Aku masih ingat siang itu mendadak harus ke Surabaya,
karena ada beberapa surat penting yang harus kubawa maka aku mampir dulu
kerumah dalam perjalanan ke Cengkareng. Sesampaiku dirumah, kulihat pintu depan
tertutup, kupejet bel berkali kali barulah muncul Tutut pembantu rumahku.
Dengan sedikit mengomel aku segera masuk, ketika aku berjalan menuju kamarku,
kudengar suara orang berbicara dihalaman belakang dekat kolam renang, ketika
kuhampiri rupanya isteriku ada disitu dengan Yuni temannya serta seorang anak
muda yang tampan sekali dengan tubuh yang kurus tinggi. Dalam hati aku
terkesiap, karena aku tahu bahwa cowok seperti itulah idola isteriku, disamping
aku juga agak heran karena tak biasanya isteriku menemui tamunya dengan hanya
memakai duster saja pada jam seperti ini, sedangkan Yuni memakai baju renang.
Ketika kusapa mereka semua kelihatannya biasa saja, malahan aku sempat
dikenalkan dengan Boy anak muda itu yang katanya keponakan Yuni. Dari
jabatannya yang panas, aku yakin kalau anak muda ini baru melakukan sesuatu
yang membutuhkan banyak energi, tetapi aku masih ragu ragu memikirkan apakah
dia baru main dengan isteriku. Aku benar benar ingin tahu jawabnya, maka aku
langsung masuk kekamarku dan memeriksa tempat tidur, sesuatu yang tidak
biasanya aku lakukan. Benar saja kulihat diatas tempat tidurku ada bekas cairan
basah yang aku yakini pasti itu sperma dan lendir kepuasan yang keluar dari
nonok Novie, ketika aku masuk kekamar mandi, kulihat celana dalam Novie
tergeletak dilantai. Barulah aku yakin kalau isteriku tadi ini main dengan Boy,
aku jadi terangsang sendiri membayangkan isteriku main dengan anak muda seperti
itu, apakah dia bisa puas, dan apakah Yuni juga ikut main ? Setelah menenangkan
debaran jantungku, aku memencet interkom dan meminta isteriku untuk masuk
kekakamr. Novie mendatangiku dengan riang tanpa perasaan apa apa, ia mengira
kalau aku membutuhkan sesuatu.
Memang benar aku butuh sesuatu, begitu
Novie disampingku, aku langsung memeluknya dan menciumnya, Novie juga dengan
antusias membalas ciumanku itu ” Nov, aku mesti ke Surabaya, ayo kita main dulu
ya, aku lagi kepengen nich ” Novie tertawa sambil memukul dadaku “Lalu
bagaimana dengan tamunya, masak dibiarkan saja diluar ” Aku tak menjawab
malahan aku sengaja memasukkan tanganku kedalam dusternya dan meremas
pantatnya, benar seperti dugaanku, Novie tak memakai celana dalam. Kuremas
remas pantatnya ” biarin saja mereka menunggu, kan mestinya mengerti kalau kamu
lagi repot” Novie cekikikan, tetapi ia menyambar interkom dan memberitahu Yuni supaya
menunggu karena dia lagi repot denganku. Aku sendiri sibuk menyingkapkan duster
Novie untuk melihat nonoknya, benar benar hebat…. rupanya Novie belum sempat
membersihkan nonoknya itu. Karena meskipun kelihatannya bersih, tetapi dimata
akhli seperti aku, aku yakin kalau nonoknya habis dipakai dan belum
dibersihkan. Kalau tokh dibersihkan paling juga cuma dijilati sampai kering
seperti hobby Novie selama ini. Aku merasakan asin ketika liang nonok Novie
kujilat. Tak mau menunggu lama aku segera mencopot celanaku dan mengeluarkan
******ku, Novie langsung menungging karena dia tahu kalau lagi tergesa gesa
maka aku paling senang main dengan menungging ini. Ketika ******ku sudah amblas
seluruhnya, barulah aku bicara ” Nov, kamu barusan main dengan Boy ya, aku tahu
lho” Novie hanya tertawa, “idih Papa sok tahu aja ” Aku bilang lagi, “nggak apa
apa deh, tetapi bagaimana, mainnya pinter mana sama aku ? Novie menjawab sambil
tetap menggoyang goyangkan pantatnya, “kalau rasanya sih enak punya Papa,
tetapi karena petualangan jadi ya kerasa juga enaknya ” “Lalu Yuni apa kamu
ajak juga ?” “Enggak, Yuni cuman nunggu didepan, malu ach !” “Bagaimana kalau
sekarang kita panggil Yuni buat nemenin kita ?” Belum sempat Novie menjawab aku
sudah menyambar intercom dan memanggil Yuni agar masuk kekamarku. Novie menolak
sambil tertawa tawa, tetapi aku diam saja, ketika kudengar langkah Yuni
memasuki kamarku aku justru mempercepat genjotanku keliang nonok Novie…… Yuni
berteriak lirih ketika melihat aku yang hanya melepas celana panjangku sedang
menyodok pantat Novie yang cuman menaikkan dusternya itu, ia menutup mulutnya
dengan tangan sebagai ungkapan kekagetannya, tapi itu tak lama, karena ia
segera tertawa lirih melihat kelakuan kami itu. Aku mencabut ******ku dari
liang nonok Novie, aku langsung mendatangi Yuni dan melucuti baju renangnya,
Yuni mencoba untuk berontak karena memang selama ini aku tak pernah “main main”
dengan Yuni meskipun hubungan kami sangat akrab dan sepertinya tak ada rahasia
diantara kami. Tapi kali ini aku benar benar ingin main bertiga, aku, Novie dan
Yuni, karena Yuni terus berontak maka aku peluk dia sehingga ******ku yang gede
dan ngaceng itu menempel dipantatnya. Ketika aku berhasil melepaskan pakaian
renangnya, Yuni lari kearah Novie yang tenang tenang saja duduk disofa sambil
tertawa, aku segera mendekati Yuni dan langsung kusodorkan ******ku kemulut
Yuni, dengan ragu ragu Yuni menoleh kearah Novie. Ketika dilihatnya Novie hanya
tersenyum barulah Yuni mengangakan mulutnya dan memasukkan ******ku kedalam mulutnya.
