Dan
disinilah Vani, menunggu Rolland yang masih dalam perjalanan. Orang-orang
melihat seorang cewek cukup tinggi, berambut pendek warna brunette turun dari
taxy, mengenakan kemeja terusan warna khaki. Belt coklat besar menghiasi
pinggangnya, dan boot pendek yang sewarna dengan belt-nya menutup kakinya.
Kemejanya
yang tidak terkancing 2 kancing atasnya menunjukkan belahan toked putih Vani
yang membusung. Vani masuk ke café **** dan langsung pesan minuman, lalu duduk
manis di pojok café. Para karyawan & pengunjung café memandang cewek yang
duduk di pojok begitu jutek dan dingin, sehingga tidak ada yang mengganggu.
Padahal, situasi diri Vani bertolak belakang dengan tampilan luarnya.
Jantungnya berdebar kencang dan nafasnya agak tidak beraturan, akibat nafsu
birahi yang menggelora sejak siang tadi. Mengapa si lonte ini belum-belum sudah
horny habis seperti ini? Silakan baca runtutan peristiwa hari kemarinnya dan 2
jam sebelumnya di sini.
“Sialan
Rolland lama banget sih. Gue jadi makin deg-degan jadinya. Aduuhh..mana memek
gue berkedut-kedut terus. Makin basah deh…” runtuk Vani dalam hati tak berdaya
mengekang nafsu birahinya. Padahal Rolland cuma terlambat sekitar 5 menitan.
Vani berupaya mengalihkan perhatiannya dengan mengecek status FBnya di HP.
Tiba-tiba ada seseorang sudah berada di samping Vani dan langsung menyapa “Hai
Van. Sory agak telat ya” sapa Rolland. Agak kaget Vani mendongak ke samping,
dan dengan senangnya bangkit untuk memeluk dan mengecup ringan pipi cowok
tersebut. “Ih tambah gemuk aja lo” ujar Vani genit. Rolland memang berperawakan
agak gemuk. Keliatannya, kerjaannya yang di belakang meja, memanjakan perut dan
tubuhnya.
Mereka
langsung beranjak pergi menuju tempat mobil Rolland di parkir. Rolland melirik
ke arah Vani yang menggelayut manja di lengannya. Karena Vani sekepala lebih
rendah dari Rolland, dengan mudah Rolland melihat ke belahan toked Vani yang
menantang. “Ehm, keliatannya lo ngikutin request gue nih” kata Rolland dengan
seringai nakal. “hu-uh.. Iya, gue ga pake BeHa” rajuk Vani manja dan agak
tersipu. Rolland terkekeh puas. Akibat tidak memakai BeHa pulalah, nafsu Vani
semakin tak tertahannkan. Rasa khawatir orang-orang bakal tahu kalo tokednya
cuma ditutupi sehelai kain tipis kemejanya, dan gesekan halus bahan kemeja pada
putingnya, membuat puting Vani menegang horny.
Mobil
Rolland di parkir di basement yang sepi. Tak ada petugas parkir yang
berkeliaran seperti halnya di mall-mall besar. Begitu Vani masuk dan duduk di
sebelah Rolland, Rolland langsung meraih kepala Vani, dan melumat bibir sensual
Vani dengan penuh nafsu. Vani meladeni ciuman Rolland dengan nafsu yang tak
kalah hebatnya. Hampir semenit kedua insan penuh birahi ini saling melumat
bibir, memainkan lidah di mulut pasangannya dan diselingi gigitan kecil di
bibir bawah. Nafas Vani semakin memburu dan jantungnya berdebar makin kencang,
ketika tangan kanan Rolland dengan bebasnya masuk ke balik kemejanya dan
merengkuh toked sebelah kirinya dengan ganas. “Uuuugggnnnnnnn…” desah Vani
refleks keluar begitu merasakan tokednya diremas-remas oleh Rolland. Tubuh Vani
jadi menggelinjang kecil ketika putingnya dijepit kuat oleh jari Rolland, dan
dipilin-pilin.
Tidak
peduli mereka sedang di tempat umum, Rolland membuka 2 kancing lagi dari kemeja
Vani dan menyibakkannya ke samping. Kedua buah melon segar berwarna putih
muncul ke permukaan, menantang pandangan Rolland. Puting Vani yang besar sudah
mengacung tegak sebagai indikator empunya sedang dilanda libido tinggi. Mata
Rolland melotot demi melihat sepasang toked yang besar dan indah tersebut.
“Gila, makin gede aja toked lo Van. Cowok lo pasti rajin nggarap toked lo ya”
ujar Rolland tersengal-sengal penuh nafsu. Vani bersemu merah dan tidak sempat
menyelesaikan jawaban karena kedua tangan Rolland langsung maju dan meremas
kedua tokednya kuat-kuat. “Gitu ddee…hmmppffffffff..sssshhhh..” desah Vani
lebih erotis lagi. Sambil jari-jarinya memutar-mutar bongkahan toked Vani dan
memilin-milin putingnya, Rolland berkata “Buka paha lo Bel, gue pengen lihat lo
pegang janji ga”. Sambil tetap mendesah-desah menahan kenikmatan di dadanya,
kedua tangan Vani bergerak untuk melepaskan 2 kancing terbawah kemeja
terusannya, kemudian menyibakkannya ke samping. Rolland dengan jelas melihat
gundukan montok memek Vani yang berjembi tipis di puncak belahan memek itu.
