Bacalah bahwa kisah yang akan kuceritakan ini
memang benar-benar layak untuk dibaca secara menyeluruh. Dalam kisah panas ku
ini diceritakan dengan nama yang kusamarkan, mengingat demi menghormati
privasinya aku pun berinisiatif untuk menyamarkan tempatnya. Para pembaca yang
budiman, inilah kisah ku selengkapnya.
Di tempat kerjaku ada
seorang teman wanita, Tia namanya. Tia memiliki tubuh yang sedikit
tinggi dan langsing. Berparas manis, malah aku terkadang memandangnya sebagai
Devi yang cantik. Berambut sebahu dan bergelombang. Walaupun tidak memiliki
toket yang besar, tetapi kalo lagi jalan seksi sekali.
Sama dengan Devi, aku dengan Tia memiliki
hubungan yang dekat. Malah aku rasa lebih dekat dibandingkan dengan Devi. Aku
sering memijatnya di jam kantor, apabila Tia merasa pegal dan letih. Pada saat
memijatnya itu, aku sering sekali memperhatikan Payudaranya yang tidak besar,
tetapi ingin sekali aku menyentuhnya. Ahhhhh…
Seringnya aku bercanda atau memijatnya, membuat
suasana kantor aku menjadikan hal yang biasa untuk dilihat. Walaupun ada
sorot-sorot mata tajam kecemburuan, terutama lelaki yang menyukai Tia. Tetapi
kami acuh saja, karena kami berdua menganggap hanya teman biasa dan tidak ada
perasaan sesuatu apapun antara satu dengan yang lain. Tia tinggal di kontrakan
semenjak tia masih dibangku kuliah. Berasal dari Sumedang, dan orang tuanya
masih tinggal di sana. Suatu hari, akhir pekan di bulan Januari lalu, aku di telpon
untuk segera datang ke kontrakannya.
“Ada apa sih, Ti?”
tanyaku.
“Tolongin Aku dong, Aku nggak bisa ngeluarin CD film ku dari komputer. Kemaren karena macet, Aku matiin aja. Tapi sejak itu dvd-rom Aku nggak bisa dibuka. Hari ini Aku harus balikin dvd ke rental” katanya kemudian.
“Emang kagak bisa dipaksa? Setahu Aku ada lubang kecil di depan yang bisa dicolok untuk bisa dibuka dengan manual, lubangnya kecil, kamu sodok aja pake lidi atau kawat kecil, atau klip kertas kamu lurusin dulu..”
“Woi.. Kamu mau bantu Aku kagak? Aku nggak mau maksa dvd-rom Aku.. Ntar Aku kena pidana perkosaan Kamu mau tanggung jawab?” jawabnya ketus.
“At dah ni orang!! Galak amat sehhh??”
“Emang!!” katanya kemudian.
“Ya udah.. Aku kesana. Eh, di depan kontrakan Kamu udah nggak ada beling kan? Kalo masih ada tolong sapuin dulu, yah? Ntar kaki Aku luka..” kataku.
“Emang Kamu kesini kagak pake alas kaki?? Cepet kesini, bawel!!”
“Tolongin Aku dong, Aku nggak bisa ngeluarin CD film ku dari komputer. Kemaren karena macet, Aku matiin aja. Tapi sejak itu dvd-rom Aku nggak bisa dibuka. Hari ini Aku harus balikin dvd ke rental” katanya kemudian.
“Emang kagak bisa dipaksa? Setahu Aku ada lubang kecil di depan yang bisa dicolok untuk bisa dibuka dengan manual, lubangnya kecil, kamu sodok aja pake lidi atau kawat kecil, atau klip kertas kamu lurusin dulu..”
“Woi.. Kamu mau bantu Aku kagak? Aku nggak mau maksa dvd-rom Aku.. Ntar Aku kena pidana perkosaan Kamu mau tanggung jawab?” jawabnya ketus.
“At dah ni orang!! Galak amat sehhh??”
“Emang!!” katanya kemudian.
“Ya udah.. Aku kesana. Eh, di depan kontrakan Kamu udah nggak ada beling kan? Kalo masih ada tolong sapuin dulu, yah? Ntar kaki Aku luka..” kataku.
“Emang Kamu kesini kagak pake alas kaki?? Cepet kesini, bawel!!”
Tak lama setelah itu akupun meluncur ke
kontrakan Tia. Sesampainya di depan Kontrakan Tia, terlihat sepi sekali.
Berkali-kali aku ketuk-ketuk pagar, tetapi nggak ada sahutan. Tia memang berada
di lantai satu dan posisi kamarnya ada di belakang, jadi wajar bila tidak
mendengar ketukan aku. Tidak sabar karena matahari mulai terasa panas, aku
telpon Tia melalui handphone.
“Woi, Ti.. Aku di depan
nih, bukain pagar dong?”
“Iyaa.. Sebentar, Aku turun” kata Tia yang kemudian langsung mematikan Handphone.
Tidak lama kemudian dia datang dan langsung membukakan pagar.
“Sepi amat sih, Ti? Pada kemana orang-orang?” tanya aku.
“Adaa, kok. Mungkin mereka nggak denger aja. Teman kontrakan banyak yang keluar. Kalo si Mbak pembokat si Tia ada dibelakang” jawab Tia.
“Iyaa.. Sebentar, Aku turun” kata Tia yang kemudian langsung mematikan Handphone.
Tidak lama kemudian dia datang dan langsung membukakan pagar.
“Sepi amat sih, Ti? Pada kemana orang-orang?” tanya aku.
“Adaa, kok. Mungkin mereka nggak denger aja. Teman kontrakan banyak yang keluar. Kalo si Mbak pembokat si Tia ada dibelakang” jawab Tia.
