Selama satu minggu Ibu Mertuaku
berada di Jakarta, hampir setiap hari setiap ada kesempatan aku dan Ibu
Mertuaku selalu mengulangi persetubuhan kami. Apalagi setelah Indri istriku
ditugaskan ke Medan selama tiga hari untuk mengerjakan proyek yang sedang di
kerjakan kantor istriku, Aku dan Ibu mertuaku tidak menyia-nyiakan kesempatan
yang kami peroleh, kami berdua semakin lupa diri. Aku dan Ibu mertuaku tidur
seranjang, layaknya suami istri, ketika hasrat birahi kami datang aku dan Ibu
Mertuaku langsung menuntaskan hasrat kami berdua. Kusirami terus menerus rahim
Ibu Mertuaku dengan spermaku, akibatnya fatal.
Setelah istriku kembali dari Medan
Bapak mertuaku minta agar Ibu mertuaku segera pulang ke Gl, dengan berat hati
akhirnya Ibu mertuakupun kembali ke desa Gl. Setelah Ibu mertuaku kembali
kedesa GL hari hariku jadi sepi Aku begitu ketagihan dengan permainan sex Ibu
Mertuaku aku rindu jeritan jeritan joroknya, saat orgasme sedang melandanya.
Pertengahan juni lalu Ibu mertuaku
menelponku ke kantor, aku begitu gembira sekali Kami berdua sudah sama sama
saling merindukan, untuk mengulangi persetubuhan kami, tapi yang paling
membuatku kaget adalah saat Ibu mertuaku memberikan kabar, kalau beliau
terlambat datang bulan dan setelah diperiksa ke dokter, Ibu mertuaku positip
hamil. Aku kaget sekali, aku pikir, Ibu Mertuaku sudah tidak bisa hamil lagi.
Aku minta kepada Ibu mertuaku, agar
benih yang ada dalam kandungannya dijadikan saja, namun Ibu mertuaku
menolaknya, Ibu mertuaku bilang itu sama saja dengan bunuh diri, karena
suaminya sudah lama tidak pernah lagi menggaulinya, tetapi masih bisa hamil.
Baru aku tersadar, yah kalau Bapak mertuaku tahu istrinya hamil, pasti Bapak
mertuaku marah besar apalagi jika Bapak mertuaku tahu kalau yang menghamili
istrinya adalah menantunya sendiri.
Juga atas saran Dokter, menurut
dokter di usianya yang sekarang ini, sangat riskan sekali bagi Ibu mertuaku
untuk hamil atau memiliki anak lagi, jadi Ibu mertuaku memutuskan untuk
mengambil tindakan.
“Bu, apa perlu aku datang ke desa
Gl?”
Ibu mertuaku melarang, “Tidak usah sayang nanti malah bikin Bapak curiga, lagi pula ini hanya operasi kecil”.
Ibu mertuaku melarang, “Tidak usah sayang nanti malah bikin Bapak curiga, lagi pula ini hanya operasi kecil”.
Setelah aku yakin bahwa Ibu mertuaku
tidak perlu ditemani, otak jorokku langsung terbayang tubuh telanjang Ibu
mertuaku.
“Bu aku kangen sekali sama Ibu, aku kepengen banget nih Bu”
“Iya Mas, Ibu juga kangen sama Mas Pento. Tunggu ya sayang, setelah masalah ini selesai, akhir bulan Ibu datang. Mas Pento boleh entotin Ibu sepuasnya”.
“Bu aku kangen sekali sama Ibu, aku kepengen banget nih Bu”
“Iya Mas, Ibu juga kangen sama Mas Pento. Tunggu ya sayang, setelah masalah ini selesai, akhir bulan Ibu datang. Mas Pento boleh entotin Ibu sepuasnya”.