“Hehehe..
pasti lo horny habis disepanjang jalan karena ga pake BeHa dan CD ya Van” kekeh
Rolland penuh kemenangan. “Buka paha lo” perintah Rolland sambil tangannya
membuka paha putih mulus Vani. Jemari Rolland langsung meremas kedua bongkah
bakpao montok tersebut. “Aiieehhh…..Ahhhhh…” pekik Vani kaget. Dari
selangkangannya seolah ada kejutan listrik yang langsung bergerak menyebar ke
seluruh tubuhnya. Apalagi Rolland tidak berhenti sampai meremas-remas saja,
jari tengahnya langsung menyelusup masuk ke belahan bibir memek Vani dan
langsung dikocok. “Ahhh.. ahhhh… sssshhhhhh…. “ Vani menggeliat-geliat
keenakan, karena memeknya yang sudah gatal dari 2 jam yang lalu mendapat
pemuasannya dengan garukan-garukan cepat jari Rolland.
“Busett..
udah banjir memek lo Van. Jiwa lonte lo jadi makin parah saja” seringai mesum
Rolland menghiasi wajahnya. Jari tengah Rolland makin cepat mengocok memek
Vani. Vani meremas kuat bahu Rolland dan kepalanya menggeleng-geleng resah
“Auhh.. ahhh.. Landd… chukup L..aannd… Jhang..jangan di sini dhonng…aahhhh…”
rengek Vani tengsin campur horny, karena takut ke-gap satpam. Rolland
menghentikan kocokannya dan mengeluarkan jari tengahnya dari memek Vani. Sambil
menjilati jari tengahnya yang basah oleh cairan memek Vani tersebut, Rolland
berkata “Hehe gue setuju. Gue juga udah ga tahan ngenthotin lo Van. Gue udah
book kamar di hotel depan situ”. Rolland menghidupkan mesin dan mulai bergerak
meninggalkan parkir Plaza, sementara Vani memperbaiki kondisi pakaiannya yang
terbuka dimana-mana.
Memasuki
parkiran hotel M*******a, kedua nafsu manusia ini hampir tidak tertahankan.
Ketika Rolland menuju meja resepsionis untuk mengambil kunci kamar, Vani yang
menunggu di sofa mendengar HPnya berdering. “”wah Angel. Gue angkat ga ya?”
pikir Vani. Tapi ada naluri yang memaksa Vani untuk mengangkat telepon. Baru
saja Vani selesai bilang halo, suara panik Angel terdengar di ujung satunya
“Vannnnn.. lo kemana aja sihh…”. “Ada apa emangnya Ngel” Vani agak heran. “Lo
lupa ya, hari ini kan kesempatan terakhir lo serahkan paper AB ke mr HB. Minggu
lalu sudah diampuni sama die, masa lo lupa kalo batasnya hari ini lo harus
serahin. Lo mau baru bisa ngulang setahun lagi?” cerocos Angel. “Astaga… gue
betul-betul lupa” Vani tersadar dan langsung panik. Paper itu berbobot 50% dari
total penilaian mata kulian Mr. HB (Lengkapnya ni dosen bernama David
Hutabarat. Cuma anak-anak manggilnya mister HB). Ini mata kuliah wajib, yang
jadi prasyarat beberapa mata kulian yang Vani harus ambil semester depan. Gawat
kalo sampai ga lulus. “Mr. HB bilang dia tunggu sampe jam 3 ni sore Van.
Mending lo sekarang cepet kemari. Bawa tugas ga bawa tugas ga penting. Yang
penting lo ngadep dia dulu. Ok?” lanjut Angel cepat.
Buru-buru
Vani pamit cabut ke Rolland yang sudah menenteng kunci kamar. “Aduhh Rolland..
sory banget yaa… Gue harus ke kampus nih.. Darurat nine-one-one masalahnya.
Udah ya, gue cabut dulu. Ga usah diantar deh…”cerocos Vani. Setelah cium sekali
pipi Rolland yang bengong, Vani langsung lari ke pintu lobby dan masuk ke taxy
yang memang ada di depan hotel. “Lho? Kok jadi gini?” Rolland terpana dan
memandang sedih ke selangkangannya. Setelah tersadar, dia mulai menekan tombol
HP-nya dan berbicara “Mia, bolos kantor yuk…”.
Di
dalam taxi, otak Vani mulai berpikir cepat menyusun bermacam skenario dan
alasan agar bisa mendapat pengampunan dari Mr. HB dan paling tidak tambahan
sehari lagi untuk serahkan paper tersebut. Paper Vani belum kelar. Biasanya
butuh sekitar 1 jam untuk sampai ke kampus Vani dari area situ. Tapi, berkat desakan
Vani ke abang sopir taxy, tak sampai 45 menit mereka sudah sampai kampus.
Pukup
14.50. Vani berlari kecil ke arah ruangan Mr. HB di lantai 3. Setelah sampai
kampus tepat waktu, perasaan Vani sudah jauh lebih tenang. Vani yakin bisa
merayu Mr.HB untuk memundurkan deadline sampai besok. Sudah rahasia umum kalau
Mr.HB yang mata keranjang pilih kasih dengan mahasiswi-mahasiswinya, timbang
para mahasiswa. Apalagi bagi mahasiswi yang cakep dan seksi. Vani cukup
berpakaian seksi di ujian lisan Mr.HB, dan soal yang keluar lebih mudah bahkan
dikasi petunjuk segala (disinggung di cerita pertama. Klik saja ini).