Setelah menutup pintu pagar, Tia masuk ke dalam
diikuti aku dari belakang. Hari itu, Tia menggunakan celana pendek gombrong
diatas dengkul dengan kaos warna putih. Aku terus mengikutinya sambil
memperhatikan tubuhnya yang berjalan dengan gemulai, memperlihatkan lekuk badan
dan bongkahan pantatnya yang bulat. Sesampainya di dalam kamar, aku langsung
menghampiri komputernya, dan membuka perlengkapanku yang sudah aku persiapkan
dari rumah.
Akhirnya aku dapat mengeluarkan secara manual
dvd dari dalam. Setelah aku hidupkan, aku mencoba dvd-rom untuk memastikan
drive tersebut bisa tetap digunakan seperti semula. Setelah yakin semuanya
beres. Akupun berniat pamit pulang.
“Emang ngapain Kamu
pulang buru-buru? Ngapel juga nggak, kan?”
“Iyaa, sih.. Aku cuma nggak enak aja lama-lama disini. Nggak enak sama temen-temen kos yang lain. Lagian ntar laki Kamu dateng gimana?”
“Temen kontrakan yang lain dilantai satu pergi keluar.. Tahu kemana. Kalau cowok Aku lagi ke Surabaya”
“Iyaa, sih.. Aku cuma nggak enak aja lama-lama disini. Nggak enak sama temen-temen kos yang lain. Lagian ntar laki Kamu dateng gimana?”
“Temen kontrakan yang lain dilantai satu pergi keluar.. Tahu kemana. Kalau cowok Aku lagi ke Surabaya”
Konon dengan pacarnya ini Tia pernah hamil dan
memiliki anak diluar nikah, karena hubungan mereka ditentang keluarga. Tetapi
karena sesuatu hal, keluarganya menutupinya karena sampai saat ini mereka belum
menikah. Walau mereka sudah pacaran sejak SMA.
“Mending Kamu bantuin
Aku bersih-bersih kamar..” kata Tia kemudian.
“Bersiin kamar Kamu? Emang apanya lagi yang dibersihin?” aku menjawab sambil celingak-celinguk sekeliling kamar.
“Bersiin kamar Kamu? Emang apanya lagi yang dibersihin?” aku menjawab sambil celingak-celinguk sekeliling kamar.
Memang banyak sekali barang-barang yang menumpuk
di kamar kos Tia. Tetapi semua ditata apik, dan tidak ada sedikitpun kotoran
yang terlihat. Akupun menghampiri kamar mandinya yang terletak didalam kamar.
Itu pun terlihat bersih. Sementara Tia memperhatikan aku dengan heran.
“Apanya yang dibersihin
sih? Oo, maksud Kamu barang-barang ini mau ‘dibersihin’, dikeluarin gitu?”
tanya aku kemudian.
“Bukan!! Maksud Aku Kamu bantuin ngangkat ni barang-barang. Aku mau bersihin di belakangnya. Keliatannya sih bersih, tapi hanya di atas doang. Aku mau bersihin barang diatas lemari itu” Tia menerangkan sambil menunjuk barang-barangnya diatas lemari. Memang banyak sekali barangnya. Dan aku baru memperhatikan ada sedikit debu, dan sarang laba-laba disana”
“Woi..,. Ditanya malah bengong! Males yaah? Hahahaha..”
“Ayoo, laah.. nggak, Aku tadi baru liat ada sarang laba-laba.. Ternyata Kamu penyayang binatang juga, toh? Ngerajutin sarang di atas lemari..”
“Cerewet amat sih!! Udah sekarang kita mulai..” kata Tia.
“Ehh.., disini ada minum nggak? Nanti kalo Aku haus gimana?” kata aku kemudian.
“Ya ada donk. Emang Aku ngontrak di sini kagak pernah minum? Dikira Aku onta, cuma minum sekali terus tahan 2 hari puasa!! Di lemari es ada tuh.. Kalo mau, tapi self service yah!”.
“Bukan!! Maksud Aku Kamu bantuin ngangkat ni barang-barang. Aku mau bersihin di belakangnya. Keliatannya sih bersih, tapi hanya di atas doang. Aku mau bersihin barang diatas lemari itu” Tia menerangkan sambil menunjuk barang-barangnya diatas lemari. Memang banyak sekali barangnya. Dan aku baru memperhatikan ada sedikit debu, dan sarang laba-laba disana”
“Woi..,. Ditanya malah bengong! Males yaah? Hahahaha..”
“Ayoo, laah.. nggak, Aku tadi baru liat ada sarang laba-laba.. Ternyata Kamu penyayang binatang juga, toh? Ngerajutin sarang di atas lemari..”
“Cerewet amat sih!! Udah sekarang kita mulai..” kata Tia.
“Ehh.., disini ada minum nggak? Nanti kalo Aku haus gimana?” kata aku kemudian.
“Ya ada donk. Emang Aku ngontrak di sini kagak pernah minum? Dikira Aku onta, cuma minum sekali terus tahan 2 hari puasa!! Di lemari es ada tuh.. Kalo mau, tapi self service yah!”.
Aku tertawa terpingkal-pingkal mendengar
celotehan Tia, sementara Tia melotot menahan kesal melihat kelakuanku itu.
Kamipun mulai bekerja. Sambil sesekali terbatuk-batuk karena debu diatas lemari
ternyata banyak sekali, kami bergotong royong melakukan proyek pembersihan. Aku
bertugas mengangkat barang-barangnya, sementara Tia yang bertugas membersihkan.
Di saat tertentu berulang kali Payudara Tia
terlihat olehku. Yang membuat aku tambah bersemangat kerja, walau
terbatuk-batuk diterjang oleh badai debu. Akhirnya setelah hampir satu setengah
jam, kamipun selesai. Aku duduk di lantai bersandar pada tempat tidurnya untuk
melepas lelah. Tak lama kemudian Tia membawa 2 gelas minuman, dan menyodorkan
satu gelas kepada aku.
“Eh, katanya self
service? Ini gelas isinya?” tanyaku.
“Minyak rem..!” kata Tia sengit.
“Minyak rem..!” kata Tia sengit.