Sebelum kuakhiri percakapan, aku
bilang sama Ibu mertuaku agar jangan sampai hamil lagi, Ibu mertuaku hanya
tersenyum dan berkata kalau dia kecolongan. Gila.. , hubungan gelap antara aku
dengan Ibu mertuaku menghasilkan benih yang mendekam di rahim Ibu mertuaku, aku
sangat bingung sekali.
Saat aku sedang asyik asyiknya
melamun memikirkan apa yang terjadi antara aku dan Ibu mertuaku, aku dikagetkan
oleh suara dering telepon dimejaku.
“Hallo, selamat pagi”.
“Pento kamu tolong ke ruang Ibu sebentar”.
“Hallo, selamat pagi”.
“Pento kamu tolong ke ruang Ibu sebentar”.
Ternyata Bos besar yang memanggil,
akupun beranjak dari tempat dudukku dan bergegas menuju rangan Ibu Mila. Ibu
Mila, wanita setengah baya, yang sudah menjanda karena ditinggal mati suaminya
akibat kecelakaan, saat latihan terjun payung di Sawangan. Aku taksir, usia Ibu
Mila kurang lebih 45 tahun, Ibu Mila seorang wanita yang begitu penuh wibawa,
walaupun sudah berusia 45 tahun namun Ibu Mila tetap terlihat cantik, hanya
sayang Tubuh Ibu Mila agak gemuk.
“Selamat pagi Bu, ada apa Ibu
memanggil saya”.
“Oh nggak.. , Ibu cuma mau Tanya mengenai pekerjaan kemarin, yang diberikan sama Bp. Anwar sudah selesai kamu kerjakan atau belum?”.
“Oh nggak.. , Ibu cuma mau Tanya mengenai pekerjaan kemarin, yang diberikan sama Bp. Anwar sudah selesai kamu kerjakan atau belum?”.
“Oh.. ya Bu.. sudah, sekarang saya
sedang memeriksanya kembali sebelum saya serahkan, biar tidak ada kesalahan”.
Jawabku.
“Oh.. ya.. sudah kalau begitu, Kamu
kelihatan pucat kenapa? Kamu sakit?”. Tanya Ibu Mila.
“Oh nggak Bu Saya tidak apa-apa”.
“Kalau kamu kurang sehat, ijin saja
istirahat dirumah, jangan dipaksakan nanti malah tambah parah penyakit mu”.
“Ah.. nggak apa-apa Bu saya sehat
kok”. Jawabku.
Saat aku hendak meninggalkan ruangan Ibu Mila, aku sangat terkejut sekali, saat Ibu Mila berkata, “Makanya kalau selingkuh hati hati dong Pen Jangan terlalu berani. Sekarang akibatnya ya beginilah Ibu mertuamu hamil”.
Saat aku hendak meninggalkan ruangan Ibu Mila, aku sangat terkejut sekali, saat Ibu Mila berkata, “Makanya kalau selingkuh hati hati dong Pen Jangan terlalu berani. Sekarang akibatnya ya beginilah Ibu mertuamu hamil”.
Aku sangat terkejut sekali, bagai
disambar petir rasanya mukaku panas sekali, aku sungguh-sungguh mendapatkan
malu yang luar biasa.
“Dari mana Ibu tahu?” tanyaku dengan
suara yang terbata bata.
“Maaf Pen Bukannya Ibu ingin tahu urusan orang lain, Tadi waktu Ibu menelfon kamu kamu kok online terus Ibu jadi penasaran, Ibu masuk saja ke line kamu. Sebenarnya, setelah Ibu tahu kamu sedang bicara apa, saat itu Ibu hendak menutup telepon rasanya kok lancang dengerin pembicaraan orang lain, tapi Ibu jadi tertarik begitu Ibu tahu bahwa kamu selingkuh dengan Ibu mertuamu sendiri”.
