www.namibeautygirls.in - Namaku Tomie umurku 30 tahun, aku
bekerja disebuah perusahaan penyedia jasa IT di Jakarta, aku sudah beristri
dengan Dilla 26 tahun. Cerita berawal ketika aku dan istriku belum menikah,
istriku adalah anak pertama dari empat bersaudara yang tinggal di sebuah
kota kecil di daerah Jawa Barat. Adalah Ayu adik kedua istriku yang telah
membangkitkan birahi terlarangku, padahal dulu ketika aku sama sekali tidak
tertarik melihat Ayu, aku hanya menganggap Ayu sebagai adik sendiri,
hingga berkali-kali aku selalu mengusahakan kemampuanku untuk membantu
kesusahannya ketika dia sedang berada di Jakarta untuk bersekolah. Namun Ayu
kini sudah berubah menjadi seorang gadis yang cukup cantik.
Hari itu adalah hari segalanya
dimulai, Dilla (waktu itu kami belum menikah) memberikanku pekerjaan untuk
membeli peralatan pendukung computer untuk kantornya (kantor Dilla
mempercayakan urusan IT-nya kepadaku) karena kukira akan banyak barang bawaan
yang akan aku bawa setelah belanja maka ku ajak Ayu untuk membantuku, dengan
memberikan upah tentunya. Seharian aku dan Ayu mengelilingi salah satu komplek
pertokoan computer yang ada di Jakarta membuat aku mulai memperhatikannya, baru
kusadari Ayu memiliki tubuh yang lumayan indah, walaupun ukuran dadanya tidak
terlalu besar namun ukuran pantatnya bisa dibilang cukup bahenol.
Sembari membawa belanjaan, aku lihat
hari sudah mulai sore dan kuputuskan untuk segera jalan pulang, dengan badan
letih dan capek kami berdua naik kendaraan umum menuju stasiun Senen untuk
nantinya kami lanjutkan dengan naik kereta dan syukurlah kami tidak tertinggal
kereta seperti yang kutakutkan sebelumnya, didalam kereta yang lumayan penuh
kutemukan satu tempat duduk yang masih kosong, ku suruh Ayu untuk duduk dan aku
berdiri sementara barang-barang bawaan kami aku taruh diatas Ramp. Perjalanan
panjang yang kami tempuh membuat aku memikirkan sebuah ide nakal, Ayu yang
terlihat lelah menyenderkan badannya ke senderan kursi kereta yang membuat
kausnya menjadi longgar sehingga membuat ku bisa melihat sekaligus menikmati indah
payudaranya dari atas, lama kunikmati keindahan payudara yang belum terjamah
membuat kontol ku mengeras, ingin rasanya memegang dan meremas-remas payudara
Ayu, namun aku terkaget ketika seseorang disebelah aku menawarkan kursinya dan
segera berdiri. Kusuruh Ayu bergeser dan aku duduk disebelahnya, “Ayu ngantuk
yah?” tanyaku kepada Ayu, “agak sih mas, lemes banget badan Ayu” lalu ku jawab
“ya udah kamu senderan di bahu mas aja sini” tanpa menjawab Ayu langsung
bersandar di bahu ku, hal tersebut justru membuat ku makin terangsang karena
selain bisa melihat payudaranya aku juga bisa merasakan kenyalnya payudara Ayu
yang menempel dilenganku yang selama hampir dua jam kunikmati.
