Disaat banyak perempuan kesulitan mencapai orgasme, seorang gadis
justru merasa tersiksa karena mengalami penyakit tidak bisa berhenti orgasme.
Kisah nyata ini dialami oleh seorang perempuan Amerika yang memiliki penyakit
Persistent Genital Arousal Disorder (PGAD). Penyakit ini mengakibatkan
seseorang tidak bisa berhenti orgasme dan menahan rangsangan orgasme, bahkan di
saat kondisi non-seksual sekalipun. Dikutip dari Boingboing, perempuan Amerika
yang dirahasiakan namanya, menceritakan kisah dan penderitaannya mengidap
penyakit PGAD.
“Saya melakukan orgasme
pertama kali saat berumur 17 tahun. Ketika itu saya sedang duduk di bangku
sekolah, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang hangat dan merangsang bagian
kewanitaan saya. Rasanya seperti ada seseorang yang meremas bagian itu dan
saya
pun mulai terangsang,” ujar wanita itu.
I had my first orgasm at
the age of 17. I was sitting at my desk at school when all of a sudden, I felt
a warm, pulsing feeling in my genital area. My ****** flared up and I couldn’t
think straight. It was like someone had squeegeed my thoughts away. I was like,
whoa, what’s that? It felt really erotic and good, but I was also freaked out,
scared, and confused. After that, it started happening a few times a day. I
searched online for spontaneous orgasms, but all I found was weird porn.
It kept getting worse. During my second semester of senior year, I counted orgasms on a sheet of paper. I was having 100 and 200 a day. I ran to hide in the bathroom between classes to relieve the pressure.
It kept getting worse. During my second semester of senior year, I counted orgasms on a sheet of paper. I was having 100 and 200 a day. I ran to hide in the bathroom between classes to relieve the pressure.
Ia mengatakan bahwa
rangsangan itu membuatnya nyaman dan senang tapi juga takut dan bingung.
Rangsangan orgasme spontan itu pun dialaminya beberapa kali dalam sehari dan
lama kelamaan semakin parah. “Menjelang semester ke-2 saya kuliah, saya coba
menghitung dan mencatat di selembar kertas berapa kali orgasme yang saya lakukan.
Dan ternyata saya melakukannya 100 hingga 200 kali setiap harinya.
Ketika
rangsangan itu muncul, saya selalu lari dan sembunyi di kamar mandi untuk
melakukan hal itu dan menenangkan diri,” tuturnya.
Orgasme yang ia rasakan membuatnya sangat depresi dan tidak bisa konsentrasi.
“Saya tidak tahu apa yang salah dengan saya. Saya sering menangis, sembunyi di
kamar mandi dan menjadi sangat protektif terhadap privasi sendiri,” imbuhnya.
Ketika ia mencoba menjelaskan pada orang lain tentang kondisinya, mereka justru
mengolok-oloknya dan mengatakan, ‘Kamu sangat beruntung, saya mau kencan
denganmu’.
Bahkan seorang psikiater di kampus menganggapnya gila. Akhirnya
ketika tingkat 2, ia memutuskan membeli alat vibrator dan mengonsumsi obat
penenang.
Suatu hari pada tahun 2003, sang perempuan menemukan sebuah artikel dari the
Boston Globe tentang penemuan sebuah penyakit yang disebut dengan Persistent
Sexual Arousal Syndrome (PSAS). “Ketika saya membacanya, saya menangis histeris
karena gejala yang disebutkan sama dengan yang saya alami. Saya pun langsung
membuat janji bertemu dengan institusi yang memuat artikel itu,” tuturnya.
Awalnya para dokter menganggapnya mengidap penyakit Delusional Hypochondriac
atau halusinasi berlebihan. Namun setelah dilakukan tes, ternyata ia memang
benar-benar mengidap PSAS atau PGAD.
Penyakit ini sering disebut juga sebagai penyakit hipersensitif pada bagian
kemaluan. Ada yang mengatakan bahwa penyakit ini diakibatkan karena infeksi
jamur pada organ kewanitaan, ada juga yang mengatakan penyakit ini berhubungan
dengan masalah psikologi, namun belum ada bukti cukup tentang hal itu.
“Memiliki penyakit ini bagaikan memiliki detak jantung tambahan di bagian
bawah.
Dorongan dari bawah itu akan naik ke otak dan mengganggu pikiran.
Mungkin ini yang dirasakan pria-pria saat terjadi ereksi,” ujarnya.
Tak hanya menderita karena penyakitnya itu, sang gadis pun harus menanggung
beban mental karena orang tuanya tidak mau mengerti dengan keadaannya. “Ibu
saya sangat kolot. Ia paling tidak suka mendengar kata orgasme, bahkan ia
menganggap saya kotor karena menemukan beberapa vibrator di kamar saya. Ia
tidak mau mengerti keadaan saya,” jelasnya.
PSAS adalah penyakit gangguan seksual yang sangat kompleks. Ia tidak hanya
muncul ketika menonton film porno atau melihat sesuatu yang merangsang. Tapi ia
bisa muncul kapan saja, bahkan dalam kondisi biasa-biasa saja. “Melihat film
porno tidak membuat saya terangsang, tapi ketika seseorang menepuk bahu,
hasrat
itu justru muncul.
Saya tidak bisa memprediksi kapan hasrat itu muncul. Untuk
mengatasinya, saya menghindari olahraga dan menambah berat badan karena kata
orang bisa mengurangi hasrat seksual,” ujarnya.
Harus kasih selamat atau malah kasihan ya,,,,hahhahaahaha bingung juga...apa ga kopong itu dengkul ya....
sumber : vivanews.com
0 komentar :
Posting Komentar