“Maaf Pen Bukannya Ibu ingin tahu urusan orang lain, Tadi waktu Ibu menelfon kamu kamu kok online terus Ibu jadi penasaran, Ibu masuk saja ke line kamu. Sebenarnya, setelah Ibu tahu kamu sedang bicara apa, saat itu Ibu hendak menutup telepon rasanya kok lancang dengerin pembicaraan orang lain, tapi Ibu jadi tertarik begitu Ibu tahu bahwa kamu selingkuh dengan Ibu mertuamu sendiri”.
Aku marah sekali, tapi apa daya Ibu
Mila adalah atasanku, selain itu Ibu Mila adalah saudara sepupu dari pemilik
perusahaan tempat aku bekerja, bisa bisa malah aku dipecat. Aku hanya diam dan
menundukan kepalaku, aku pasrah.
“Ya sudah, tenang saja rahasia kamu
aman ditangan Ibu”
“Terima kasih Bu”, jawabku lirih sambil menundukkan mukaku
“Nanti sore setelah jam kerja kamu temenin Ibu ke rumah, ada yang hendak Ibu bicarakan dengan kamu, OK”.
“Terima kasih Bu”, jawabku lirih sambil menundukkan mukaku
“Nanti sore setelah jam kerja kamu temenin Ibu ke rumah, ada yang hendak Ibu bicarakan dengan kamu, OK”.
“Tentang apa Bu?” tanyaku.
“Ibu mau mendengar semua cerita
tentang hubunganmu dengan Ibu mertuamu dan jangan menolak” pintanya tegas.
Akupun keluar dari ruangan Ibu Mila
dengan perasaan tidak karuan, aku marah atas perbuatan Ibu Mila yang dengan
lancang mendengarkan pembicaraanku dengan Ibu mertuaku dan rasa malu karena
hubungan gelapku dengan Ibu mertuaku diketahui oleh orang lain.
“Kenapa Pen? Kok mukamu kusut gitu
habis dimarahin sama si gendut ya”, Tanya Wilman sohibku.
“Ah, nggak ada apa apa Wil Aku lagi capek aja”.
“Oh aku pikir si gendut itu marahin kamu”.
“Kamu itu Wil, gendat gendut, ntar kalau Ibu Mila denger mati kamu”.
“Ah, nggak ada apa apa Wil Aku lagi capek aja”.
“Oh aku pikir si gendut itu marahin kamu”.
“Kamu itu Wil, gendat gendut, ntar kalau Ibu Mila denger mati kamu”.
Hari itu aku sudah tidak konsentrasi
dalam pekerjaanku Aku hanya melamun dan memikirkan Ibu mertuaku, kasihan sekali
beliau harus dikuret sendirian, terbayang dengan jelas sekali wajah Ibu
mertuaku kekasihku, rasanya aku ingin terbang ke desa GL dan menemani Ibu
mertuaku, tapi apa daya Ibu mertuaku melarangku. Apalagi nanti sore aku harus
pergi dengan Ibu Mila, dan aku harus menceritakan kepadanya semua yang aku
alami dengan Ibu mertuaku, uh.. rasanya mau meledak dada ini
Aku berharap agar jam tidak usah
bergerak, namun detik demi detik terus berlalu dengan cepat, tanpa terasa sudah
jam setengah lima. Ya aku hanya bisa pasrah, mau tidak mau aku harus mencerikan
semua yang terjadi antara aku dengan Ibu mertuaku agar rahasiaku tetap aman.
“Kring.. “, kuangkat telepon di meja
kerjaku.
“Gimana? Sudah siap”, Tanya Ibu Mila. “Ya Bu saya siap”, “Ya sudah kamu jalan duluan tunggu Ibu di ATM BNI pemuda”.
“Gimana? Sudah siap”, Tanya Ibu Mila. “Ya Bu saya siap”, “Ya sudah kamu jalan duluan tunggu Ibu di ATM BNI pemuda”.
Ternyata Ibu Mila tidak ingin
kepergiannya denganku diketahui karyawan lain. Dengan menumpang mobil kawanku
Wilman, aku diantar sampai atm bni, dengan alasan aku mau mengambil uang, dan
akan pergi ketempat familiku, akhirnya wilman pun tidak jadi menunggu dan
mengantarkanku pulang seperti biasanya.
