkan kemaluannya ke mulut gadis itu. Lia
gelagapan ketika Warto mengocok mulutnya kemudian mendadak kepala Lia dipegang
erat dan…
“Crrrt! Crrrt!”,
cairan sperma Warto muncrat ke dalam mulutnya, bertubi-tubi.
Lia merasa akan
muntah. Tapi Warto terus menekan hidung Lia hingga ia terpaksa menelan cairan
kental itu. Warto terus memainkan batang kemaluannya di mulut Lia hingga
bersih. Lia tersengal sengal berusaha menelan semua cairan lengket yang masih
tersisa di langit-langit mulutnya.
Mendadak diman
ikut memasukkan batang kemaluannya ke mulut Lia. Kembali mulut gadis itu
diperkosa. Lia terlalu lemah untuk berontak. Ia pasrah hingga kembali cairan
sperma mengisi mulutnya. Masuk ke tenggorokannya. Lia menangis sesengggukan.
diman memakai celana dalam Lia untuk membersihkan sisa spermanya.
“Wah.. bener-bener
kenangan indah, Yuk..”, ujar Warto sambil membuka pintu belakang.
Tak lama kemudian
3 orang satpam lain masuk.
“Ayo, sekarang
giliran kalian!”, Lia terkejut melihat ke-3 satpam bertubuh kekar itu.
Ia akan diperkosa
bergiliran semalaman. Celakanya, ia sudah pamit dengan teman sekamarnya Ita,
bahwa ia tak pulang malam ini karena harus ke rumah saudaranya hingga tentu tak
akan ada yang mencarinya.
Lia ditarik ke
tengah lobby bank itu. dikelilingi 6 orang lelaki kekar yang sudah membuka
pakaiannya masing-masing hingga Lia dapat melihat batang kemaluan mereka yang
telah mengeras.
“Ayo Lia, kulum
punyaku!”, Lia yang hanya mengenakan stocking itu dipaksa mengoral mereka
bergiliran.
Tubuhnya tiba-tiba
di buat dalam keadaan seperti merangkak. Dan sesuatu yang keras mulai melesak
paksa di lubang anusnya.
“Akhh…, mmmhhh..,
mhhh…”, Lia menangis tak berdaya.
Sementara mulutnya
dijejali batang kemaluan, anusnya disodok-sodok dengan kasar. Pinggulnya yang
kencang dicengkeram.
“Akkkghhh! Isep
teruss…!, Ayooo”.
Satpam yang tengah
menyetubuhi mulutnya mengerang ketika cairan spermanya muncrat mengisi mulut
Lia. Gadis itu gelagapan menelannya hingga habis. Kepalanya dipegangi dengan
sangat erat. Dan lelaki lain langsung menyodokkan batang kemaluannya
menggantikan rekannya. Lia dipaksa menelan sperma semua satpam itu bergiliran.
Mereka juga bergiliran menyodomi dan memperkosa semua lubang di tubuh Lia
bergiliran.
Tubuh Lia yang
sintal itu basah berbanjir peluh dan sperma. Stockingnya telah penuh noda-noda
sperma kering. Akhirnya Lia ditelentangkan di sofa, kemudian para satpam itu
bergiliran mengocok kemaluan mereka di wajahnya, sesekali mereka memasukkannya
ke mulut Lia dan mengocoknya disana, hingga secara bergiliran sperma mereka
muncrat di seluruh wajah Lia.
Ketika telah
selesai Lia telentang dan tersengal-sengal lemas. Tubuh dan wajahnya belepotan
cairan sperma, keringat dan air matanya sendiri. Lia pingsan. Tapi para satpam
itu ternyata belum puas.
“Belum pagi nih”,
ujar salah seorang dari satpam itu.
“Iya, aku masih
belum puas…”.
Akhirnya muncul
ide mereka yang lain.
Tubuh telanjang
Lia diikat erat. Kemudian mereka membawanya ke belakang kantornya. Bagian
belakang bank itu memang masih sepi dan banyak semak belukar. Lia yang masih
dalam keadaan lemas diletakkan begitu saja di sebuah pondok tua tempat para
pemuda berkumpul saat malam. Hujan telah berhenti tetapi udara masih begitu
dinginnya. Mulut Lia disumpal dengan celana dalamnya. Ketika malam semakin
larut baru Lia tersadar. Ia tersentak menyadari tubuhnya masih dalam keadaan
telanjang bulat dan terikat tak berdaya. Ia benar-benar merasa dilecehkan
karena stockingnya masih terpasang.
Tiba-tiba saja
terdengar suara beberapa laki-laki. Dan mereka terkejut ketika masuk.
“Wah! Ada hadiah
nih!”, aroma alkohol kental keluar dari mulut mereka.
Lia berusaha
meronta ketika mereka mulai menggerayangi tubuh sintal telanjangnya. Tapi ia
tak berdaya. Ada 8 orang yang datang. Mereka segera menyalakan lampu listrik
yang remang-remang. Tubuh Lia mulai dijadikan bulan-bulanan. Lia hanya bisa
menangis pasrah dan merintih tertahan.
Ia ditunggingkan
di atas lantai bambu kemudian para lelaki itu bergiliran memperkosanya. Semua
lubang di tubuhnya secara bergiliran dan bersamaan disodok-sodok dengan sangat
kasar. Kembali Lia bermandi sperma. Mereka menyemprotkannya di punggung, di
pantat, dada dan wajahnya. Setiap kali akan pingsan, seseorang akan menampar
wajahnya hingga ia kembali tersadar.
“Ini kan teller di
bank depan?”
Mereka
tertawa-tawa sambil terus memperkosa Lia dengan berbagai posisi. Lia yang masih
terikat dan terbungkam hanya dapat pasrah menuruti perlakuan mereka. Cairan berwarna
putih dan merah kekuningan mengalir dari lubang pantat dan vaginanya yang telah
memerah akibat dipaksa menerima begitu banyak batang penis. Ketika seseorang
sedang sibuk menyodominya, Lia tak tahan lagi dan akhirnya pingsan. Entah sudah
berapa kali para pemabuk itu menyemprotkan sperma mereka ke seluruh tubuh Lia
sebelum akhirnya meninggalkannya begitu saja setelah mereka puas.
0 komentar :
Posting Komentar