Sambil tertawa aku menerima gelas yang
disodorkan, minum sedikit, dan meletakkan di meja kecil di samping tempat
tidur. Kemudian aku berdiri dan berjalan kebelakang kamar.
“Ehh, mau kemana Kamu?
Di kasih minum malah kabur” tanya Tia.
“Minjem kamar mandi Kamu.. Aku mau cuci steam nih. Muka Aku lengket” Jawabku.
“Jangan ngabisin sabun Aku, yah? Kalo makenya banyak, pake sabun colek aja, atau pake yang di kotak plastik aja, ada rinso..”
“Terus, habis itu di lindes sama mesin, kan?!? Emang, muka Aku, muka dandang apa?”
Tia tertawa mendengar jawabanku, sementara aku mulai membilas mukaku kemudian membersihkannya dengan sabun muka milik Tia.
“Minjem kamar mandi Kamu.. Aku mau cuci steam nih. Muka Aku lengket” Jawabku.
“Jangan ngabisin sabun Aku, yah? Kalo makenya banyak, pake sabun colek aja, atau pake yang di kotak plastik aja, ada rinso..”
“Terus, habis itu di lindes sama mesin, kan?!? Emang, muka Aku, muka dandang apa?”
Tia tertawa mendengar jawabanku, sementara aku mulai membilas mukaku kemudian membersihkannya dengan sabun muka milik Tia.
Setalah aku itu, aku kembali ke kamarnya. Aku
melihat Tia sedang menonton film Prince Of Persia yang tadi macet di
komputernya. Mungkin karena takut macet lagi, dia menonton dengan player DVD.
Saat itu Tia menonton sambil memijat-mijat kakinya sendiri.
“Kenapa kaki Kamu, Ti?”
tanya aku kemudian.
“Rada pegel nih..”
“Sini Aku pijitin.. Eh, mau nggak?”
“Ya, mau laa.. Pake nanya segala.. Dikantor aja mau, apalagi kalo lagi bener-bener butuh?”
“Rada pegel nih..”
“Sini Aku pijitin.. Eh, mau nggak?”
“Ya, mau laa.. Pake nanya segala.. Dikantor aja mau, apalagi kalo lagi bener-bener butuh?”
Aku pun segera ambil posisi. Tia duduk dilantai
dengan bersandar pada tempat tidur, sementara aku disamping kakinya.
“Emang Kamu belon nonton
film Prince Of Persia ini?” Sambil memijat, aku bertanya
“Udah yang depan doang yang belakang-belakang belum, karena macet Aku belum sempet lanjutin lagi”
“Udah yang depan doang yang belakang-belakang belum, karena macet Aku belum sempet lanjutin lagi”
Kami tidak banyak
bicara, terutama Tia karena asik menonton film yang diputarnya. Sesekali dia
meringis menahan sakit pijatanku. Setelah kedua kakinya aku pijat, Tia minta
punggungnya juga aku sentuh. Posisipun kami rubah, sekarang aku dipunggunginya.
Sambil menonton acara film aku melakukan pijatan dari bahunnya, turun ke
pinggang, kemudian ke bahu lagi. Terakhir baru dari bahu turun ke telapak
tangan.
Karena yang ditonton lumayan seru, film yang diputar ternyata tidak lama. Setelah Tia mamatikan video playernya, dia mengubah channel lokal dan kembali menghampiriku. Kali ini dia tidak duduk di lantai, tapi di pinggir tempat tidurnya.
Karena yang ditonton lumayan seru, film yang diputar ternyata tidak lama. Setelah Tia mamatikan video playernya, dia mengubah channel lokal dan kembali menghampiriku. Kali ini dia tidak duduk di lantai, tapi di pinggir tempat tidurnya.
“Pijetin kaki Aku lagi
doonk? Ntar balik ke punggung lagi yah?”
“Iyaa.. Tapi Kamu jangan moloor.. Nanti Aku pulang gimana?”
“Emang kenapa, Kamu mau Aku anterin pulang kerumah?”
“Kagaak.. Maksudnya, masa Aku ngucluk keluar kos sendirian..”
“Nggak laah.. nggak tidur kok. Udahlah.. Ayoo doonk” pinta Tia kemudian.
“Iyaa.. Tapi Kamu jangan moloor.. Nanti Aku pulang gimana?”
“Emang kenapa, Kamu mau Aku anterin pulang kerumah?”
“Kagaak.. Maksudnya, masa Aku ngucluk keluar kos sendirian..”
“Nggak laah.. nggak tidur kok. Udahlah.. Ayoo doonk” pinta Tia kemudian.
Akupun mulai memijat kakinya satu persatu.
Sambil memijat dan dipijat, kamipun mengobrol masalah kantor dan
pengalaman-pengalaman yang pernah kami lalui masing-masing. Sambil sesekali
melihat acara di televisi bila ada yang menarik. Karena posisi Tia duduk di
pinggir tempat tidur dengan kaki menapak di lantai sedangkan aku duduk di
lantai menghadap kakinya, membuat aku pegal, aku membalikan badanku, untuk
bersandar di tempat tidur. Dengan posisi itu aku bisa melihat televisi tanpa
memalingkan kepala, karena letak televisi berada di depan Tia. Tetapi kondisi
ini mengharuskan kepalaku di depan selangkangan Tia.
“Maaf banget Ti, rada pegel bahu ku. gpp kan? Kaki Kamu di naikin di pundak ku saja” perintah ku kemudian.
“gpp koq.. Malah enak bisa nindih pundak Kamu.. hahaha.”