Kurang lebih lima belas menit aku
menunggu Ibu Mila, tapi yang ditunggu-tunggu belum datang juga, saat
kesabaranku hampir habis kulihat mobil Mercedes hitam milik Ibu Mila masuk ke
halaman dan parkir. Ibu Mila pun turun dari mobil dan berjalan kearah ATM.
“Hi.. Pento ngapain kamu disini?”,
sapa Ibu Mila.
Aku jadi bingung, namun Ibu Mila mengedipkan matanya, akupun mengerti maksud Ibu Mila, agar kami bersandiwara karena ada beberapa orang yang sedang antri mengambil uang.
Aku jadi bingung, namun Ibu Mila mengedipkan matanya, akupun mengerti maksud Ibu Mila, agar kami bersandiwara karena ada beberapa orang yang sedang antri mengambil uang.
“Oh nggak Bu, saya lagi nunggu temen
tapi kok belum datang juga”, sahutku.
Ibu Milapun bergabung antri di depan ATM.
“Gimana, temenmu belum datang juga?” Saat Ibu Mila keluar dari ruang ATM.
“Belum Bu”.
Ibu Milapun bergabung antri di depan ATM.
“Gimana, temenmu belum datang juga?” Saat Ibu Mila keluar dari ruang ATM.
“Belum Bu”.
“Ya sudah pulang bareng Ibu aja toh
kita kan searah”.
Aku pun berjalan kearah mobil Ibu Mila, aku duduk di depan disamping supir pribadi Ibu Mila sementara Ibu Mila sendiri duduk dibangku belakang.
“Ayo, Pak Bari kita pulang” “Iya Nya.. “, sahut Pak bari “Untung aku ketemu kamu disini Pento Padahal tadi aku sudah cari kamu dikantor kata teman temanmu kamu udah pulang”.
Aku pun berjalan kearah mobil Ibu Mila, aku duduk di depan disamping supir pribadi Ibu Mila sementara Ibu Mila sendiri duduk dibangku belakang.
“Ayo, Pak Bari kita pulang” “Iya Nya.. “, sahut Pak bari “Untung aku ketemu kamu disini Pento Padahal tadi aku sudah cari kamu dikantor kata teman temanmu kamu udah pulang”.
Uh.. batinku Ibu Mila mulai
bersandiwara lagi.
“Memangnya ada apa Ibu mencari saya?”.
“Mengenai proposal yang kamu bikin tadi siang baru sempat Ibu periksa sore tadi, ternyata ada beberapa kekurangan yang harus ditambahkan. Yah dari pada nunggu besok mendingan kamu selesaikan sebentar di rumah Ibu OK”.
“Memangnya ada apa Ibu mencari saya?”.
“Mengenai proposal yang kamu bikin tadi siang baru sempat Ibu periksa sore tadi, ternyata ada beberapa kekurangan yang harus ditambahkan. Yah dari pada nunggu besok mendingan kamu selesaikan sebentar di rumah Ibu OK”.
Aku hanya diam saja, pikiranku
benar-benar kacau saat itu, sampai sampai aku tidak tahu kalau aku sudah sampai
dirumah Ibu Mila.
“Ayo masuk”, ajak Ibu mia.
“Ayo masuk”, ajak Ibu mia.
Aku sungguh terkagum kagum melihat
rumah bossku yang sanggat besar dan megah. Aku dan Ibu Mila pun masuk
kerumahnya semakin kedalam aku semakin bertambah kagum melihat isi rumah Ibu
Mila yang begitu antik dan mewah.
“Selamat sore Nya”,
“Sore Yem, Oh ya.. yem ini ada anak buah ku dikantor, mau mengerjakan tugas yang harus diselesaikan hari ini juga tolong kamu antar dia ke kamar Bayu, biar Bapak Pento bekerja disana”.