Vani
mengetuk tiga kali pintu ruangan Mr. HB, sebelum mendengar suara bariton yang
menyilakannya untuk masuk. Begitu kepala Vani nongol, Mr. HB langsung tersenyum
“Ahh.. ini dia si Vani yang cantik. Kemana saja kau Manis. Duduk, duduklah kau”
ujar Mr. HB bermulut manis mempersilakan Vani duduk di depan meja kerjanya.
Begitu menghenyakkan pantatnya di kursi, Vani langsung pasang tampang memelas
“Pak.. minta tolong dong.. Tambah sehariii saja, pasti besok Saya sudah bisa
serahin paper AB saya Pak” rayu Vani dengan manisnya. “Wah, tidak bisa itu. Kau
dan teman-teman kau sudah Bapak kasi kelonggaran sampai dua kali. Tidak ada
lagi mundur-mundur deadline” tegas si Mr. HB walau tetap dengan tersenyum.
Sambil mencondongkan badannya kedepan sehingga agak membungkuk Vani berkata
“Pak, sudah 2 hari ini saya nungguin tante saya di Rumah Sakit. Baru pulang
siang tadi. Kalo nggak gitu, pasti paper sudah selesai Pak. Boleh ya Pak”. Mr.
HB menelan ludah, karena dari posisinya dia bisa melihat dengan jelas belahan
toked Vani yang menonjol. “Puas-puasin deh lo liat toked gue. Yang penting,
mundurin deadline-nya sehari” batin Vani penuh percaya diri.
“Wah,
susah posisi Bapak kalo begini. Apa kata teman-temanmu kalau kau mendapatkan
kelonggaran dari Bapak” Mr. HB masih berusaha tegas, tapi matanya tetap melotot
memandang lurus ke belahan gunung kembar di depannya. “Ayolah Pak, nggak ada
yang bakal tahulah kalo Bapak ga cerita-cerita” desak Vani terus. Tiba-tiba si
Mr. HB bangkit dari kursinya dan berjalan menuju sisi Vani lalu duduk di atas
meja tepat di samping Vani “Boleh saja. Tapi ada syaratnya” kata si Mr. HB
sambil tetap memandangi belahan dada Vani. “Syarat apaan Pak?” tanya Vani sudah
mulai khawatir melihat perilaku Mr. HB. “Kubari kau waktu sehari lagi untuk
kumpul itu paper, asal kau ijinkan aku meremas-remas kau punya susu itu hehe”
ujar Mr. HB sambil menyeringai mesum.
“HEHH..”
kaget Vani mendengar penawaran mesum Mr.HB dan reflek menutup dadanya dengan
kedua tangannya. “Terserah kau Vani. Bapak cuma tawarkan solusi yang win-win
buat kau. Bapak senang, kau pun senang” ujar Mr.HB dengan lagak tidak butuh.
“Aduhh.. gue kasi ga ya? Kalo ntar dia nglunjak gimana? Tapi gue juga ga mau
ngulang lagi tahun depan” Vani menimbang-nimbang penawaran tersebut dalam hati.
Vani tidak sadar kalau tangannya turun dan tidak lagi menutupi tokednya ketika
sedang berpikir untuk terima atau tidak tawaran Mr.HB tersebut. Tapi Mr.HB
menganggap diamnya Vani dan fakta bahwa Vani tidak lagi melindungi tokednya,
sebagai tanda bahwa Vani menerima tawarannya tersebut.
“AAHH…”
Vani memiawik kaget ketika dua tangan muncul dari balik punggungnya dan
langsung meremas kuat-kuat kedua bongkah tokednya. “Lho.. Bapak ngapain sihh..
Kan saya blumm..Aakkkhhh… ahhh… hmmppfffffffhhhhh..” protes Vani terpotong
desahannya karena mendadak gelombang listrik dan kenikmatan melonjak dari kedua
putingnya. “Kau ternyata tidak pake BeHa Vani… kenyal sekali toked kau ini” ujar
Mr.BH di samping telinga Vani sambil memilin-milin puting Vani dari balik kain
kemejanya. Rangsangan pada tokednya yang tiba-tiba ini, seolah mengingatkan
tubuh Vani bahwa ada libido yang terpendam dan menuntut untuk dipuaskan sejak
siang tadi.
Serangan
tangan Mr.HB semakin gencar. Kedua tanganya sudah menyelusup ke balik kemeja
Vani, dan dengan leluasa meremas-remas melon putih dan kenyal tersebut.
“Hahhhh…haahhh… aammmhhhhhffffff…” desah Vani keenakan, apalagi lidah Mr.HB
menjilati leher jenjang Vani dengan liarnya. Mr.HB kini pindah berlutut di
samping Vani. Beliau sudah tidak tahan untuk mencaplok toked Vani yang
menggiurkan tersebut. Mr.HB membuka mulutnya lebar-lebar, dan menelan ¼ toked
Vani dari ujung putingnya. Kemudian Mr.HB menghisap kuat-kuat puting Vani yang
sudah menegang keras sampai keluar suara yang keras. Sluuuurrppp.. Slurrrppppp…
Terang saja Vani semakin belingsatan tokednya diperlakukan seperti itu, karena
tokednya sensitif banget. “Aaaahhhhaaaahhhh…. Haahhhhhh…SShhhhhhhhh.. Enak banget
Pakk…” erang Vani tak tertahankan lagi. Menyadari muridnya makin terangsang,
perlakuan Mr.HB pada toked Vani semakin menjadi-jadi. Cupangan memerah menyebar
di sekujur bulatan toked Vani yang putih. Gelinjang tubuh Vani pun
menjadi-jadi, sehingga bagian bawah kemejanya tersingkap dan membuat Mr.HB
terhenyak. “Kau juga tak pakai celana dalam Vani.. Wah wah.. kau memang sudah
siap untuk dienthot ternyata” ujar Mr.HB penuh sukacita sambil memasukkan jari
tengahnya ke sela-sela memek Vani yang sudah basah kuyup. Begitu jari tengah
Mr.HB melesak sepenuhnya ke dalam lubang memeknya, tubuh Vani langsung
melengkung dan lenguh kenikmatannya terdengar “Ouuhhhh….hhhuuuuhhh… iyhaa..