Sesampainya di Stasiun aku langsung
menelepon Dilla memberitahukan kedatangan kami, namun karena pekerjaan Dilla
yang sangat menguras waktu, dia tidak bisa menjemput kami dan memberitahukan
untuk menyimpan barang belanjaan kami dirumah saja. Melihat Ayu yang kelelahan
aku putuskan untuk naik becak. Sesampainya dirumah aku istirahat sebentar
sebari merokok tapi Ayu memutuskan untuk langsung mandi, “jangan lama-lama yah”
pintaku kepada Ayu, “iya…” Ayu menjawab, sembari merokok kubayangkan bentuk
tubuh Ayu yang kunikmati tadi sembari sedikit-sedikit mengelus-elus kontol ku,
tapi sial aku dikagetkan oleh kedua adik Ayu, Danti dan Agus. Mereka bermaksud
ingin meminjam hape ku untuk menelpon ayahnya yang entah dimana, setelah mereka
selesai meminjam telepon Danti mengatakan jika mereka harus menyusul ayah dan
ibunya di rumah sakit karena ada teman ayahnya yang mengalami kecelakaan, “mas
aku sama Agus mau jalan dulu yah, kalo mau makan di dapur ada makanan tuh” kata
danti, “ok deh Danti ntar aja mas makannya” kujawab, mereka segera berpamitan
dan berangkat. Sembari menghabiskan rokokku terlintas pikiran gila yang
mengarahkan ku ke pintu kamar mandi, supaya aman aku agak menjauh dan dengan
sedikit berteriak aku berkata, “Ayu udah apa belom?” lalu Ayu menjawab “belum
mas, Ayu sakit perut nih”, seperti mendapat lotre pikiranku langsung kegirangan
dan segera kuhampiri pintu kamar mandi. “asik…” kataku dalam hati ketika aku
menemukan celah kecil diantara gagang pintu, namun sial pemandangan yang
kulihat sempat membuatku agak lemas, karena kulihat Ayu sedang jongkok buang
air besar, namun kucoba untuk sabar dan tak lama setelah itu kudengar suara
gemerecik air yang tandanya Ayu telah selesai buang hajat. Secepat kilat
kuhampiri pintu kamar mandi dan kuintip. “ya tuhan” kataku dalam hati saat
melihat indah tubuh Ayu yang tak terbalut apapun, payudaranya yang agak lancip
(untuk usia dua puluh tahunan harusnya sudah tidak lancip lagi), memeknya yang
ditutupi bulu-bulu halus membuat biarahi ku melonjak tinggi, kuraih kontol ku
dan ku usap-usap. Ah nikmatnya jika bisa kunikmati tubuhnya tanpa harus sembunyi-sembunyi.
Kembali lagi aku mendapat kesialan, hape ku bergetar, kulihat Dilla menelepon
ku dan memintaku untuk menjemputnya, dengan agak menjauh kuangkat hape ku, “ok
aku jalan sekarang” kujawab sembari kututup telepon. “Ayu, mas jalan dulu
sebentar, mau jemput kakak kamu” dengan agak kersa kuberitahu Ayu “iya mas,
tapi jangan lama-lama…gak ada orang soalnya nih mas, Ayu takut sendirian”, “iya
Cuma sebentar kok”.
Sesampainya dirumah setelah
menjemput Dilla turun hujan lebat, dalam benakku berfikir hujan ini kesialan
atau keberuntungan? engan agak ragu-ragu aku bilang ke Dilla keinginanku untuk
menginap saja dan tanpa diduga Dilla berkata “ya udah nginep aja, lagian hujan
terus besok juga bos aku minta alat-alatnya dipasang besok” dengan sedikit
acting kujawab, “lho kok besok? Bukannya harus malam ini juga pasangnya?”
kembali Dilla menjawab “besok aja, khan hari ini malam minggu, emang kamu gak
mau malam mingguan sama aku?” lalu kujawab “iya sayang…gitu aja ngambek, emang
kamu mau kemana sih? Lagian juga hujan kok” Dilla menjawab “gak usah
kemana-mana, tadi aku beli DVD temenin aku nonton aja sampe aku tidur” “siap
bos ku sayang” kujawab sembari tersenyum lebar dan membuat Dilla tertawa. Hape
ku kembali bergetar, kulihat ayah Dilla yang menelepon “halo ayah…” kujawab
“Fan, kamu besok ada acara gak? Kalo enggak ada acara tolongin ayah bisa gak?”
“tolong apa nih yah?” kujawab dengan antusias “kamu mala mini nginep aja, besok
agak siangan kita jalan ambil mobil” “ok, ya udah yah saya bisa” aku jawab “ya
udah ayah masih dirumah sakit pulangnya kayaknya pagi deh, kamu jagain rumah
yah” “ok ayah”, setelah percakapan itu Dilla bertanya dan kujelaskan sembari
berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badan.