Sambil menikmati program televisi favorite nya
dan mengobrol aku memjijat kakinya yang indah mulai dari bawah hingga keatas,
kiri dan kanan bergantian. Entah sadar atau tidak, sesekali Tia merapatkan
selangkangannya di belakang kepalaku. Tetapi karena aku nggak enak, aku nggak
mau berbuat banyak. Takut Tia nggak suka dengan ulahku. Terakhir, setelah aku
memijat dari atas dengkul hingga mata kaki, aku pijat telapak kakinya. Setelah
selesai, aku kembali memijat keatas kedua kakinya, sambil membalikkan badanku,
agar aku bisa memijat kedua kakinya dengan kedua tanganku. Begitu aku
membalikan badan, aku melihat Tia sudah merebahkan badannya di tempat tidur.
“Ti, udah enak kakinya?
Mau diterusin atau nggak?” tanyaku.
“Terusin dong ah!!!!” Tia memerintah.
“Terusin dong ah!!!!” Tia memerintah.
Akupun meneruskan pijatanku hingga pangkal
pahanya. Tetapi aku nggak berani terlalu lama berada disitu. Aku menaikkan
tanganku hingga keperutnya, kemudian turun lagi ke kaki. Karena Tia diam saja,
aku mulai memberanikan diri untuk memasuki celah kakinya yang terbungkus celana
pendek. Itu pun tidak lama, takut Tia marah karena ulahku. Tidak terasa ulahku
itu membuat aku panas juga.
“Ti, mau dipijat mana
lagi?” tanya aku sambil memasuki celah celananya.
“Terserah.. Deh, yang mana?”
“Kalo yang tengah?” tanya aku dengan ceroboh, yang membuat aku menahan nafas menanti jawabanya..
“Terserah..”
“Terserah.. Deh, yang mana?”
“Kalo yang tengah?” tanya aku dengan ceroboh, yang membuat aku menahan nafas menanti jawabanya..
“Terserah..”
Hawa yang panas diluar bertambah panas mendengar
jawaban Tia demikian. Kedua tangankupun bertambah nakal memasuki celah celana
pendeknya lebih dalam. Yang satu kearah bawah memijat bongkahan pantatnya, yang
satu memijat pangkal pahanya didepan Memek nya. Sesekali aku melakukan elusan
di Memek nya yang masih tertutup celana dalam dengan menggunakan kelingking ku.
Kaki Tia bergerak-gerak perlahan karena ulahku
itu. Sekali-kali ia mengangkat kepalanya melihat perlakuanku, kemudian
meletakkan kepalanya lagi di tempat tidur. Tanggapannya itu membuat aku semakin
berani. Setelah bergantian tangan kiri dan kananku memijat dan meremas, sambil
menyentuhkan hidungku pada celana di posisi Memek nya berada dan
menggigit-gigit kecil dengan bibir, aku memberanikan diri menurunkan celana
pendeknya perlahan-lahan. Sambil telentang, Tia merespon dengan mengangkat
pantatnya agar aku bisa mudah menurunkan celananya.
Akupun menurunkan celananya melewati kakinya
yang terjuntai di lantai hingga lepas. Langsung aku mencium dan menjitai
kakinya dari bawah hingga atas. Sambil kedua tanganku meremas pantatnya, aku
menggigit dengan bibirku, Memek nya yang masih terbungkus celana dalam hitam.
Itu pun tidak bertahan lama. Akupun menarik lepas celana dalamnya. Disini aku
melihat pemandangan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Tia dengan Memek
nya yang bebulu hitam, menambah voltase yang besar pada Kontol ku. Aku langsung
horny berat..
Tanpa bersabar lagi aku serbu Memek nya dengan
lidahku, sampai masuk jauh di dalam. Tia merespon dengan mengangkat pantatnya,
dan memalingkan kepalanya ke kiri dan ke kanan sambil terpejam dan mendesah.
Tanganku yang tadinya meremas-remas pantatnya, sambil mengelus-elus kulitnya
bergerak keatas memasuki bagian atas dari dalam kaosnya. Akhirnya aku menemukan
daging kenyal yang masih dibungkus bra, dibalik kaosnya. Sambil menjilati Memek
nya, aku meremas kedua buah dadanya, yang hanya berukuran 36 itu setelah aku
keluarkan dari sarangnya.
Lama aku menikmatinya sambil meremas dan
mengelus-elus, karena aku ingin sekali memanfaatkan momen ini untuk selama
mungkin, sampai aku puas. Karena hal seperti ini sudah lama aku inginkan.
Jilatanku makin menggila, setelah Tia mendesah dan mengerang panjang. Sampai
saat ia menjepit kepalaku dengan kakinya, sambil menjambak rambutku kearahnya.
Tiapun mendapat orgasmenya pertama. Memek nya bertambah basah, dengan adanya
lelehan cairan yang keluar.
Setelah jepitannya
melemah, aku menyudahi jilatanku pada Memek nya dengan menciumi kedua pangkal
pahanya dan perutnya. Setelah membersihkan mulutku dengan lap tisu yang ada di
samping tempat tidur, aku menciumi bibirnya. Memberi kecupan-kecupan mesra di
bibir atas dan bawah..
“Kok, tadi nggak dilanjutin aja?” tanya Tia kepadaku.
“Kok, tadi nggak dilanjutin aja?” tanya Tia kepadaku.
“Dilanjutin gimana
maksudnya, Ti?”
“Dimasukin aja, pasti kamu pengen kan?”
“Iya siih.. Sebenernya aku juga udah horny banget” kataku kemudian.
“Kenapa nggak? Nggak mau yah, sama aku? Kenapa? Aku ada yang kurang ya?” tanya Tia.
“Nggak, bukan itu.. Aku emang pengen banget ML sama kamu.. Dari dulu malah! Tapi aku takut bablas, kalo kamu hamil gimana?”
“Aku pake pengaman kok, pake spiral..” kata Tia.
“Hah.. Kamu pake KB? Tapi nggak ahh.. Malu, Ti. Aku sering terlalu cepet keluar”
“Malu? Kenapa mesti maluu.. Emang habis itu udahan? Pasti nggak kan?”
Aku heran dengan kata-kata Tia tersebut..