iyhaa… disitu Pak.. benar disitu Pak.. kocok yang kenceng Phak…” pinta Vani
penuh nafsu. Dengan senang hati Mr.HB memenuhi permintaan anak didiknya itu.
Jari tengahnya keluar masuk memek Vani, dan diselingi gerakan mengobel-ngobel
yang agak kacau, sehingga bunyi kecipakan becek terdengar. Tak sampai semenit
Vani mulai merasakan bahwa rasa gatal yang menggerayangi sekujur memeknya
terasa semakin menghebat. Semakin kencang dikocok, rasa gatal tersebut semakin
memuncak dan meruncing ke bibir-bibir memeknya. Dan tanpa dapat ditahan lagi,
orgasme pertama Vani di hari itu meledak juga. “OAAAAAAHHHHH…..
AGGHHHHH….HHAAAHHHHHHH..” lenguh Vani panjang sampai punggungnya ikut
melengkung akibat terpaan gelombang orgasme yang sudah dinanti-nantinya.
Mr.HB
sempat terpana demi menyaksikan betapa hebatnya reaksi orgasme Vani. Sedetik
kemudian ia tersadar, dan cepat-cepat bangun untuk melepas celananya. Ketika
Vani mendapatkan kembali kesadarannya 30 detik kemudian, Mr.HB sudah hendak
melepaskan celana dalamnya. Cepat-cepat Vani berdiri dan berkata “Ehh.. Bapak
mau ngapain? Perjanjiannya kan cuma remas-remas susu. Ini kan sudah lebih dari
remas-remas” ujar Vani ketus.“ Sambil tetap melorotkan celana dalamnya Mr. HB
berkata “Sudahlah Vani, Bapak tau kau juga lagi horny. Kuberi kau poin A kalau
kau mau Bapak enthot sekarang. Ya?” Mr.HB mencoba tawar menawar. “Hah? A? Bener
ya Pak” tanya Vani. “Kalau gitu Bapak tulis dulu di kertas evaluasi Bapak,
bahwa nilai Saya A, baru kita lanjut” ujar Vani licik. “Mana bisa begitu Vani.
Kertas evaluasi kan baru Bapak bisa isi kalo sudah UAS” Mr.HB semakin
desperate. Sambil berlagak mengancingkan kemeja bagian atasnya, Vani berkata
“Ya sudah kalau begitu. Sampai ketemu besok ya Pak”. Susah payah bergerak
karena celana dalamnya masih melingkar di mata kaki Mr.HB cepat-cepat berkata
“Eh.. eh. Iya..iya.. Bapak nilai sekarang. Kau duduk saja manis di sofa sana
ya”. Setelah itu cepat-cepat Mr.HB menaikkan CDnya dan membongkar-bongkar
mejanya. Lalu setelah menulis singkat diatas sebuah map, Mr.HB mendekati Vani
di sofa dan menyorongkan map tersebut. Di Form Valuasi, terlihat jelas cuma
nama Vani yang sudah mendapat nilai A.
Sambil
tersenyum puas Vani berkata “Gitu dong Pak, kan gamp…Eeeiiihhhhh….Hmmppffh!!”
Belum selesai Vani menyelesaikan ucapannya, Mr.HB sudah menerkam dan menindih
tubuh Vani di sofa, lalu dengan buas melumat bibir Vani. Sambil menjilati leher
Vani, tangan Mr.HB dengan cepat melepaskan belt yang melingkari perut Vani,
lalu mengangkat kemeja terusannya tinggi-tinggi sampai seperut. Sehingga
selangkangan Vani yang minim jembi terpampang dengan jelas. “Eh. Pak..Pak.. sabar
Pak. Sabar Pak” Vani agak menyesali omongan asalnya tadi dan berusaha menutupi
selangkangannya. Tapi Mr.HB yang sudah dikuasai nafsu birahi, dengan mudahnya
menyingkirkan kedua tangan Vani hanya dengan tangan kirinya. Lalu tangan
kanannya dengan cepat meremas gundukan memek Vani. “Pak jang…Aaahhhhhh…..
Auhhhhhh…” ucapan Vani berganti lenguhan terkejut bernuansa nikmat. Cukup
dengan beberapa kocokan saja, memeknya sudah banjir kembali. “Haahhh..
haahhhhh…. Oohhhhhh.. hmmmppffff….” desah Vani blingsatan karena memeknya kini
dikocok dengan dua jari, yang kadang menggesek klitorisnya.