“Baik Nya”.
Akupun diajak menuju kamar Bayu oleh Iyem pembantu di rumah Ibu Mila.
“Silakan Den, ini kamarnya”.
Akupun memasuki kamar yang ditunjuk oleh Iyem. Sebuah kamar yang besar dan mewah sekali. Langsung aku duduk di sofa yang ada di dalam kamar.
“Sore Yem, Oh ya.. yem ini ada anak buah ku dikantor, mau mengerjakan tugas yang harus diselesaikan hari ini juga tolong kamu antar dia ke kamar Bayu, biar Bapak Pento bekerja disana”.
“Baik Nya”.
Akupun diajak menuju kamar Bayu oleh Iyem pembantu di rumah Ibu Mila.
“Silakan Den, ini kamarnya”.
Akupun memasuki kamar yang ditunjuk oleh Iyem. Sebuah kamar yang besar dan mewah sekali. Langsung aku duduk di sofa yang ada di dalam kamar.
“Kring.. , kring.. “, kuangkat
telepon yang menempel di dinding.
“Hallo, Pento, itu kamar anakku, sekarang ini anakku sedang kuliah di US, kamu mandi dan pakai saja pakaian anakku, biar baju kerjamu tidak kusut”.
“Oh.. iya Bu terimakasih”.
Langsung aku menuju kamar mandi, membersihkan seluruh tubuhku denga air hangat, setelah selesai akupun membuka lemari pakian yang sangat besar sekali dan memilih baju dan celana pendek yang pas denganku.
“Hallo, Pento, itu kamar anakku, sekarang ini anakku sedang kuliah di US, kamu mandi dan pakai saja pakaian anakku, biar baju kerjamu tidak kusut”.
“Oh.. iya Bu terimakasih”.
Langsung aku menuju kamar mandi, membersihkan seluruh tubuhku denga air hangat, setelah selesai akupun membuka lemari pakian yang sangat besar sekali dan memilih baju dan celana pendek yang pas denganku.
Sudah hampir jam tujuh malam tapi
Ibu Mila belum muncul juga, yang ada malah Iyem yang datang mengantarkan makan
malam untukku. Saat aku sedang asyik menikmati makan malamku, pintu kamar
terbuka dan kulihat ternyata Ibu Mila yang masuk, aku benar benar terpana
melihat pakaian yang dikenakan oleh Ibu Mila tipis sekali. Setelah mengunci
pintu kamar Ibu Mila datang menghampiri dan ikut duduk di sofa. Sambil terus
melahap makananku aku memandangi tubuh Ibu Mila, walaupun gendut tapi Ibu Mila
tetap cantik.
Setelah beberapa saat aku
menghabiskan makananku Ibu Mila berkata kepadaku, “Sekarang, kamu harus
menceritakan semua peristiwa yang kamu alami dengan Ibu Mertuamu, Ibu mau
dengar semuanya, dan lepas semua pakaian yang kamu kenakan”.
“Tapi Bu”, protesku.
“Tapi Bu”, protesku.
“Pento, kamu mau istrimu tahu, bahwa
suaminya ada affair dengan ibunya bahkan sekarang ini Ibu kandung istrimu
sedang mengandung anakmu”.
Aku benar benar sudah tidak punya pilihan lagi, kulepas kaos yang kukenakan, kulepas juga celana pendek berikut cd ku, aku telanjang bulat sudah. Karena malu kututup kontolku dengan kedua tanganku.
Aku benar benar sudah tidak punya pilihan lagi, kulepas kaos yang kukenakan, kulepas juga celana pendek berikut cd ku, aku telanjang bulat sudah. Karena malu kututup kontolku dengan kedua tanganku.
“Sial!”, makiku dalam hati, aku
benar benar dilecehkan oleh Ibu Mila saat itu.
“Lepas tanganmu Ibu mau lihat seberapa besar kontolmu”, bentak Ibu Mila.