Ketika kucoba mendorong ******ku lebih masuk kemulut Yuni, Yuni mendadak
terbatuk batuk, rupanya ia tak terbiasa dengan ****** sebesar punyaku. Ia
memuntahkan ******ku sehingga membuat ******ku jadi mengangguk angguk tanpa
musuh. Aku langsung merubah sasaran, kutelentangkan Yuni yang badannya montok
itu diatas tempat tidur dan kurentangkan kakinya lebar lebar. Kini dihadapanku
tubuh Yuni sudah tergolek pasrah siap untuk disetubuhi, tubuh putih mulus itu
tampak sangat merangsang dengan susu yang padat, sementara putingnya tampak
merah kecoklatan dan sudah berdiri tegak mengacung keatas pertanda Yuni sudah
cukup terangsang, jembutnya tampak tumbuh dengan suburnya menutupi nonoknya
yang tampak sudah mengeluarkan lendir birahi yang cukup banyak. Dengan posisi
menjongkok kutuntun ******ku keliang nonok Yuni yang merekah ungu kehitaman
itu, Yuni memejamkan matanya, bahkan isteriku sempat berkata agar aku hati
hati. Benar saja begitu masuk ujungnya dan kucoba kutekan agar ambles, maka
Yuni merintih dan ******ku macet nggak bisa masuk. Ternyata nonok Yuni sempit
sekali, tanpa banyak omong kucabut ******ku dan langsung kudekatkan mulutku
keliang nonok Yuni dan mulai menjilati nonok Yuni, sekali geseran lidahku
menyentuh itil Yuni, Yuni langsung terpekik. Dua tiga kali kuselusupkan lidahku
kedalam liangnya, Yuni sudah basah kuyup. Dengan puas, aku kembali mengarahkan
******ku keliang nonok Yuni, tetapi sebelumnya kusuruh Novie mengulum ******ku
agar lebih basah lagi. Karena meskipun nonok Yuni sudah basah dan licin, tetapi
aku masih khawatir kalau tidak bisa masuk seluruhnya. Setelah ujung ******ku
berlumur liur Novie, barulah ujung ******ku kutekankan ke liang nonok Yuni,
begitu kurasakan ujungnya sudah terjepit bibir nonok Yuni, langsung kusentak
dan ..kali ini ******ku berhasil menembus liang Yuni dan menyentuh dasar
kemaluan Yuni. Dengan hunjaman hujaman yang cepat aku memompakan ******ku ke
liang kemaluan Yuni yang berpasir dan seret sekali itu, Yuni sama sekali tak
bereaksi, mungkin dia agak sungkan pada isteriku kalau dia kelihatan menikmati
persetubuhannya denganku itu. Aku tak perduli, yang penting saat itu nafsuku
betul betul menggelora, kugigit buah dada Yuni yang mengkal itu, Yuni hanya
menggeliat dan mendesah. Ketika aku merasa kalau air maniku sudah terkumpul
diujung ******ku dan segera akan muncrat, aku menancapkan ******ku dalam dalam
dan kubiarkan saja tertanam disitu . Yuni juga diam saja ketika kucium bibirnya
dan saat itulah kumuntahkan air maniku kedalam liang nonok Yuni. Aku tahu kalau
Yuni belum mencapai kepuasannya, tetapi aku pura pura acuh saja, bahkan Yuni
secara demonstratif mendorong tubuhku. Aku tersenyum kepadanya dan memandang
isteriku yang masih duduk di tepi tempat tidur, “Bagaimana Yun, puas ? tanya
isteriku pada Yuni, Yuni hanya menyeringai dan melirik padaku dengan ujung
matanya. Aku menjawab enteng, “Mana bisa Yuni puas, habis kamu nungguin sih,
entar kalau mau puas kapan kapan kita nginap di pulau bertiga saja, nah pasti
kamu semua akan jadi puas ! Tanpa menunggu jawaban dari mereka, aku langsung
memakai pakaianku, mengambil dokumen yang kubutuhkan dan langsung ke
Cengkareng. Sejak saat itu aku dan isteriku bisa bertambah fair dalam masalah
seks, meskipun boleh dikata aku tak pernah melihat isteriku memasukkan pria,
tetapi aku seringkali mengajak teman isteriku untuk berkencan dengan
sepengetahuan isteriku sendiri. Dan aku sendiri tahu kalau isteriku seringkali
juga main dengan pria lain, pasti dia suatu kali juga pernah menemukan pria
yang lebih hebat dariku, tetapi untunglah bahwa kami tetap kompak untuk
menikmatinya tanpa rasa marah atau sakit hati.
0 komentar :
Posting Komentar