“Kok, kamu tahu, Ti? Emang kamu udah pernah ML sama siapa selain pacar Kamu? ”
“Enak aja Kamu.. Ini kali aja Aku bugil sama orang selain pacar Aku.. Ehh, kamu nggak cerita-cerita ke orang lain, kan?”
“Kejadian ini? Nggak lah!! Emang aku siapa.. Eh, untuk yang pernah melahirkan anak, Memek kamu kok masih bagus, sih?” kata aku kemudian. Tia terdiam.
“Kamu tahu dari siapa aku punya anak..?”
Walau aku kaget karena kelepasan ngomong dan takut Tia marah, dengan jujur akupun menjawab dengan hati-hati.
“Sebenernya aku udah memperhatikan kamu sejak kamu masuk pertama kali dengan Devi. Teman-temen waktu itu selalu mencemooh aku, karena menurut mereka Devilah yang paling ‘wah’ daripada kamu, Ti. Tapi aku berpendapat beda, kamu yang lebih menarik perhatianku. Tapi setelah aku tahu kamu punya pacar yang sudah dipastikan akan menikahi kamu, ditambah aku tahu kalo kamu sudah punya anak darinya, aku sedikit kecewa. But, it’s okay.. Aku seneng juga kok bisa berteman saja..”
“Dimasukin aja, pasti kamu pengen kan?”
“Iya siih.. Sebenernya aku juga udah horny banget” kataku kemudian.
“Kenapa nggak? Nggak mau yah, sama aku? Kenapa? Aku ada yang kurang ya?” tanya Tia.
“Nggak, bukan itu.. Aku emang pengen banget ML sama kamu.. Dari dulu malah! Tapi aku takut bablas, kalo kamu hamil gimana?”
“Aku pake pengaman kok, pake spiral..” kata Tia.
“Hah.. Kamu pake KB? Tapi nggak ahh.. Malu, Ti. Aku sering terlalu cepet keluar”
“Malu? Kenapa mesti maluu.. Emang habis itu udahan? Pasti nggak kan?”
Aku heran dengan kata-kata Tia tersebut..
“Kok, kamu tahu, Ti? Emang kamu udah pernah ML sama siapa selain pacar Kamu? ”
“Enak aja Kamu.. Ini kali aja Aku bugil sama orang selain pacar Aku.. Ehh, kamu nggak cerita-cerita ke orang lain, kan?”
“Kejadian ini? Nggak lah!! Emang aku siapa.. Eh, untuk yang pernah melahirkan anak, Memek kamu kok masih bagus, sih?” kata aku kemudian. Tia terdiam.
“Kamu tahu dari siapa aku punya anak..?”
Walau aku kaget karena kelepasan ngomong dan takut Tia marah, dengan jujur akupun menjawab dengan hati-hati.
“Sebenernya aku udah memperhatikan kamu sejak kamu masuk pertama kali dengan Devi. Teman-temen waktu itu selalu mencemooh aku, karena menurut mereka Devilah yang paling ‘wah’ daripada kamu, Ti. Tapi aku berpendapat beda, kamu yang lebih menarik perhatianku. Tapi setelah aku tahu kamu punya pacar yang sudah dipastikan akan menikahi kamu, ditambah aku tahu kalo kamu sudah punya anak darinya, aku sedikit kecewa. But, it’s okay.. Aku seneng juga kok bisa berteman saja..”
Tidak disadari pembicaraan kami membahasakan
diri menggunakan bahasa yang lebih dekat, tanpa menggunakan Aku dan Kamu, tapi
dengan aku dan kamu. Itupun aku mulai sadar setelah kami berbicara lama.. Kami terdiam
untuk beberapa saat. Kemudian Tia bangun dan mendekati aku yang duduk di
pinggir tempat tidur sampingnya. Sambil mengecup bibirku, ia meraba dan meremas
Kontol ku dari balik celana.
“Aku sepong yah kontol kamu??….. kamu suka,
kan?” tanya Tia.
Aku tidak menjawab, hanya merespon kecupannya.
Sambil duduk dilantai dihadapanku, Tia membuka celanaku satu persatu. Setelah
bugil Kontol ku yang sudah setengah berdiri karena remasannya tadi, diciuminya.
Setelah sekali-sekali dikocok, Tiapun mulai mengulum lembut Kontol ku. Wahh,
rasanya geli dan nikmat sekali. Sedikit demi sedikit libidoku naik ke puncak.
Sambil dikulum, tanganku mengelus leher dan buah dadanya dari atas.
Walau masih menggunakan kaos, aku tidak
mengalami kesulitan untuk melakukan remasan dan sentuhan pada kulitnya. Tidak
berapa lama kemudian darahku bergejolak rasa nikmat sudah menjalah hingga
keujung Kontol ku. Akupun orgasme dengan memuntahkan sperma banyak sekali pada
Tia. Karena aku sempat memberitahu, cairan pejuh ku menyembur ganas pada kaos,
dan sedikit kena pada wajah tia yang manis. Mantap sekali rasanya..
“Terima kasih, yah..” kataku sambil mengecup
manis pada kening dan bibirnya.
Sambil bersendau gurau, aku membersihkan cairan
pejuh ku yang melekat pada kaosnya dan wajahnya dengan tisyu. Setelah itu aku
ke kamar mandi untuk membersihkan Kontol ku. Setelah menggunakan kembali celana
dalamku dan keluar kamar mandi, aku melihat Tia tidur tengkurap di tempat tidur
dengan menggunakan kaosnya, ia sudah menggunakan kembali celana dalamnya yang
hitam. Sambil menghampirinya, aku bertanya.
“Ti, kok panas gitu
gayanya? Kalo mau tidur, aku pulang aja yah?”
“Nggak, kok.. Aku cuma nunggu kamu keluar kamar mandi. Mau pijetin Aku lagi, nggak?”
“Nggak, kok.. Aku cuma nunggu kamu keluar kamar mandi. Mau pijetin Aku lagi, nggak?”