“Mm.. , lumayan juga kontolmu”.
“Lepas tanganmu Ibu mau lihat seberapa besar kontolmu”, bentak Ibu Mila.
“Mm.. , lumayan juga kontolmu”.
Malu sekali aku mendengar komentar
Ibu Mila tentang ukuran kontolku, yang ukurannya hanya standar Indonesia.
“Nah, sekarang ceritakan semuanya”.
“Nah, sekarang ceritakan semuanya”.
Dengan perasaan malu, akupun
menceritakan semua kejadian yang aku alami bersama Ibu Mertuaku, mau tidak mau
burungkupun bangun dan tegak berdiri, karena aku menceritakan secara detail apa
yang aku alami. Kulihat Ibu Mila mendengarkan dan menikmati ceritaku, sesekali
Ibu Mila menarik napas panjang. Tiba tiba Ibu Mila bangkit berdiri dan
melepaskan seluruh pakaian yang dia kenakan, aku terdiam dan terpana
menyaksikan tubuh gendut orang paling berpengaruh dikantorku, sekarang sudah
telanjang bulat dihadapanku. Walaupun banyak lemak disana sini namun pancaran
kemulusan tubuh Ibu Mila membuat jakunku turun naik.
“Kenapa diam, ayo lanjutkan
ceritamu”, bentaknya lagi.
“Baik Bu”, akupun melanjutkan ceritaku kembali, namun aku sudah tidak konsentrasi lagi dengan ceritaku, apalagi saat Ibu Mila menghampiri dan membuka kakiku kemudian mengelus elus dan mengocok ngocok kontolku, aku sudah tidak fokus lagi pada ceritaku.
“Ahh.. “, jeritku tertahan saat mulut Ibu Mila mulai mengulum kontolku.
“Ahh.. Bu.. , nikmat sekali”.
“Baik Bu”, akupun melanjutkan ceritaku kembali, namun aku sudah tidak konsentrasi lagi dengan ceritaku, apalagi saat Ibu Mila menghampiri dan membuka kakiku kemudian mengelus elus dan mengocok ngocok kontolku, aku sudah tidak fokus lagi pada ceritaku.
“Ahh.. “, jeritku tertahan saat mulut Ibu Mila mulai mengulum kontolku.
“Ahh.. Bu.. , nikmat sekali”.
Kuangkat kepala Ibu Mila, kamipun
berciuman dengan liarnya, kupeluk tubuh gendut bossku.
“Bu.. kita pindah keranjang saja”, pintaku,
Sambil terus berpelukan dan berciuman kami berdua berjalan menuju ranjang. Kurebahkan tubuh Ibu Mila, ku lumat kembali bibirnya, kami berdua bergulingan diatas pembaringan, saling merangsang birahi kami.
“Bu.. kita pindah keranjang saja”, pintaku,
Sambil terus berpelukan dan berciuman kami berdua berjalan menuju ranjang. Kurebahkan tubuh Ibu Mila, ku lumat kembali bibirnya, kami berdua bergulingan diatas pembaringan, saling merangsang birahi kami.
“Ahh.. “, Jerit Ibu Mila saat
mulutku mulai mencium dan menjilati teteknya.
“Uhh Pento.. enak.. sayang”.
“Uhh Pento.. enak.. sayang”.
Ketelusuri tubuh Ibu Mila dan
jilatan lidahkupun menuju memek Ibu Mila yang licin tanpa sehelai rambutpun.
Kuhisap memek Ibu Mila dan kujilati seluruh lendir yang keluar dari memeknya.
Banjir sekali Mungkin karena Ibu Mila sudah sangat terangsang mendengar
ceritaku.
“Ahh”, jerit Ibu Mila saat dua
jariku masuk ke lubang surganya, dan tanganku yang satu lagi meremas-remas
teteknya.