“Sudah
kuduga kau suka Vani hehehe..” tawa kemenangan Mr.HB terdengar. Tangan kirinya
yang sudah tidak perlu memegangi Vani, cepat-cepat melorotkan CDnya. Konthol
Mr.HB yang hitam pekat langsung tampil mengacung tegak. Mr.HB yang konaknya
sudah di ubun-ubun, langsung mengangkangkan lebar-lebar paha Vani. Sambil
mengocok-ngocok pelan kontholnya, Mr.HB mulai mengarahkan palkon-nya ke bibir
memek Vani. Vani tidak hanya pasrah, tapi juga sudah berharap agar konthol
tersebut menghujam memeknya. “Ah… kontholnya si tua ini kecil. Tapi tak ada
rotan, akarpun jadi” batin Vani. Tanpa cek medan dan kedalaman, Mr.HB langsung
membenamkan dalam-dalam tongkol ukuran 11cm-nya ke dalam lobang kenikmatan
Vani. Membuat Vani agak tersedak dan melenguh pendek “Heeggghhh..umhh..”. Mr.HB
langsung menyeringai puas “Aggghh.. rapat sekali meqi kau ini Vani..hahhhh”.
Mr.HB
langsung menggenjot Vani dengan kecepatan tinggi. Lenguhan kenikmatan Mr.HB
mengalahkan desahan erotis Vani yang mulai menikmati pompaan konthol Mr.HB di
liang memeknya. “Hmmm…ahahhh.. ahhh.. iya Pak.. betul gitu Pak.. lebih cepat
Pak.. ahhhh..” ceracau Vani keenakan. Mendengar ceracau Vani yang mesum itu,
Mr.HB semakin kehilangan kontrol. Tangannya mencengkram toked Vani kuat-kuat,
dan genjotan pinggulanya semakin tidak beraturan. Tiba-tiba, “AAAAHHHHHH…. AKU
KELUARR..” lenguh Mr.HB kuat. Peju Mr.HB menyemprot-nyemprot di dalam memek
Vani. Vani terpana. Baru 3 menit ngeseks, Mr.HB sudah ngecret.
Sambil
masih tersengal-sengal, Mr.HB jatuh di atas tubuh Vani. “Hebat sekali kau Vani.
Belum pernah Bapak ngrasakan meqi senikmat kau punya” puji Mr.HB sambil
beranjak bangkit karena dilihatnya Vani kesusahan bernapas. Dengan mudahnya
konthol Mr.HB terlepas dari memek Vani, dengan diikuti leleran pejunya yang
banyak mengalir di bibir memek Vani. Vani gondok setengah mati. “Kupret! Baru
juga gue naik. Ini mah bukannya terpuaskan, malah makin horny gue jadinya”
batin Vani kesal sambil memperbaiki pakaiannya.
“Ya
udah Pak. Saya pamit kalo gitu. Ingat ya, cuma sekali ini Bapak bisa nikmatin
tubuh Saya. Kalau Bapak mencoba lagi, Saya laporkan ke Dekan kalau Bapak
menyalahgunakan kekuasaan sebagai Dosen” sambil berkata seperti itu, Vani
memphoto Mr.HB yang bugil dan langsung keluar ruangan dengan judesnya. Mr.HB
cuma bisa bengong, dan lemes (tapi puas hehehe). Vani cepet-cepet keluar
sebenarnya karena tidak ingin ketahuan si dosen mesum itu kalau dia masih konak
habis. Vani cuma ingin cepat-cepat ke toilet untuk membersihkan memeknya dari
sisa peju, kemudian langsung masturbasi. Sudah ga tahan bo’!
Toilet
yang berjarak hanya 10 meter dari ruangan Mr.HB serasa berkilometer bagi Vani
yang nafsunya meledak-ledak. Jantungnya berdebar keras, nafas Vani memburu dan
memeknya berkedut-kedut protes minta dikocok. Toilet cewek yang terletak
bersebelahan dengan toilet cowok, tidak ada orang sama sekali di dalamnya.
Maklumlah, sudah sore jadi banyak mahasiswa dan dosen yang sudah pulang. Vani
langsung masuk ke bilik paling dekat pintu, dan membuka pahanya lebar-lebar
agar mudah disemprot dengan air. Semprotan keras air terasa sangat nikmat di
memeknya. Tidak berlama-lama membersihkan, Vani langsung duduk di atas toilet
yang telah ditutup atasnya. Dibukanya pahanya, jari telunjuk dan tengahnya
bergerak membelai bibir memeknya, lalu masuk ke dalam memeknya yang sudah
banjir lagi. “Hmmmmmmppfffff….sshhhhhhh… ouuhhh… enaknyaa..” desah Vani
perlahan, berusaha agar suaranya tidak terlalu keras. Tapi, setelah semenit,
Vani sudah lupa situasi, sehingga kocokan dan suaranya makin menjadi-jadi
mengiringi nafsunya yang menggelora. “Aahhhhhhhh…. Hahhhhhh… Ouggggghhhhhhh……”
lenguh Vani dalam kungkungan birahi. “Ini dia.. ini dia.. aduuhh memek gue
makin gatelllll…..shhhhhh..” batin Vani yang titik orgasmenya semakin mendekat.