Tanpa disuruh dua kali aku sudah naik ke atas
tempat tidur. Dengan posisi menduduki bawah pantatnya, aku mulai memijatnya.
Dimulai dari kedua pergelangan tanganya di samping kepalanya, turun ke bahu.
Sampai punggungnya, aku menyempatkan untuk meremas kedua buah dadanya yang
terhimpit kasur. Walaupun terbungkus kaos, aku tidak mau meremasnya dengan
kencang. Perlahan, tapi aku dapat merasakan daging dibalik kaos dan bra-nya.
Setelah itu turun ke bawah lagi, memijit perutnya dan meremas pantatnya. Terus
turun kebawah untuk memberi pijatan pada kakinya yang diakhiri pada telapak
kakinya.
Dari kaki, tanganku merambat naik untuk memberi
pijatan-pijatan halus pada kedua kaki, paha dan pantatnya. Setelah pijatan
berkali-kali pada pantatnya, dan memberi elusan lembut pada Memek nya dari
balik kancut, tanpa persetujuan Tia, aku menurunkan celana dalamnya sambil
memberi kecupan pada paha dan kaki bagian belakang hingga celana dalamnya
terlepas.
Nafsuku naik, ketika aku melihat Memek nya
mengintip dibawah belahan pantatnya. Tanpa membuang waktu, dengan tidur
tengkurap pula aku segera menjilatinya dari belakang. Diikuti dengan
merenggangkan kakinya kesamping kiri-kanan, suara desahan Tia muncul ketika
lidahku menyentuh permukaan Memek nya. Sambil menjilati, tanganku bergerilya
keatas, meremas pantatnya dan mengelus punggung bawahnya.
“Uhh… Ahhss.. Ahh.. Ssh..” desahan Tia makin
cepat, saat bongkahan pantatnya makin dinaikan.
Gairah ku naik sempurna, Aku segera bangun dan
membuka celana sempak ku. Dengan batang kontol yang mengacung keras, terlihat
perkasa menggagahi memek Tia teman kantor ku yang manis, aku arahkan dengan
segera ke Memek nya. Setelah menggesekan di Memek dan bo’ol nya, aku masukkan
Kontol ku ke Memek nya perlahan-lahan sekali penuh perasaan.. SleeBbbbsss….
Ahhh….. Nikmat sekali liang memek teman sekantor ku ini, hingga berdiri bulu
kuduk ku. Akupun ngentotin memek Tia dengan posisi terlungkup sepenuh hati.
“Ouhhhhhhhh, dohh.. shhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh” desah Tia begitu menggebu.
“Sorry banget, Tiaaaaaa.. Aku nggak kuat.. Aku pengen ngentotin memek kamu lagi, ya.. Sebentar aja.. Shhhhhhhttttt..” kata aku kemudian.
“Ouh, nikmat amat sehhh…… Ahh..” Tia merem melek
Akupun mulai bekerja
kembali menggejontkan kejantanan Kontol ku perlahan-lahan namun pasti. Setelah
itu aku merebahkan diatas dan sejajar dengan Tia. Aku ngentotin
memeknya sambil meremas payudaranya dari balik branya. Remasan demi
remasan, entotan demi entotan aku berikan secara tulus kepada Tia. Nikmat
sekali persetubuhan kami ini. Aku melakukannya sambil sesekali menciumi leher
dan bibirnya apabila kepalanya berpaling kesamping. Beberapa saat kemudian, Tia
yang sudah memuncak pada saat aku menjilati Memek nya, mendongakkan kepalanya
sambil menaikkan pantatnya untuk memberi jalan Kontol ku agar lebih masuk lagi.
“Ahhhhh…
Berengsekk!!!…Akuu.. Keluaarr nihhh..” Tia berteriak sangat keras
“Aku juga.. OOOOOooooooo” kataku yang sudah dari tadi menahan gejolak klimaks ku.
“Aku juga.. OOOOOooooooo” kataku yang sudah dari tadi menahan gejolak klimaks ku.
Dengan posisi mendekap
dari belakang, akupun memuntahkan sepermaku di dalam Memek nya,
yang disusul kemudian dengan orgasme Tia. Rasa nikmat menjalari kami berdua,
saat memuntahkan cairan kami masing-masing. Persetubuhan yang kami lakukan
memang singkat, tapi menimbulkan kenikmatan tersendiri. Terlebih aku, yang
memang sudah menginginkan ngentotin memek Tia dari dulu.
Rasa puas, nikmat dan sayang menyatu dalam tubuhku, seolah tidak ingin lepas, aku mendekapnya sambil terus memberi kecupan-kecupan pada bibir, pipi dan lehernya. Kemudian aku merebahkan badanku disampingnya. Sambil tersenyum manis sekali, Tia membelai dadaku yang masih terbungkus kaos dan berkata.
“Sayang, kamu cape
nggak? Kalo cape istirahat disini aja, yah?”
“Nggak, aku malah bahagia bisa berbagi rasa dengan kamu hari ini. Kamu senang nggak?” Aku membalasnya dengan membelai wajahnya yang manis itu sambil menjawab.
“Nggak, aku malah bahagia bisa berbagi rasa dengan kamu hari ini. Kamu senang nggak?” Aku membalasnya dengan membelai wajahnya yang manis itu sambil menjawab.
Tia mengangguk sambil tersenyum manis kepadaku,
“Dari dulu aku memang sudah tertarik dan suka
dengan kamu. Dimataku, kamu orangnya baik, kalem, dan sopan. Aku juga sudah
menduga bahwa kamu bisa ngentot berkali kali tanpa letih. Terbukti kamu sudah
orgasme 2 kali kamu malah terlihat segar. Kok, kamu bisa seperti itu sih, minum
obat ya?”
Aku mendengarkanya sambil berulang-ulang
mengecup lengannya dan kemudian membelai wajahnya kembali.
“Minum obat? Obat apaa?