Aku berharap agar orang yang telah
melecehkanku ini cepat mencapai orgasmenya, aku makin beringas lidahku terus
menjilati memek Ibu Mila yang sedang dikocok kocok dua jari tanganku. Usahaku
berhasil, Ibu Mila memohon agar aku segera memasukan kontolku le lubang
memeknya, tapi aku tidak mengindahkan keinginannya, kupercepat kocokan jari
tanganku dilubang memek Ibu Mila, tubuh Ibu Milapun makin menegang.
“Aaarrgghh.. Pento”, jerit Ibu Mila tubuhnya melenting, kakinya menjepit kepalaku saat badai orgasme melanda dirinya,
“Aaarrgghh.. Pento”, jerit Ibu Mila tubuhnya melenting, kakinya menjepit kepalaku saat badai orgasme melanda dirinya,
Aku puas sekali melihat kondisi Ibu
Mila, seperti orang yang kehabisan napas, matanya terpejam, kubiarkan Ibu Mila
menikmati sisa sisa orgasmenya. Kucumbu kembali Ibu Mila kujilati teteknya,
kumasukan lagi dua jariku kedalam memek nya yang sudah sangat basah.
“Ampun.. Pento.. biarkan Ibu
istirahat dulu”, pintanya.
Aku tidak memperdulikan permintaannya, kubalik tubuh telentangnya, tubuh Ibu Mila tengkurap kini.
Aku tidak memperdulikan permintaannya, kubalik tubuh telentangnya, tubuh Ibu Mila tengkurap kini.
“Jangan.. dulu Pen.. too.. Ibu lemas
sekali”.
Aku angkat tubuh tengkurapnya, Ibu Mila pasrah dalam posisi nungging. Matanya masih terpejam. Kugesek gesekan kontolku kelubang memek Ibu Mila. Kutekan dengan keras dan.. Blesss masuk semua batang kontolku tertelan lubang nikmat memek Ibu Mila.
“Iiihh.. Pen.. to.. kamu.. jahat”.
Aku angkat tubuh tengkurapnya, Ibu Mila pasrah dalam posisi nungging. Matanya masih terpejam. Kugesek gesekan kontolku kelubang memek Ibu Mila. Kutekan dengan keras dan.. Blesss masuk semua batang kontolku tertelan lubang nikmat memek Ibu Mila.
“Iiihh.. Pen.. to.. kamu.. jahat”.
Akupun mulai mengeluar masukan
kontolku ke lubang memek Ibu Mila, orang yang paling di takuti dikantorku
sekarang ini sedang bertekuk lutut di hadapanku, merintih rintih mendesah
desah, bahkan memohon mohon padaku. Aku puas sekali, kupompa dengan cepat
keluar masuknya kontoku di lubang memek Ibu Mila, bunyi plak.. plak.. akibat
beradunya pantat Ibu Mila dengan tubuhku menambah nikmat persetubuhkanku.
“Uhh.. “, jeritku saat kontolku
mulai berdenyut denyut.
Akupun sudah tidak sanggup lagi menahan bobolnya benteng pertahananku. Kupompa dengan cepat kontolku, Ibu Milapun makin belingsatan kepalanya bergerak kekiri dan kekanan.
Akupun sudah tidak sanggup lagi menahan bobolnya benteng pertahananku. Kupompa dengan cepat kontolku, Ibu Milapun makin belingsatan kepalanya bergerak kekiri dan kekanan.
“Ahh Ibu.. aku mau.. keluar.. “.
Dan cret.. cret, muncrat sudah spermaku masuk kedalam Memek dan rahim Ibu Mila, beberapa detik kemudian Ibu Mila pun menyusul mendapatkan orgasmenya, dengan satu teriakan yang keras sekali, Ibu Mila tidak peduli apakah Iyem pembantunya mendengar jeritannya diluar sana.