Tiba-tiba
pintu bilik Vani terbuka lebar dan seseorang berdiri tegak di hadapannya. Vani
nyaris tersedak karena kagetnya, plus dia hampir saja mencapai klimaksnya. “Oh
elu Van. Gue pikir kuntilanak lagi indehoy” kata orang tersebut sambil
cengar-cengir. Vani yang terkesima sampai lupa mengangkat tangannya dari
selangkangannya, cuma bisa berkata tergagap “Oh..ehh.. Ethan.. Kok lo disini?”
tanya Vani salah tingkah. Ditengah rasa shocknya akibat ke gap lagi masturbasi oleh
Ethan, Vani setengah tidak sadar kalau Ethan berjalan mendekat dan mengangkat
tubuhnya ke pelukan Ethan. Vani baru sadar ketika mukanya sudah dekat sekali ke
muka Ethan, yang berkata “Kalo lo lagi horny, napa ga call gue aja. Gue selalu
siap kok kalo buat elo” ujar Ethan. Belum sempat Vani membalas ucapan itu,
bibirnya sudah dilumat oleh Ethan. Vani gelagepan tapi tidak bisa melepaskan
diri dari pelukan Ethan yang kuat. Tidak butuh lama, nafsu Vani sudah menguasai
akal sehatnya. Ciuman Ethan diimbangi oleh french kiss Vani yang basah dan
panas. Tangan Ethan dengan aktifnya meremas-remas pantat Vani yang sekal dan
menonjol. Tiba-tiba Ethan melepaskan ciumannya “Van, kita pindah tempat yuk.
Gue tau tempat yang lebih nyaman” kata Ethan agak tersengal-sengal. Tidak
menunggu reaksi Vani, Ethan langsung menyeret tangan Vani keluar dari toilet.
Ethan
sebenarnya tidak sengaja masuk toilet cewek setelah selesai urusan di dosen
lain di lantai yang sama, hanya karena toilet cowok airnya tidak ngalir. Tapi,
begitu masuk suara lenguhan cewek terdengar bergema. Story selanjutnya, sudah
Anda baca di atas. Vani blingsatan memperbaiki pakaiannya karena Ethan menarik
Vani di sepanjang koridor, naik menuju ke lantai 4. Walaupun Vani sebenarnya
tidak perlu kuatir, karena koridor bangunan itu kosong. Ternyata Ethan
mengajaknya menuju ruangan sekretariat forum mahasiswa manajemen, yang entah
bagaimana Ethan punya kuncinya. Setelah masuk ruangan, Ethan mengunci pintu
lalu berdiri menghadap Vani “Buka baju lo Van” perintah Ethan. Seperti
dihipnotis, Vani langsung menurutinya. Pertama-tama belt besarnya dilepaskan,
lalu satu persatu kancing kemejanya diloloskan, maka kemeja terusan Vani pun
jatuh tergeletak di lantai. Vani berdiri menantang tanpa sehelaipun benang
menutupi, hanya bot coklat berhak semi tinggi yang tetap terpakai, yang malah
membuat penampilannya semakin slutty. Ethan pada saat yang sama juga sedang
melepaskan celana dalamnya, untuk kemudian berdiri bugil dengan konthol
setengah tegak. “Sepong konthol gue Van” perintah Ethan. “Uhh.. haruskah?”
rajuk Vani, tapi tetap mendekat ke arah Ethan.
Vani
berjongkok di depan Ethan, dan langsung menggenggam konthol hitam Ethan dengan
tangan kanannya, lalu mulai mengocok. Kemudian tanpa ragu-ragu, Vani membuka
mulutnya lebar-lebar dan memasukkan konthol Ethan sampai setengahnya dan mulai
mengemutnya. “Ssshhh… gila.. enak Van..” desis Ethan keenakan sambil memegang
kepala Vani dan menggerakannya maju mundur. Konthol Ethan semakin membesar di
dalam mulut Vani, dan membuatnya agak kerepotan melakukan blowjob pada konthol
selebar 5cm tersebut. Aroma konthol Ethan membuat libido Vani kembali naik ke
level tinggi. Sambil melumat-lumat konthol, jari tengah tangan kirinya dengan
aktif mengobel-ngobel memeknya sendiri. Keasikan masturbasi dengan memeknya,
Vani malah lupa memblow job Ethan. Konthol Ethan cuma dipegang kuat-kuat,
sedang Vani melenguh-lenguh keenakan.
Ethan
yang kesal, langsung menyuruh Vani mengambil posisi doggy di atas kasur gulung
yang ditebar oleh Ethan. “Nungging Van, gue pengen nyodok lo dari belakang”
perintah Ethan. Vani melakukannya dengan patuh. Kedua tangan menahan body
depan, kaki tertekuk, paha terbuka selebar mungkin, dan pantat ditunggingkan.
“Wow.. lo emang napsuin Van” ujar Ethan senang sambil menampar pantat Vani yang
sekal dan bundar itu. “Ahhh.. “ Vani cuma mengerang pelan karena tamparan
Ethan. Tanpa berlama-lama, Ethan langsung memasukkan palkonnya ke sela-sela
bibir memek Vani yang sudah basah kuyup. Sambil memegang erat pinggul Vani,
Ethan mulai menekan pinggulnya dalam-dalam. “Heeppp… shit.. masih sempit aja ni
memek” maki Ethan senang, sambil menekan agak keras sehingga setengah batang
kontholnya amblas, SLEPP… “Akkhhhhhh…. “ erang Vani agak keras, setengah kaget
karena tiba-tiba memeknya disesaki oleh benda asing yang sangat tebal.