Jam dinding menunjukan pukul tujuh
malam, Dilla menagih janji untuk menemaninya nonotn DVD, kutemaniDilla nonton
DVD dan Ayu pun ikut serta menonton DVD. Sembari menonton ku sempatkan melihat
kemolekan tubuh ayu yang hanya mengenakan daster tipis berwarna putih tanpa bra
(terlihat ketika cahaya TV menembus dasternya), posisi duduk ku yang berada di
belakang Dilla dan Ayu menguntungkan aku. Setelah film selesai Dilla tanpa
banyak bicara langsung nyelonong ke kamar tidur begitu juga Ayu, entah mengapa
walaupun tubuhku terasa letih tapi aku tidak bisa tidur, kulihat jam sudah
pukul dua dini hari, entah setan dari mana aku langsung berfikir untuk melihat
kamar Ayu yang letaknya dibelakang, pelan-pelan kulangkahkan kaki keluar kamar
tamu, lalu kulihat pintu kamar Ayu agak terbuka dan terlihat lampu yang masih
menyala, kupikir Ayu masih terjaga tetapi setelah kulihat ternyata Ayu sudah
terlelap.
Kuberanikan diri untuk masuk kedalam
kamar. Kulihat Ayu tidur menyamping kearah pintu dengan bagian bawah daster
agak terangkat membuat celana dalamnya sedikit terlihat. Jantungku berdetak
sangat keras ketika kucoba mendekatinya dan bertambah keras ketika Ayu mengubah
posisinya menjadi terlentang. Kucoba untuk menenangkan diri ku dan kulanjutkan
misiku. Setelah kudekati kubuka kancing daster sempai yang terakhir (Ayu
memakai daster yang menggunakan kacing tapi tidak sampai bawah, hanya setengah
dari daster yang bisa dibuka) hingga terlihat jelas payudaranya, astaga
ternyata bentuk gunning kembarnya begitu menggairahkan walaupun tidak terlalu
besar, kumainkan putingnya pelan-pelan supaya Ayu tidak terbangun, sembari ku
usap-usap putting Ayu, kumainkan juga kontol ku, awalnya hanya ku gesek-gesek
dengan tangan tapi lama kelamaan ku buka retseleting ku dan ku keluarkan
senjata kebanggaan ku yang ukurannya lumayan besar, sembari memaikna pentil ku
kocok kontol ku.
Tidak puas hanya melihat payudara
Ayu, ku coba untuk sedikit ngeintip bagian bawahnya, dengan sedikit gugup ku
angkat bagian bawah daster sehingga terungkap semua dan kulihat gundukan empuk
yang tertutup celana dalam warna pink dengan model menyempit yang membuat
jembut Ayu seperti tertarik keluar. Dengan pelan-pelan ku angkat karet pinggang
celana dalam Ayu dan menurunkannya sedikit demi sedikit, “astaga sungguh indah
memek perawan” “seperti mimpi akhirnya bisa kulihat secara langsung memek Ayu”,
pelan tapi pasti ku turunkan celana dalam Ayu sembari sesekali melihat
wajahnya, karena aku takut dia terbangun. Kegigihanku membuahkan hasil, celana
dalam Ayu telah turun sampai batas dengkul, dengan perasaan agak khawatir
kudekatkan wajahku ke memeknya, kucium dan kubuka memeknya sampai itilnyapun
terlihat, “memek perawan memang wangi” kuberkata dalam hati sembari kuteruskan
tingkahku, kujulurkan lidahku untuk menjilat klitorisnya, “ough…” suara itu
keluar dari mulut Ayu dan membuatku sangat ketakutan, tetapi setelah kulihat
lagi ternyata dia hanya mengigau. Kulanjutkan aksiku tapi dengan lebih ekstrim,
ku ubah posisi ku menjadi diatas Ayu, dengan setengah jongkok kuarahkan kontol
ku kea rah memek ayu, tanpa berniat untuk menjebol ku kocok kontol ku dan
dengan dua jari tangan kiri ku buka memek ayu, ku kocok kontol ku sampai
klimaks dan crot… crot… crot… kutumpahkan spermaku diatas memek Ayu, puas
rasanya mala mini dan sepertinya bisa tidur nyenyak, sembari membereskan sperma
diatas memek ayu aku melihat jam dan ternyata sudah pukul tiga.
“Mas… Mas… bangun Mas….” Samar-samar
kudengar suara perempuan membangunkan ku dan ternyata setelah kulihat ternyata
Ayu, dengan agak panik ku bangun dan ku bertanya “Kok Ayu yang banguinin, kak
Dilla mana?” “kak Dilla tadi pagi-pagi banget berangkat, katanya ada event di
kantor pusat di Jakarta” katanya, “terus yang lain pada kemana” kujawab
berharap Ayu tidak menyadari perbuatanku semalam “ayah, ibu, Danti dan Agus
juga udah berangkat ke subang, soalnya temennya itu meninggal” “ough, terus ada
pesen gak?dari aya atau dari kak Dilla?” kemudian Ayu menjawab sembari berjalan
menuju pintu kamar “ada, katanya mas pasang alatnya minggu depan aja, terus
kata ayah mas disuruh nunggu ayah pulang” ku jawab “oh gitu yah, ok deh”. Jujur
aku agak malu ketika melihat Ayu, takutnya dia mengetahui apa yang aku lakukan
tadi malam, hingga akhirnya hari telah sore dan ayah belum dating juga, ku
telpon dan kuberitahu kalau aku harus kembali ke Jakarta, karena besok aku harus
kerja.