Obat-abit? Hehehehe.. Enak aja. Aku kan nggak ada persiapan kalau akhirnya aku
ML sama kamu? Eh, semalem aku sih emang minum obat diare..?” jawabku enteng.
“Eh, emang kamu kenapa?” tanya Tia kemudian.
“Sakit perut laa.. Emang sakit panu?”
“Sekarang masih nggak?”
“Nggak… Udah sembuh kok, kenapa?” tanyaku.
“Ooh.. Kirain masih sakit perut.. Bisa gawat! Kalo kamu orgasme, yang keluar bukan dari penis, tapi dari pantat! Kalo gitu kan, gue yang bingung, Hahaha..”
“Idiidih.., jorok amat sih, kamu!! Nggak disangka, cantik-cantik jorok, hahahaha”
“Ee.. Jangan asal ya! Gini-gini juga, Kamu mau ama gue! Buktinya mau jilatin vagina gue.. Dari depan sama dari belakang, kan?”
“Habis.. aku kan emang pengen banget nyetubuhi kamu? Lihat pantat kamu aja aku udah horny.. Apalagi bersetubuh!”
“Eh, emang kamu kenapa?” tanya Tia kemudian.
“Sakit perut laa.. Emang sakit panu?”
“Sekarang masih nggak?”
“Nggak… Udah sembuh kok, kenapa?” tanyaku.
“Ooh.. Kirain masih sakit perut.. Bisa gawat! Kalo kamu orgasme, yang keluar bukan dari penis, tapi dari pantat! Kalo gitu kan, gue yang bingung, Hahaha..”
“Idiidih.., jorok amat sih, kamu!! Nggak disangka, cantik-cantik jorok, hahahaha”
“Ee.. Jangan asal ya! Gini-gini juga, Kamu mau ama gue! Buktinya mau jilatin vagina gue.. Dari depan sama dari belakang, kan?”
“Habis.. aku kan emang pengen banget nyetubuhi kamu? Lihat pantat kamu aja aku udah horny.. Apalagi bersetubuh!”
Tia tertawa mendengar celotehanku itu. Kemudian
aku bangun untuk meneguk segelas air yang tadi diletakkan di meja. Sementara
Tia ke kamar mandi, aku yang sudah selesai minum mengikutinya. Di dalam kamar
mandi, Tia membasuh memek nya dengan air, kemudian mengeringkannya dengan
handuk. Aku memperhatikannya dengan seksama. Setelah selesai mengeringkan memek
nya, aku menghampirinya. Dengan memberi kecupan mesra pada tengkuknya, aku
berkata.
“Ti, aku mau lagi, boleh ya?”
Dengan posisi berdiri, aku sisipkan kontol ku
yang sudah agak mengeras ke memek nya dari belakang, sementara tanganku yang
satu meremas payudaranya dari dalam bajunya. Setelah mengangguk, Tia merespon
dengan menunggingkan pantatnya, dengan mengangkat satu kakinya ke kakus.
Diiringi dengan desahan panjang.. Aku menggenjotnya perlahan-lahan. Desahan
demi desahan mengiringi menit dan gerakan kami yang semakin kencang. Dalam
posisi yang sama itu kami melewati kenikmatan bersetubuh dengan rasa sayang dan
mesra.
Sambil berpegangan di pinggir bak mandi, Tia
merespon setiap gerakan aku yang mengentot nya sambil meremas pantatnya yang
kenyal. Akhirnya persetubuhan kami itu diakhiri dengan jeritan tertahan dari
Tia yang merespon orgasmenya, sementara aku mendekapnya dengan erat saat aku
merasakan orgasmeku dan menyemprotkan cairan cintaku di dalam memek nya.
Tia menghempaskan tubuhnya di pinggir bak
mandinya. Peluh dan rasa nikmat menjalar di tubuh kami berdua. Dengan penis
masih tertancap di memek nya, aku membelai lembut rambutnya dan memberi kecupan
sayang ke pelipis kirinya. Tia berbalik dan mengecup lembut bibirku.
Setelah itu sambil memegang kontol ku, Tia
berkata “Aku bersihkan, ya?”
Dengan tersenyum aku mengangguk. Kemudian Tia
mengambil gayung dan mulai membersihkan kontol ku. Setelah mengeringkan dengan
handuk, sambil berjongkok Tia mengocok kontol ku dengan perlahan, kemudian
mengulumnya dengan lembut sekali. Aku menikmati permainannya dengan memejamkan
mataku. Rasa nikmat dan geli menjalar di dalam tubuhku dengan cepat. Aku
menariknya berdiri dan mencium bibirnya dengan dahsyat sambil memainkan
klitorisnya. Kemudian menariknya kembali ke kamar tidur.
Di kamar, aku duduk di
pingir tempat tidur dan menarik Tia agar duduk di pangkuanku. Tia mengerti
dengan permainanku kali ini. Dengan segera mengambil posisi untuk duduk dan
memasukkan kontol ku ke dalam memek nya. Sedikit-demi sedikit kontol ku amblas
ke dalam memek nya Tia yang duduk berhadapan denganku. Setelah masuk semua, aku
mencium bibirnya yang indah itu dengan penuh nafsu dan bersemangat.
Tia merespon ciumanku dengan menyedot ujung lidahku, sambil berusaha melucuti kaosku.
Tia merespon ciumanku dengan menyedot ujung lidahku, sambil berusaha melucuti kaosku.
Akupun tidak ketinggalan, ikut pula dalam
program pelucutan kaos. Setelah BH aku buka, maka terpampanglah Payudaranya
yang indah. Tidak besar, tapi membuat nafsuku tambah bergelora. Walaupun ada
sedikit lipatan-lipatan lemak di tubuhnya (karna kurang olah raga), nafsuku
bertambah naik saat melihat tubuhnya bugil.