Sambil
berusaha menoleh ke belakang, Vani memohon “Ayo Than, langsung dikocok.. memek
gue udah gatel banget nihh..” rengek Vani manja plus horny. Ethan semakin
bersemangat untuk menggenjot Vani dari belakang. Pantat Ethan dengan aktif
mulai maju mundur, menghajar memek Vani dengan hujaman-hujaman kontholnya yang
besar. “Aaaahhhh.. haaahhhh… ouugggghhhh.. “ lenguh Vani. “Hmmppff.. buseet…
gatel di dinding memek gue rasanya digaruk-garuk enak banget… Gede banget
konthol si Ethan.. Gillaaaa….Mau tereak aja rasanya… aahhhhh..” batin Vani yang
semakin terbuai nafsu birahi. Akibat pompaan Ethan, tubuh Vani
terguncang-guncang maju mundur dengan kuatnya. Tokednya yang 36C tanpa ampun
bergoyang-goyang heboh tak tentu arah. Ethan yang tidak puas cuma meremas-remas
pantat Vani, menggapaikan tangannya untuk meraih toked Vani yang bergoyang
bebas.
Sambil
meremas-remas sepasang daging kenyal bundar dada Vani, Ethan menceracau
keenakan “Gillaa.. toked lo besar banget Van… Lo demen kan gue remes-remes
gini..”. Ethan tak perlu jawaban langsung, karena lenguhan Vani yang semakin
keras sudah menunjukkan betapa Vani juga menikmati setiap remasan di tokednya.
Tidak sampai 5 menit digempur dengan doggy style, tubuh Vani sudah menegang.
Lenguhannya semakin keras “Ahhh.. ouuuggghhhh.. yahh.. yahh.. cepetin Than..
cepetin ngocoknya..Ahh..ahhh..” Vani mencerocos di sela-sela erangannya.
Memenuhi request Vani, Ethan meningkatkan RPMnya. Dan…….”OUUUUUUGGGGHHHHHH…….
GUE KELUAR.. GUE KELUAR….AAAHHH…” jerit Vani sambil mengejan-ngejan. Ethan
merasakan ada semprotan pelan di kontholnya. Diturunkan kecepatan kocokannya, untuk
membiarkan Vani cooling down dan ambil nafas dulu.
“Hah..
hah…hah… gila.. enak banget.Than..” ujar Vani yang nafasnya masih
tersengal-sengal. Ethan pelan-pelan mencabut kontholnya. Walaupun sudah
pelan-pelan, tetap saja Vani terpekik kecil ketika konthol itu dicabut. “Auh..
kok dicabut?” tanya Vani kaget. Ethan tidak berkata apa-apa, tapi langsung
membalikkan tubuh Vani sehingga terlentang. Toked Vani yang menggunung indah
menjadi sasaran lumatan bibir Ethan. Sambil meremas-remas dengan kuat, puting Vani
dijilat-jilat dan dipermainkan dengan lidah oleh Ethan. Libido Vani langsung
naik lagi. Bahkan rasa gatal di memeknya kembali dengan lebih hebat. “SShhhhhh…
hhmmppfffff… “ desis Vani keenakan karena tokednya sekarang sedang dikenyot dan
dihisap kuat-kuat oleh Ethan.
“Haahh..
hahh… Than, gue mau diatas ya” pinta Vani. “Hehe gue emang pengen ngerasain
goyangan lo Van” akur Ethan dengan usul Vani. Ethan terlentang dan Vani
mengangkang di atasnya, mulai mengarahkan konthol Ethan ke lubang memeknya.
Tanpa kesulitan batang konthol tersebut amblas langsung 3/4nya. “Heekkhhhhhh…
uuuuhhhh… gede banget sihhh…” runtuk Vani yang matanya sampai terpejam karena
kenikmatan yang dirasa ketika batang gemuk tersebut menerobos dan menggesek
dinding-dinding memeknya yang licin. Vani langsung mulai menggoyang pinggulnya
dengan gerakan naik turun, sambil tangannya bertelekan di perut sixpack Ethan.
Slepp.. slepp.. sleppp… bunyi gesekan konthol dengan dinding becek memek Vani.
“HHHhhhmmm… hhaahhhhh…. Sshhhhhh…” desah Vani menikmati setiap sentuhan. Karena
Vani diatas, dengan mudah dia mengarahkan sentuhan-sentuhan konthol Ethan ke
titik-titik yang Vani suka. Sekarang konthol Ethan amblas seluruhnya, dan Vani
mulai melakukan gerakan maju mundur, dan diselingi oleh gerakan pinggulnya yang
memutar-mutar. Sensasinya? Luarr biasaaa… Ethan merasakan kontholnya
dipilin-pilin, dan diremas-remas dengan enaknya oleh cengkraman dinding-dinding
licin yang panas memek Vani. “Ahhh.. hhaaahhh… gillaa memek lo enak bener
Vannn….” erang Ethan yang sampai merem melek saking enaknya.
Lebih
cepat dari ronde pertama, Vani sudah hampir mencapai orgasmenya lagi. Konthol
Ethan menggesek-gesek tepat di titik g-spot Vani. Rasa gatal yang sangat hebat
terasa mengumpul disekujur selangkangan Vani, membuat Vani semakin blingsatan
goyangannya berusaha menggaruk setiap titik gatal tersebut. Ethan yang tau Vani
akan mencapai orgasmenya lagi, mempercepatnya dengan meremas tokednya yang
tergantung bebas sambil memilin-milin putingnya. Betul saja, detik berikutnya Vani
merasakan ledakan kenikmatan muncrat di lubang senggamanya “OOOAAHHHHHH…….
AAAAAUUHHHH…. OUHH… Ouuhhhh…. hmmmmppffffff…” jerit Vani penuh kepuasan. Tubuh
Vani bergetar dengan hebatnya, dialiri sengatan listrik orgasme yang bersumber
dari memeknya dan menyebar ke seluruh tubuh. 15 detik setelah gelombang
klimaksnya berlalu, Vani menjatuhkan diri di atas tubuh Ethan. Nafasnya masih
tersengal-sengal.