Seminggu berlalu dan bayangan tubuh
Ayu selalu melekat di ingatanku, terkadang kugunakan imajenasiku untuk
masturbasi. Sesuai janji ku kepada Dilla setiaphari Jumat sore aku berangkat
dari Jakarta ke kotanya untuk menghabiskan waktuku dengannya, kugunakan
waktu-waktu itu untuk sesekali menikmati keindahan tubuh Ayu yang makin lama
semakin menjadi-jadi hingga akhirnya terjadilah sesuatu yang menurut aku sangat
gila. Malam itu situasi sesuai dengan keinginan ku, Dilla lembur, ayah, ibu,
Danti sedang menghadiri acara tahunan kenaikan sabuk Karate Agus. Ayu seperti
biasa tidak menyukai jalan-jalan yang memakan waktu hingga dua hari. Kuawali
aksi ku dengan membeli minuman soda (alih-alih traktiran karena aku baru saja
gajian) dan martabak. Minuman yang kubeli sebelumnya telah kucampur dengan
minuman beralkohol, kucampur saat Ayu berada didapur.
Setelah beberapa lama menikmati
minuman yang kucampur tersebut Ayu merasa agak pusing dan mulai berbicara
ngaco, kuanggap hal tersebut sebagai kesempatan, dengan kondisi Ayu yang mulai
lemah kudekati dan kuraba-raba payudaranya (karena aku ikut minum jadi aku juga
agak setengah sadar), mulai ada perlawanan dari Ayu, namun perlawanannya tidak
sepadan dengan tenaga ku yang besar, kukulum bibirnya sembari kuremas-remas
payudaranya. “mas jangan mas, nanti ketahuan kak Dilla” katanya, “kalo Ayu gk
ngmong khan kak Dilla gak tahu” kujawab sembari kulanjutkan mengulum bibirnya
“hhmphhh…maaaaassss jangaaaannnnnn….aaaaahhhhh ough” hanya itu yang terucap
dari bibir Ayu ketika aku mulai menhisap putting payudaranya dan tanganku pun
mulai menyelinap kedalam celana pendek yang digunakannya, kurasakan agak lembab
dan semakin basah pada celana dalamnya. “maaaaaasssss
aaaahhhhhh….jangaaaaaannnnnn” semakin menggeliat ketika tangan ku memasuki
celana dalamnya, kurasakan cairan memeknya mulain terasa, ku tekan-tekan
klitorisnya sembari masih menghisap payudaranya. Perlawanan Ayu mulai berkurang
ketika jari ku mulai menggosok-gosok klitorisnya dengan cepat, pantatnya pulai
bergoyang mengikuti gosokan-gosokan jariku dan kata-kata yang keluar dari
mulutnya sekarang hanya “ough ah uh ah maaaaaasssss ah oh ah”.
Pelan-pelan perlawanan Ayu mulain
menghilang dan saat itulah ku gendong Ayu kekamar sembari kukulum bibirnya,
sesampainya dikamar kurebahkan dia di atas tempat tidur, kulepaskan semua
bajunnya, dan ketika aku ingin melepaskan celana dia berkata “mas jangan donk,
aku masih perawan…aku takut” ku jawab “gak usah takut gak sakit kok” dengan
agak memaksa kujawab.
Akhirnya Ayu terlentang tanpa
sehelai baju pun, hanya telapak tangan menutupin memeknya dan lengan kirinya
menutupi payudaranya, sembari kunikmati keindahan tubuhnya kubuka semua baju ku
dan kulihat wajah Ayu agak kemerahan ketika melihat kontol ku yang sudah tegak.