Dan cret.. cret, muncrat sudah spermaku masuk kedalam Memek dan rahim Ibu Mila, beberapa detik kemudian Ibu Mila pun menyusul mendapatkan orgasmenya, dengan satu teriakan yang keras sekali, Ibu Mila tidak peduli apakah Iyem pembantunya mendengar jeritannya diluar sana.
Ibu Mila rebah tengkurap, akupan
rebah di belakangnya sambil terus memeluk tubuh gendut Ibu Mila. Nikmat
sekali.. , Orgasme yang baru saja kami raih bersamaan, kulihat Ibu Mila sudah
lelap tertidur, dari celah belahan memek Ibu Mila, air manyku masih mengalir,
aku benar benar puas karena orang yang telah melecehkanku sudah kubuat KO.
Kuciumi kembali tubuh Ibu Mila, kontolkupun tegak kembali, ku balik tubuh Ibu
Mila agar telentang, kuangkat dan kukangkangi kakinya. Kugesek-gesekan kontolku
di lubang memek Ibu Mila.
“Uhh Pento.. Ibu lelah sekali
sayang”, Lirih sekali suara Ibu Mila.
Aku sudah tidak peduli, langsung
kutancapkan kontolku ke lubang nikmat Ibu Mila, Bless.. Licin sekali, kupompa
keluar masuk kontolku, tubuh Ibu Mila terguncang guncang akibat kerasnya
sodokan keluar masuk kontolku, rasanya saat itu aku seperti bersetubuh dengan
mayat, tanpa perlawanan Ibu Mila hanya memejamkan matanya. Kukocok dengan cepat
dan keras keluar masuknya kontolku di lubang memek Ibu Mila.. , dan langsung ku
cabut kontolku dan kumuncratkan air maniku diatas perut Ibu Mila.
Karena lelah akupun tertidur
sisamping tubuh telanjang Ibu Mila, sambil kupeluk tubuhnya, saat aku terbangun
kulihat jarum jam sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam, buru buru aku
bergegas membersihkan tubuhku dan mengenakan pakaian kerjaku.
“Bu.. Bu.. Mila bangun Bu.. “.
Akhirnya dengan malas Ibu Mila membuka matanya.
“Sudah malam Bu saya mau pulang”.
“Pento kamu liar sekali, rasanya tubuh Ibu seperti tidak bertulang lagi”.
Ibu Milapun bangkit mengenakan pakaiannya, kami berdua berjalan keluar kamar.
“Tunggu sebentar ya Pento, kemudian Ibu Mila masuk kekamarnya, beberapa saat kemudian Ibu Mila keluar dari kamarnya dengan senyumnya yang menawan.
“Ini untuk kamu”.
Akhirnya dengan malas Ibu Mila membuka matanya.
“Sudah malam Bu saya mau pulang”.
“Pento kamu liar sekali, rasanya tubuh Ibu seperti tidak bertulang lagi”.
Ibu Milapun bangkit mengenakan pakaiannya, kami berdua berjalan keluar kamar.
“Tunggu sebentar ya Pento, kemudian Ibu Mila masuk kekamarnya, beberapa saat kemudian Ibu Mila keluar dari kamarnya dengan senyumnya yang menawan.
“Ini untuk kamu”.
“Apa ini Bu?”, Tanyaku, saat Ibu
Mila menyodorkan sebuah amplop kepadaku.
Aku menolak pemberian Ibu Mila, namun Ibu Mila terus memaksaku untuk menerimanya. Terrpaksa kukantongi amplop yang diberikan Ibu Mila lalu kembali kami berciuman dengan mesranya.
Aku menolak pemberian Ibu Mila, namun Ibu Mila terus memaksaku untuk menerimanya. Terrpaksa kukantongi amplop yang diberikan Ibu Mila lalu kembali kami berciuman dengan mesranya.
Dalam perjalanan pulang aku masih
tidak menyangka bahwa aku baru saja bersetubuh dengan Ibu Mila. Entah nasib
baik ataukah nasib buruk tapi aku benar benar menikmatinya.
0 komentar :
Posting Komentar