Ethan
yang sudah merasa tanggung, tidak lagi menunggu Vani siap. Tangan Ethan
menggapai pantat Vani dan mengangkatnya sedikit, agar ada sedikit celah antara
selangkangannya dengan selangkangan Vani. Ethan mulai menggerakkan pinggulnya
naik turun, karena kontholnya masih menancap dalam di memek Vani. Ethan
mengocok dengan cepat. Plak..plak.. plak.. slep..slepp. sleppp.. bunyi benturan
tongkol Ethan dengan memek Vani, ditingkahi oleh kecipak becek cairan memek
Vani. “Ahh.. ahh. Thann.. tung… tunggu… jangan dikocok lagi.. ngiluu..” rengek
Vani lemas. Tapi, Ethan malah mempercepat kocokannya. Tapi, ternyata akibat kocokan
ini, rasa ngilu di memek Vani cuma tarasa sebentar. Sekarang malah rasa gatal
itu kembali dengan lebih hebat lagi. Tanpa diduga, gelombang orgasme yang lebih
dahsyat dari sebelumnya meledak di selangkangan Vani.
“HIAAHHHHHH…..AAAAHHHHH…
OUUFFFHHHHHH…. GUE KELUAR LAGI THANNNN” pekik Vani yang mencapai orgasmenya
lagi dengan mata terpejam kuat dan tangan meremas pundak Ethan kencang-kencang.
“Hahh.. hah…. Gila.. gila… gue keluar lagii…” desah Vani lemas.
Ethan
bergerak menggulingkan tubuhnya, sehingga sekarang Vani yang ditindih. “Than..
time out.. time out..Gue nyaris pingsan nih..” Vani memohon dengan suara lemas.
“Sorry Van, gue udah nanggung banget nih. Tahanin bentar lagi ya. Gue udah mo
keluar juga kok” kata Ethan dengan nafas memburu karena birahinya sudah
diubun-ubun kepala. Tanpa menuggu persetujuan Vani, Ethan langsung tancap torsi
tinggi dalam posisi misionaris. Konthol Ethan menghujam memek Vani tanpa belas
kasihan. Keluar masuk dengan cepat, berputar-putar, mengobel-ngobel dinding
memek yang sempit dan semakin banjir itu. Tanpa bisa ditahan, Vani mengalami
orgasmenya yang entah untuk keberapa kali. “ETHANNN… GUE YANG KLUARR NEEHHHH…
EEHHHHHHHHMMMMM..” teriak Vani kesal tapi penuh kenikmatan, sambil kelonjotan
di bawah tubuh Ethan.
Ethan
mencabut kontholnya, diiringi lelehan banjir peju dan cairan memek Vani. Ethan
langsung mengambil posisi di atas perut Vani, dan menjepitkan kontholnya di
sela-sela toked biadab Vani. Kedua telapak tangan Ethan merangkum kedua bongkah
susu ranum tersebut, dan menjepitkannya kuat-kuat ke kontholnya yang sudah
hampir meledakkan peju. Konthol Ethan dikocok dengan cepat di sela-sela toked
Vani “Ouuh.. I lovee tits fish..” lenguh Ethan kenikmatan. Tak sampai setengah
menit, Ethan merasakan ada gerakan aliran dari pangkal batang kontholnya menuju
ke palkonnya. Rasa gatal di palkonnya pun semakin menghebat. Dan ledakan
orgasme Ethanpun terjadi juga “OOOOOHHHH… SHIIITTTTT……” lenguh Ethan keras.
Semprotan peju langsung menembak. Lelehannya memenuhi toked dan wajah Vani. Dan
Ethanpun langsung terbaring lemas di samping Vani.
Hampir
3 menit tidak ada yang berbicara. Hanya nafas memburu yang terdengar semakin
perlahan, seiring lewatnya badai kenikmatan seksual. Ethan memiringkan badannya
dan langsung menatap Vani. “Gue pikir lo udah ga mau lagi ngenthot sama gue
Van” ujar Ethan sambil nyengir nakal. Muka Vani bersemu merah, tapi masih
berusaha menjawab dengan ketus “Gue kepepet. Lagi horny habis, ga ada
partnernya”. Ethan masih keras kepala “Udah deh. Akuin aja.. si Albert juga ga
bisa muasin kaya gue kan?” ujar Ethan dengan PeDenya. Walaupun itu benar, Vani
gengsi mengakuinya “Huu.. siapa bilang”. Tapi, ucapan Ethan berikutnya
mengejutkan Vani “Lo mau ga jadi fish buddy gue?” “Hah? Maksud lo?” tanya Vani.
“Iya.. fish buddy. Kalo lo butuh seks, lo bisa ajak gue. Begitu juga
sebaliknya. Tapi cuma sebatas seks. No other commitment. Jadi cowok lo tetep
Albert. Ok ga?” terang Ethan. Vani agak bimbang menjawabnya. Kalau mengikuti
kata hati (dan kata memek), Vani jelas maulah. Cuma gengsi kalo langsung
mengiyakan.
Tiba-tiba
Ethan menyosor bibir Vani dan melumatnya. “Gue anggap diem lo itu tanda
setuju”. Sambil membalas lumatan bibir Ethan, fantasi Vani mulai membayangkan
petualangan seks macam apa lagi yang akan dialaminya bersama Ethan.
0 komentar :
Posting Komentar