Aku langsung berbaring disampingnya, kurai tangan kirinya ku arahkan ke kontol
ku, pertama Ayu agak takut, namun setelah kupaksa akhirnya dia mau, sembari
kukulum pentil payudaranya kurasakan kontol ku ditarik kearah depan dan Ayu
mengubah posisinya menjadi miring, dengan posisi itu Ayu mulai mengosok-gosok
kepala kontol ku yang besar ke liang memeknya, pelan-pelan kurebahkan badan Ayu
dan posisi ku sekarang ada diatas Ayu, kubuka kakinya dan kuliha memeknya yang
mulai merekah dan basah semakin membuatku terasngsang, tanpa pemanansan dan
oral kulanjutkan dengan mengarahkan kontol ku ke arah liang memeknya, “mas
jangan dimasukun, Ayu takut hamil mas” Ayu berkata “gak apa-apa, jangan takut”
kujawab dengan lembut, sebelum Ayu berkata-kata kepala kontol ku sudah berada
didepan lubangnya, sembari berusaha mendorong tubuhku ayu berkata “mas please
jangan…aaaahhhhh” kepala kontol ku sudah masuk dan kubiarkan memeknya agar
terbiasa menerima kepala kontol ku yang cukup besar di memeknya “mas sakit
mas…aduh aaaahhh” dengan sedikit meracu Ayu berkata, “gak apa-apa nanti juga
enak kok” kujawab, pelan-pelan tapi pasti ku goyang agar bisa masuk semua dan
ketika mulai bertambah licin langsung kutekan, akhirnya kontolku masuk semua
“maaaaaasssss sakitttttt aaaaahhhhh” kata-katanya tidak kuhiraukan, kutahan
sebentar sembari menikmati sempitnya memek perawan, pelan-pelan kugoyang dan
lama-kelamaan Ayu pun mulai mengikuti irama goyangan ku, merasa kenikmatan Ayu
pun mulai meleguh kenikmatan, “oh mas, ah agak kenceng sedikit mas” lalu kujawab
“iya sayang…” setelah agak lama ku genjot tubuh Ayu terlihat agak menegang dan
dia berkata “maaasssss aku gak tahan…aaaaaaaaahhhhhh” tandanya Ayu klimaks dan
mulai bisa menikmati, kucabut dan kusuruh Ayu untuk membalik badannya dan
menungging, Ayu pun mengikuti.
Ku sodok kontol ku dari belakang dan
Ayu pun sudah tidak merasa kesakitan lagi, sembari kugoyang kulihat ada bercak
darah di seprei dan disekita memeknya, ku goyang terus sampai akhirnya kusuruh
Ayu untuk kembali ke posisi semula, ku kocok agak keras dan Ayu pun mulai
meracu tak karuan, ku pompa dengan kencang dan akhirnya crot… crot… crot…
kutumpahkan semua spermaku didalam memeknya, tubuhku langsung ambruk disamping
Ayu dan kulihat Ayu menutup mukanya dan terdengar menangis, dengan sedikit
rayuan dan pelukan kutenangkan ayu, dan Ayu berjanji tidak akan mengatakan
apapun.
Melihat jam sudah menunjukan pukul
enam sore kuputuskan untuk mandi dan kuajak serta Ayu, namun didalam kamar
mandi birahi ku menjadi naik, dibawah siraman pancuran air Ayu kusuruh jongkok
dan ku minta dia untuk menghisap kontol ku, dengan agak kebingungan Ayu
memasukan kontol ku kedalam mulutnya, suara erotis yang keluar dari mulutnya
dan tetesan sperma yang keluar dari memeknya membuat aku semakin bernafsu,
kuangkat dan ku gendong Ayu, kumasukan kontol ku kedalam memeknya dalam keadaan
berdiri, ku goyang-goyang dengan keras, kuubah posisi doggy style, kurasakan
himpitan dinding memek Ayu semakin mengeras dan tubuh Ayu menegang, kembali Ayu
akhirnya orgasme, seiring orgasme yang dialami Ayu kontol ku pun mulai menegang
dan siap menyemburkan cairan kenikmatan, kuputuskan untuk kembali mengeluarkan
didalam crot… crot… crot… “ah yes” ku berteriak, setelah puas kami selesaikan
mandi dan segera berpaiakian karena sebentar lagi Dilla akan kembali. Semenjak
itu aku dan Ayu semakin sering ngentot sampai akhirnya aku menikah dengan Dilla
dan Ayu mempunyai pacar kami masih sering melakukan tanpa sepengetahuan
pasangan kami.
0 komentar :
Posting Komentar