Sambil bergerak naik turun, tubuhnya tidak luput
aku serang dengan remasan dan jilatan lidahku. Dengan tangan kiri meremas
payudara kanannya, aku menyedot gemas payudara kirinya dengan memainkan
putingnya dengan ujung lidahku. Kemudian, aku menjilati dan mencium setiap
senti tubuhnya bagian depan sambil meremas pantatnya dari depan. Sementara Tia
mengerakkan tubuhnya semakin liar, naik turun dan memutarkan pantatnya. Saat
itu kontol ku seperti diremas dari atas, nikmat dan panas. Seiring dengan
waktu, gejolak orgasmepun semakin dekat.
Gerakan-gerakan Tia yang dibuat semakin
orgasmeku tidak tertahan. Dengan dekapan yang kencang pada tubuh Tia, aku
merapatkan tubuhnya padaku sambil melepas orgasmeku yang kesekian. Setelah itu
aku mencim leher dan bibirnya dengan mesra. Aku tahu Tia belum sampai. Oleh
sebab itu masih dalam pelukanku, aku mengangkat tubuhnya dan meletakkan di
tempat tidur. Dengan gaya konvensional, aku setubuhi kembali tubuhnya dari
atas. Tubuhnya yang indah, dan wajahnya yang cantik tidak membuat sulit
menaikkan libidoku. Dengan memegang pergelangan tangannya di kiri dan kanan
kepalanya, aku menjilati tubuhnya dan buah dadanya, tidak ketinggalan lengan
dan ketiaknya.
Bunyi khas vagina yang becek karena cairannya
dan spermaku, ditambah tubuhnnya yang berguncang karena sodokanku, menambah
nafsu untuk mengentot nya kian memuncak. Tia yang telentang dengan kaki kakinya
melebar, segera mengunci tubuhku rapat-rapat. Diiringi dengan desahan panjang
dan erangan tertahan, iapun orgasme dalam pelukanku.
Setelah reda, aku merapatkan kakinya didepanku.
Sambil memeluk kakinya, aku mengentot nya untuk mendapatkan kenikmatan puncak.
Dan terjadilah, dengan melepas pelukanku pada kakinya dan memeluk tubuhnya
rapat-rapat, segera aku hentakan kontol ku sedalam dalamnya pada liang memeknya
yang masih sangat legit dengan empotannya yang dahsyat, dan menyemburlah cairan
pejuhku sederas-derasnya. Masih dalam posisi memeluk, aku menciumnya kembali.
Senyuman manispun terhampar diwajahnya, walau aku melihat ada rasa letih pada
wajahnya. Aku mencium seluruh wajah dan dagunya
“Kamu letih sekali, Ti.
Kamu istirahat dulu, yah?”
Tia merengut “Emang, kamu mau kemana, pulang?”
“Iyaa.. Udah mau malem, Ti. Nanti kalau malem-malem aku tiba-tiba berubah jadi semangka gimana?” kataku kemudian.
“Biarin!! Aku taruh aja di kulkas. Kan, aku bisa ngeluarin kapan aja aku mau..”
“Maksud kamu, aku harus tinggal disini, gitu?” kataku dengan lembut.
Tia merengut “Emang, kamu mau kemana, pulang?”
“Iyaa.. Udah mau malem, Ti. Nanti kalau malem-malem aku tiba-tiba berubah jadi semangka gimana?” kataku kemudian.
“Biarin!! Aku taruh aja di kulkas. Kan, aku bisa ngeluarin kapan aja aku mau..”
“Maksud kamu, aku harus tinggal disini, gitu?” kataku dengan lembut.
Tia diam mendengar pertanyaanku. Tiba-tiba
tangannya bergerak, kemudian memelukku rapat-rapat.
“Tia, walau bagaimanapun aku harus tetap pulang,
yah? Kapanpun kamu mau jalan atau bertemu, aku usahakan pasti datang, kok.
Nggak enak, nanti kalau ketauan sama pacar kamu, gimana?”.
Perkataanku itu membuat pikiranku kosong
beberapa saat. Sebenarnya aku berkata seperti itu dengan penuh pertentangan
didalam batinku. Aku memang suka sekali dengan Tia sejak dulu. Tapi karena ia
sudah punya tunangan dan kami beda prinsip, aku kemudian mundur. Oleh sebab itu
akhirnya aku mengalihkan perhatianku kepada Devi, yang masih satu prinsip
denganku. Walau akhirnya dia menikah dengan teman kuliahnya. Walau dengan berat
hati, akhirnya Tia mengizinkan aku pulang. Sebenarnya aku memang ingin sekali
menerima tawarannya untuk menginap di Kontrakannya. Tetapi ada banyak hal yang
harus aku utamakan, tidak hanya sex atau perasaan sayangku padanya.
Setelah hari itu, aku masih sering bertemu dengan
Tia di kantor. Baik di jam makan siang, atau setelah jam kantor, aku masih
menyempatkan diri bertemu dengannya sesuai dengan janjiku. Hanya saja aku harus
tetap menghilangkan perasaanku yang sebenarnya padanya. Walau pada kenyataannya
aku beberapa kali ngewe dengannya, perasaan sayangku padanya, dapat aku pendam
dengan nafsuku itu.
Beberapa kali aku mengentoti nya setelah
kejadian itu. Baik di Kontrakannya atau di hotel dekat kantorku. Kalau
keinginan kami sudah memuncak, pernah kami lakukan dikantor. Dengan menghadap
ke kaca gedung, kami melakukannya dengan cepat sambil menikmati pemandangan
kota Jakarta dari balik kaca. Sudah tentu kami melakukannya dengan posisi
berdiri dan berpakaian lengkap! Hanya menyibakkan roknya (pernah dengan celana
panjang) dan aku cukup membuka resletingku, aku mengentot nya dari belakang.
Atau berhadap-hadapan dengan kaki Tia yang satu naik keatas kursi. Walaupun
ruangan yang kami pergunakan adalah ruangan sisa tidak terpakai di belakang
ruangan utama dan kedap suara, kami tetap merasa was-was dan hati-hati bila
bermain sex.
0 komentar :
Posting Komentar